Minggu, 01 Juli 2012

PENGHARAPAN MESIANIS


Raja yang dinantikan
(Mikha 5:1-5a Luk 2:11)

Harapan nampaknya sebagai suatu suatu kebutuhan biologis apabila seseorang memandang ke masa depannya. Walaupun tidak ada dasar- dasarnya manusia toh tetap berharap. Harapan sering digambarkan sebagai suatu keadaan yang gemetar, pingsan, lemah,putus asa dan maya. Contohnya pembajak harus membajak dalam pengharapan dimana pengharapannya akan memperoleh upah dan itulah yang membuat pekerjaan terasa manis. Harapan selalu mengarah kepada keinginan yang lebih baik. Harapan selalu berkaitan dengan iman dan keselamatan atau kebebasan. Harapan tidak tergantung pada apa yang dimiliki seseorang, juga tidak tidak pada apa yang dapat ia perbuat bagi dirinya., demikian juga tidak pada apa yang dapat dibuat oleh orang lain bagi dia. Tapi karena ia percaya pada TUHAN, maka seseorang dapat berharap juga. Orang yang tidak mempunyai pengharapan adalah orang yang tidak mempunyai TUHAN atau hidup tanpa TUHAN.
Kita sebagai orang percaya perlu untuk mempunyai harapan yang akan mendorong kita untuk maju ke masa depan. Setiap persoalan hidup yang melintas dan berada didalam diri manusia itu sendiri merupakan hal yang sudah sering dialami oleh manusia . Dan oleh sebab itu sangat dibutuhkan kekuatan di dalam diri untuk dapat mengatasinya  dan itu adalah dari Tuhan. Dalam hal ini permasalahan hidup merupakan dasar atau fondasiyang dapat menimbulkansuatu pengharapan kepada yang lebih baik. Kita sebagai umat Allah sangat memerlukan pengharapan akan peran Allah untuk membebaskan  atau untuk memperkuat dalam menjalani hidup yang penuh dengan problema.

.                    
I.                   ISI

a.    Perjanjian lama
Perjanjian Lama menggunakan susunan kata-kata pengharapan yang mana asal katanya adalah dari kata batah (lebih dari 100 kali diucapkan ), kata asli mitbah (15 kali), betah (43 kali), dan juga bittahon. Gagasan itu dari kepercayaan, perlindungan atau keamanan adalah sangat jelas disini. Tiga asal kata yang lain disebutkan sebanyak 40 kali yang masing- masing adalah kata qawah, untuk masa penantiandan itu berasal dari kata tiqwah, pengharapan (32 kali), hasah, mencari tempat perlindungan dan itu adalah dari kata asli mahseh, tempat perlindungan(20), yahal, untuk masa penantian dan itu berasal dari kata tohelet, pengharapan(6 kali). Kata-kata  lain yang jarang terdapat adalah kata sabar, kepada pengharapan, kesel, kislah, kepercayaan(5 kali).               
            Fakta- fakta ini adalah ciri-ciri yang mana mereka menunjukkan kepada perjanjian lama yang merupakan tidak konsepan murni dari kata Yunani yaitu kata έλπίς, yang mana hanya memperlihatkan suatu pengharapan, jadi dalam pengharapan akan dikualifikasikan dalam penghitungan dari kebaikan dan keburukan sebagai suatu pengharapanatau sebuah ketakutan atau kekhawatiran. Dan sebaliknya kepada pengharapan dan kepada ketakutan (dengan masa depan dalam  sebuah pandangan). Untuk sebuah pengharapan merupakan awal dari harapan dari apa yang baik dengan pengumpulan, pengambilan yang terbuka terhadap kepercayaan dan juga pengharapan merupakan keinginan yang amat besar untuk memandang  keluar. Penantian yang amat panjang baik itu untuk mencari tempat perlindungan dan dapat juga menjadi tekanan ataupun menjadi perhatian. Kemudian pengharapan akan selalu mengharapkan untuk sesuatu hal yang baik dalam penantian yang sangat panjang seperti seseorang yang hidup, dia berharap tetapi tidak dengan pertimbangan seperti sebuah angan- angan atau khayalan yang menyenangan dan menenangkan imajinasi yang dapat melupakan bahwa ia sedang berada dalam keadaan yang sulit atau itu adalah suatu pemberitaan yang tidak mungkin. Sebaliknya itu adalah sebuah kesungguhan dalam pengharapan bahwa hidup dengan baik adalah pasti. Mempunyai sebuah pengharapan dan sebuah masa depan adalah pertanda bahwa seorang manusia ada dalam jalan kesejahteraan. Tentu itu adalah pengharapan pasti dalam TUHAN. Pengharapan itu nampak dari atau jelas ketika seorang manusia menemukan dirinya sendiri dalam sebuah keadaan yang sulit kemudian keluar dan berharap untuk memperoleh dan pertolongan melalui Allah, dan pengharapan itu adalah bersamaan dengan kepercayaan. Tetapi pengharapan yang penuh kepercayaan dalam Tuhan adalah permintaan dalam setiap situasi, di dalam masa keselamatan akan yang baik. Terutama sekali ketika kita refleksikan bahwa mazmur cocok menjadi buku doa dari masyarakat, itu adalah jelas bahwa iman pengharapan yang penuh dalam Tuhan adalah permintaan yang absolut. Dengan baik manusia mengetahui bahwa dia selalu mempercayai apa yang akan Tuhan lakukan, jadi pengharapan tidak selalu mengharapkan sesuatu yang nyata, tidak juga sebagai model dari gambaran akan masa depan, tetapi sesuatu yang tetap dalam keseluruhan  kepercayaan yang sudah biasa didalam perlindungandan pertolongan Tuhan. Dapat juga dikatakan bahwa Tuhan adalah pengharapan itu, yang merupakan kepercayaan yang sangat baik. Tetapi ketika pengharapan itu adalah tidak sebuah pengharapan dalam Tuhan, dan tidak mempunyai kepercayaan dan keyakinan maka itu akan menjadi sebuah ketakutan ataupun sebuah kengerian. Seseorang tidak harus percaya dalam kekayaannya (Mazmur 3: 9; Ayub 31: 24 ), didalam kebenarannya(Yezhekiel 33: 13), dalam manusia (Yeremia 27:5 ), dalam agamanya(Habakuk 2:18). Dalam penuh kepercayaan pengharapan dalam Tuhan adalah diperoleh dari rasa takut(Yes 7:4) tetapi itu harus dilakukan dengan usaha keras.Dan oleh sebab itu manusia harus tenang dan menunggu di dalam Tuhan. Saat pertolongan Tuhan yang pertama adalah membebaskan seluruh kesusahan atau persoalan, itu memang sudah betul-betul dipertimbangkan yang akan mengarah kepada pertolongan keselamatan yang akan mengangkat semua kesusahan untuk diakhiri. Inti dari kepercayaan akan masa penantian dan pengharapan yang penuh keyakinan akan lebih menghasilkan dan kesadaran bahwa segala sesuatu dengan dunia dan saat ini untuk sementara waktu lama sekali.                            
            b.    Perjanjian Baru
            Konsep perjanjian baru tentang pengharapan adalah pada dasarnya sering terlihat di dalam perjanjian lama. ελπίζειν Berarti pengharapan dengan nuansa dari perhitungan di dalam lukas 6:34, 1 korintus 9:10 dll. Di dalam 1 kor 3:7, pengharapan dengan saling mengasihi menunjukkan kepada manusia sebagai suatu hubungan yang alami dengan Tuhan. Jika pengharapan adalah pasti didalam Tuhan itu mencakup pada saat tiga bagian dari pengharapan akan masa depan, kepercayaan, kesabarandalam masa penantian. Pengharapan orang-orang kristen ditenangkan di dalam tindakan Tuhan akan keselamatan yang cukup pandai di dalam kristus yang diperkirakan sebagai eskatologi, pengharapan itu sendiri ada di dalam berkat penyelamatan, dan sekarang adalah masa dari kita mempunyai kepercayaan.   
            Kata ελπις dan πιςτος mudian menjadi unsur pokok dari keberadaan kekristenan. Pengharapan  tidak ditunjukkan dengan realisasi dari sebuah mimpi dari masyarakat akan masa depan tetapi dengan kepercayaan yang menunjukkan jalan dari dunia kepada Tuhan yang dengan sabar menanti. Pengharapan sebenarnya akan masa depan hanya terpikir di dalam kitab Yohanes(Yoh 5: 45) . Gambaran kepercayaan akan masa depan dapat dilihat dari ciri-ciri kepercayaan dalam tindakan Tuhan sebagai unsur penting dari harapan dan kesabaran akan masa penantian.      
            Pengharapan dalam kekristenan adalah nama dari sebuah anugerah yang mana adalah karakteristik dari keagamaan dalam Alkitab. Apapun itu pengharapan itu ditulis untuk dipelajari bahwa kesabaran dan pertolongan akan Tuhan dapat memiliki pengharapan (Rom 15:4).  Dalam perjanjian lama harapan akan pimpinan Allah adalah hadiah dari pengharapan(Rom 15:13). Pengharapan Israel dapat dipahami dalam pengertian yang berbeda. Untuk itu Paulus tidak hanya memasukkan kepercayaan penuh saja tapi juga pujian dari setiap orang selama hidup dan ini adalah keunikan dari Dia  dan hubungannya dengan Israel. Pengharapan, juga kepercayaan dan kasih adalah gambaran dari kebenaran  harapan kita. Objek pengharapan itu adalah masa depan yang baik, kebenaran akan berkat itu dari seseorang manusia adlah sanggup. Harapan dapat menjadi kesungguhan dari kekristenan. Penyelamatan dari Tuhan dalam kristus, membuat kita mengetahui ciri-ciriNya, disini teologi kebenaran, kepercayaan, pengharapan, dan masih menjadi disebutkan karena mereka membawa manusia dalam sebuah kebenaran hubungan Tuhan dan komunikasi Tuhan kepadanya. Paulus menggambarkan ‘kenikmatan dari kedamaian dalam mempercayai”(Rom 15:13), dan iman adalah jaminan bahwa tuhan akan mengendalikan dan mengeluarkan kita dari setiap permasalahan dan memberikan semua kebaikan, dan seluruhnya bekerja bersama-samauntuk sesuatu yang baik kepada mereka dalam kasih Allah di dalam doa. Pengharapan tanpa doa adalah mustahil, dengan itu pengharapan membuat seseorang berdoa di dalam kesusahan dan keagamaan.

I. Latar belakang penulisan  kitab mikha dan hubungannya dengan pasal 5
1.1. Peran sentral kenabian  Mikha dalam hubunganya dengan Kitab Mikha
Mikha adalah penduduk asli dari Moresyet dan salah seorang pemuda yang hidup lebih lama dari nabi Yesaya.[1] Nabi Mikha menyampaikan berita kenabiannya melalui khotbah-khotbah berupa ikhtisar dari nabi-nabi yang mendahulinya. Dalam khotbahnya, nabi Mikha memberitakan tuntutan Allah tentang hak yaitu ( Amos ), tentang kasih yaitu ( Hosea ), dan ketataan dengan rendah hati, yaitu ( Yesaya ) kepada Allah. Dalam kenabiannya, nabi Mikha menunjukkan bahwa Allah memerangi Israel dengan menggunakan Asyur sebagai alat siasatnya.[2] Di antara nabi Mikha dan nabi Yesaya sendiri, ada suatu hubungan rohani yang sangat erat. Akan tetapi, hubungan itu dipengaruhi oleh nabi Amos. Nabi Mikha memprotes “Kekurangan Keadilan Sosial” serta memberitakan pemberitaan bahwa Yerusalem dan Bait Allah akan dihancurkan terdapat pada pasal 3:12.[3] Nabi-nabi pertama adalah Yesaya (740–700 sM) dan rekan se-zamannya, Mikha orang Moresyet. Nabi Mikha juga memerangi ketidakadilan sosial, terutama penindasan terhadap orang sengsara. Nabi Mikha adalah nabi pertama yang menubuatkan kehancuran Bait Allah di Yerusalem.[4]
Nama Mikha tersebut adalah salah satu bahasa Ibrani yang paling umum dimana seorang dosen individu membawanya dalam salah satu dari perjanjian lama yang lainnya, bahwa Mikha itu terdiri dari 3 bagian dari perkenalan yang telah lama. Dapat dibagi yaitu pasal 1–3 ayat 4 dan 5 dan ayat 6–7 pasal 1–7 berisi pemberitaan yang secara khusus dari  dosa dari proklamasi dari pengajaran akan hukuman, pada pasal 4 dan 5 adalah pada saat menjelang abad 4 dan 5 dan 6 menghubungkan pada elemen -elemen.[5] Beberapa kenabian dalam PL diteliti oleh pekerjaan mereka atau oleh nama ayah mereka. Bukan pekerjaan Mikha juga bukan nama ayahnya yang diberikan. Dia tak pernah disebut seorang nabi dalam buku ini. Nama tersebut dikenal dari ayahnya Yesaya, Yeremia, Yehezkiel, Hosea, Yoel, Yunus, Zefanya, dan Zakharia tetapi nama ayahnya Mikha seperti Nahum dari Ekoshite dan Amos dariTekoa terkenal dari negara asalnya. Ketika seorang menjadi dikenal oleh lokasinya dari sumber-sumber, terdapat 2 unsur yang biasanya terlibat. Naskah yang luar biasa menyarankan waktu dari sejarah Mikha selama pemerintahan Yotam (742–735), Ahaz (735–715) dan Yehezkiel (715–687). Bentuk-bentuk lain mengikuti periode yang maxsimal dari 55 tahun untuk sejarah Mikha tetapi ini tidak lebih senang bahwa dia aktif sebagai seorang nabi selama waktu atau massa tersebut. Perintah ke Samaria untuk dewa dan ke Omri dan Ahab memimpin beberapa perdebatan tentang sejarah Mikha mulai darir runtuhnya Samaria pada tahun 722 sM. Perikop ini mungkin menggambarkan dari Sanherib dari Lachish ke Yerusalem pada tahun 710 sM. Jika pasal ini dari Mikha, yaitu memiliki bukti bahwa dia meramalkan sedikitnya akhir dari abad ke 8 SM mengenai Mikha memperkirakan akan runtuhnya Yerusalem (Mikha 3 : 12) selama pemerintahan dari Yehezkiel pada tahun    715 – 687 sM.[6]
Mikha datang dari desa Moresyeth, tinggal di kota kuno Palestina yaitu Gath. Nabi. Status sosial Mikha berebeda  dengan Amos seorang peternak, Hosea seorang  petani kebun dari Israel, Yesaya berasald dari kalangan keluarga bangsawan dari kota Yerusalem. Mikha nampaknya berasal dari sebuah kota yang kecil dimana ia   berasal dari rakya jelata yang bekerja  sebagai upahan (pekerja tangan).[7] Mikha mungkin akan memulai cerita sejarahnya sebelum Samaria yang dilindungi oleh Asyria pada tahun 722 sM, tetapi disana  tak ada tanda bahwa Mikha berkotbah di kerajaan Utara (Mikha 1:5–7). Di melanjutkan pekerjaannya pada periode saat Asyria diancam untuk menangkap Yerusalem (Mikha 1, 9, 12). Nabi Mikha percaya bahwa Yerusalem akan dihancurkan (Mikha 3:11) Nubuatan ini mengingatkan lebih dari abad kemudian sewaktu Yeremia. Nubuatan dari Mikha sama sekali berbeda dari pesan Yesaya. Banyak murid percaya bahwa pesan tersebut merupakan pengharapan dalam buku, dimana pengharapan itu datang dari sumber-sumber lain dan ditambah lagi pendapat dari perkataan Mikha. Perkataan dari Mikha 4:1-5 diulangi dalam Yesaya 2 :2–4 dan datang dari beberapa sumber lain. Mikha 4:10 menjelaskan pembuangan di Babylonia. Menurut Mikha 5:5–6, Asyria akan menolak Yehuda dan raja Yehuda akan kembali pada kemenangan.[8]
Menurut George, Fohrer, mengatakan bahwa masalah penulisan kitab Mikha terbagi atas 4 bagian, yaitu: [9]
v  Pasal 1-3: Pasal sal ini merupakan keaslian dari Mikha sendiri. Pasal 1:2-9 berisikan ucapan nabi tentang penghakiman bagi Israel dan Yehuda. Pasal 2:1-3 berisikan makian dan ancaman bagi bangsa Israel.
v  Pasal 4-5: Pasal ini berisikan ancaman yang diikuti dengan janji dimasa pembuangan.
v  Pasal 6:1-7:7: Pasal ini berisikan penghakiman yang kasar ( 6:1-8 ), diikuti dengan pengumuman akan kedatangan Tuhan.
Pasal 7:8-20: Pasal ini berisikan pengakuan nabi yang diberikan kepercayaan dalam bernubuat dan pembebasan. Berdasarkan struktur, buku ini terbagi atas 2 bagian, skema Eskatologi. Eskatologi yang pertama dalam pasal 4-5 adalah mengenai makian Mikha. Sedangkan pasal 1-3, merupakan ancaman. Persamaan antara sebelum dan sesudah adalah ulangan dalam bagian pasal 6:1-7:7 dan 7:8-20.[10]
Masalah penulisan juga terjadi pada penulisan pesan-pesan nabi Mikha. Dalam pasal 1-3 merupakan pesan Mikha mengenai keadaan sosial di Yerusalem. Nabi Mikha memberikan gambaran akan misinya dengan menggunakan kekuatan Tuhan untuk mengancam Israel. Nabi Mikha menyerang keamanan yang salah diamana orang-orang berpikir mereka pada kebaikan Allah. Dan oleh karena itu, bangsa Israel kembali dilindungi. Dengan adanya pesan nabi Mikha, dapat menghancurkan kebejatan moral bangsa Israel.[11]
Kitab Mikha berisikan bahan-bahan yang tidak berasal dari nabi Mikha sendiri. Diantaranya, pasal 5:9-13, berisikan nubuat dan ancaman serta pasal 6:2-8, berisikan sebuah khotbah pengajaran. Kedua bagian pasal ini memiliki latar belakang zaman kerajaan pemerintahan Manasye. Sementara itu, bagian yang asli dari nabi Mikha sendiri adalah pasal 4:9-5;5, berisikan nubuat penghiburan dan pasal 7:8-20, berisikan tata ibadah kenabian yang mencerminkan suasana zaman pembuangan. Beberapa bagian lain, yaitu nubuat nabi-nabi anonim dari zaman penjajahan Persia sampai nubuat pemulihan Yerusalem ( 6:9-16, 2:12-13, 4:1-5, 4:6-8, 5:6-8 ).[12]
Para ahli juga mengusulkan pasal 5:1-6  merupakan nubuatan yang berasal  pada tahun  701, ketika  Yerusalem sedang mengalami perang.  Oleh sebab  itu isi nats  terebut diusulkan berasal dari Mikha sebab salah satu  ciri khas  nubuatan Mikha adalah “perkabungan” (bnd  1:8, 10, 16, 3:7; 4:9, 1:10-16). Kemudian ayat ini  dihubungkan dengan  ramalan yang sejajar atau paralel dengan pengajaran Yesaya pada zamannya. Kemudian  pasal 5:10-15 merupakan  nubuatan-nubuatan tema tambahan yang dimasukkan dalam pasal 5 [13]
1.2. Waktu Penulisan
Kitab Mikha itu sendiri terdiri dari Firman Tuhan (Mikha 1–5) dengan penyisipan redaktur yang aman dan nubuatan penyesalan dikemudian hari  (Mikha 6:1-7:6 ), serta tambahan penerbit yang berpengharapan itu sendiri (Mikha 7:7–20 ). Mikha hidup pada masa pemerintahan Yotam, Ahas, dan Hizkia ( 755–700 sM ). Seperti yang tertera dalam Mikha 1:1. Tidak dapat dipungkiri bahwa Mikha bernubuat tidak lama sebelum dan setelah jatunya kerajaan Israel Utara     ( Mikha 3:1-12, 5:4-5 ).
1.3. Kesatuan Penulisan
Hampir sebagian besar para ahli menerima Mikha 1-3 sebagai ucapan asli dari Mikha, sedangkan Mikha 4-7 dianggap ditulis setelah Mikha itu sendiri, yakni hasil penyuntingan pada masa pembuangan atau sesudah pembuangan.[14]
Masalah penulisan menurut D. C. Mulder adalah sebagai berikut:
v  Pasal 1- 3 pada umumnya diterima sebagai bagian yang authentik ( asli ) dari nabi Mikha. Keadaan yang digambarkan dalam pasal ini tepatnya tahun 701 SM, yaitu ketika Yerusalem dikepung oleh Assyur, dan keadaan ini cocok dengan nabi Mikha itu sendiri.
v  Pasal 4 dan 5 menunjuk kearah masa pembuangan.
v  Pasal 6:1-7:6 diterima sebagai bagian yang authentik dari nabi Mikha.
v  Pasal 7:7-20, keasliannya disangkal oleh banyak ahli karena dalam pasal ini menunjukkan zaman pembuangan atau zaman sebelum nabi Nehemia.[15]
            Inti dari kitab Mikha itu terdapat didalam pasal  1-3, yaitu peringatan bagi Israel Utara dan Yehuda akan datangnya malapetaka. Pada waktu itu Israel Utara belum jatuh ketangan Assyria. Didalam pasal 1:6, nabi Mikha menubuatkan kejatuhan kota Samaria. Didalam pasal 2:1-5, Nabi Mikha menghardik para tuan tanah di Yerusalem. Didalam pasal 2:5, nabi Mikha menubuatkan bahwa tanah-tanah itu akan dibagi lagi menurut sistem kesukuan Israel. Didalam pasal 3:5-8, nabi Mikha juga mengecam para nabi yang menipu rakyat. Ucapan nabi Mikha ini merupakan sumber keterangan yang mengemukakan tentang adanya nabi palsu di Israel. Didalam pasal 3:9-12, nabi juga menubuatkan bahwa kota Yerusalem sendiri pun akan hancur dan bahkan bait suci Allah akan menjadi puing-puing.[16]
1.4.  Pembentukan Kitab Mikha
            Kitab Mikha  mengalalami tahap dan proses yang panjang hingga  terbentuk menjadi satu buah kitab yang diakui dewasa ini, untuk itu beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah:
a. Perkataan yang asli dari nabi Mikha (Kumpulan Pertama)
            Pasal 1-3 adalah ucapan yang authentik dari Mikha, yang  dikembangkan hanya beberapa tambahan kemudian dan janji dalam 2:12-13, yang sudah ada pada zaman pembuangan atau sesudah pembuangan. Kumpulan pertama itu diatur menurut bahan pokok yang bermula pada pasal 1 dengan pasal 2, yang merupakan perkataan umum, yang secara langsung melawan Israel dan Yehuda, yang diikuti dalam pasal 2:1-3:8 oleh perkataan yang melawan putusan golongan dan pemujaan nabi di Yerusalem. Perkataan itu disimpulkan dengan seluruh yang termasuk ancaman (3:9-12).
            Dalam pasal 1:2-9, terdapat pidato penghakiman dari nabi melawan Israel dan Yehuda yang terdiri dari tiga bagian: Pengumuman dari pencobaan, Tuduhan dan Penghakiman Yahweh, Ratapan nabi. Kesatuan ini tidak seharusnya terbatas pada 2-7 atau di analisa ke dalam beberapa kesatuan yang lebih kecil.
            Pasal  1:10-15 adalah ancaman dari desa-desa di negara bukit Yehuda yang dibuat untuk menyatakan sebuah arti permainan kata yang akan menimpa mereka saat daratan itu dihancurkan. Hal ini tidak menggambarkan suatu kemajuan menyerang tentara, dan hal ini merupakan nyanyian peratapan yang benar, dimana Mikha meratapi perpisahan negeri Yehuda oleh Sennacherib pada tahun 701. Pengamatan itu rupanya serampangan batas utara dari tempat-tempat yang disebutkan sesuai pada batas daratan yang diputuskan Sennacherib dibantah oleh pengamatan batas selatan, melebihi tambahan wilayah juga diputuskan, itu dibuatnya untuk menjalankan secara serampangan. Pandangan Mikha dengan jelas pindah dari timur ke barat; utara dan selatan tidak menempatkan peran semuanya. Pasal  1:16 adalah tambahan kemudian. Pasal 2:1-3 (celaan dan penjelasannya dalam pasal  4-5 adalah tambahan kemudian), makian dan ancaman , seperti 3:1-4. Pesan 2:6-9 (dengan pasal 10 sebagai tambahan kemudian) adalah makian meninggalkan diskusi, melawan kelas yang berkuasa. Dalam pasal 2:11 kita temukan makian dan dalam 3:5-8 yaitu makian dan ancaman melawan pemujaan nabi-nabi, melawan Mikha dalam menuntut kuasanya sendiri.
            Kesimpulan, 3:9-12 adalah ancaman dengan motivasi mengumumkan secara lengkap mengenai kebinasaan Yerusalem; menurut Yer 26:18, ancaman ini masih menunjukkan memori mata pencaharian setelah lebih dari seabad.[17]
b. Perkataan yang tidak berasal dari nabi Mikha (Kumpulan Kedua)
            Kumpulan ini berisikana ncaman-ancaman nabi Mikha dan janji-janji dari perkataan (4-5). Pasal  4:14; 5:1-5 berasal dari periode sebelum Mikha yang lainnya kelihatan dalam 4-5 pada masa pembuangan dan sesudah pembuangan. Dalam kenyataan hampir tidak menjadi kalimat pribadi dari perkataan dalam 4-5 mungkin pada periode sebelum pembuangan. Sebagian besar ide-ide dan ucapan-ucapan yang terjadi di tempat lain untuk sebagian besar bagian atau semata-mata dalam ucapan yang pasti sudah ada pada periode kemudian. Gambaran runtuhnya kota Yerusalem (4:8), masa pembuangan dan penyebaran (4:6-7); dinasti Daud adalah sesuatu yang telah berlalu (5:1-3).
            Jatuhnya  kota Yerusalem, runtuhnya  bait suci, berakhirnya  kepemimpinan  oleh raja-raja keturunan Daud, dan  mayoritas umat Israel/Yahudi   sudah terpencar ke pembuangan pada tahun  587 sM. Namun ditengah  problema tersebut nabi-nabi  masih berkarya di dalam pembuangan (bnd Hagai, Zakharia). Nubuatan nabi Mikha juga  termuat dalam pasal 5 yang  menyatakan tentang  nubuat-nubuat  pemulihan tahta  Daud, dilihat dari isi dan zamannya pasal 5 merupakan tambahan dikemudian hari[18]
            Oleh karena itu, kumpulan dari perkataan pribadi tidak dikenal nabi-nabi dari periode sesudah pembuangan. Nabi menubuatkan bahwa kota akan dibangun kembali dan disana-sini orang dikumpulkan (4:6-7, 8) bahwa permusuhan bangsa akan dihancurkan (4:9-12, 13-14; 5:4-5) bahwa keturunan Daud akan memerintah sebagai Mesias (5:1-3) bahwa Israel akan menguasai musuh-musuhnya (5:6-8) dan bahwa alat instrumen dari kekuatan manusia dan penyembahan berhala akan dihapuskan (5:9-14). Demikian 4:1-5 dan 5:9-14) merupakan kerangka yang homogen untuk segala bagian.[19]
c.       Kumpulan Ketiga
            Kumpulan ketiga 6:1-7:7 dimulai dengan pidato pendapat yang lama                 (6:1-8), dimana terdiri dari pengumuman mengenai percobaan, tuduhan Yahwe, penawaran dari pengorbanan secara pribadi, dan permintaan Tuhan, ringkasan nabi untuk keadilan, cinta dan taat menyalurkan (pernyataan yang diambil dari tradisi kerajaan). Ini diikuti oleh makian dan ancaman melawan kota yang hebat (6:9-16) dan pada bunyi seperti perluasan Isa 57:1-2, ratapan akan tantangan dari orang dan ancaman singkat (7:1-6).  Tidak ada disana fakta yang konkret untuk penulis Mikha; celaan yang keras menyalurkan dan menuntut kebenaran adalah sesuai dalam satu peride. Teologi kebijaksanaan dengan tekanannya pada peran pribadi (6:1-8) dan gambaran dari kehancuran sosial (7:1-6) menyarankan tanggal pada abad ke-5 sebelum penampilan Nehemia.[20]
d. Kumpulan Keempat
            Bagian keempat (7;8-20) merupakan bagian dari seorang nabi liturgi. Bagian ini terdiri dari lagu kepercayaan (8-10), sebuah ramalan pembebasan (11-13), seorang pendoa yang sama pada ratapan umat (14-17) dan pernyataan jaminan bahwa pendoa akan mendengar (18-20); keseluruhan bagian tersebut mendasarkan pada personifikasi Zion. Bagian ini tidak bisa digabungkan dengan 7:1-7 pada bentuk teks liturgi menghadapi penderitaan dan pemulihan raja (Reicke), sejak 7:1-7 adalah teks mengenai kemerdekaan.[21]
e.       Susunan Buku
            Dari sudut bangunannya, Kitab mikha mengikuti  pola eskatologi yang diulang kedua kalinya. Pertama janji-janji eskatologi dalam 4-5 melampirkan makian dan ancaman Mikha dalam 1-3 menghasilkan urutan bencana pembebasan. Sama seperti “Sebelum  dan sesudah” diulang dalam bagian-bagian 6:1-7:7 dan 7:8-20 yang dilampirkan kemudian.[22]

1.5. Pembagian Kitab Mikha
Kitab Mikha terbagi atas 4 bagian, yang terdiri dari:
Ø  Pasal 1-3          Makian dan ancaman menentang Israel dan Yehuda
Ø  Pasal 4-5          Janji-janji
Ø  Pasal 6:1-7:7    Nasehat, Makian, Ancaman
Ø  Pasal 7:8-20     Janji-janji

II. Latar belakang Zaman Kenabian Mikha
2.1.  Sosial politik
Secara politis aktivitas nabi Mikha seharusnya dimulai sebelum kejatuhan Samaria tahun 722 sM. Sedangkan nabi Mikha sendiri tidak diperkenalkan pada saat penyerangan Assyur di tahun 711. Oleh karena itu, pelayanan nabi Mikha mulai sekitar tahun 725 sM sampai waktu sebelum tahun 711 sM. Hal ini membuat nabi Mikha sezaman lebih muda dari nabi Yesaya. Dimana, pelayanan nabi Mikha mengikuti urutan kronologis dizaman Hosea di Israel. Oleh karena itu, tidaklah heran kalau nabi Mikha akrab dengan ucapan-ucapan nabi Yesaya. Sama halnya dengan nabi Yesaya yang akrab dengan ucapan nabi Amos, yang telah mendahuluinya. Akhirnya, 2 dari ucapan-ucapan nabi Mikha dipengaruhi oleh nabi Yesaya.[23]
Menurut George, aktivitas kenabian Mikha terbagi atas 3 bagian didalam pemerintahan raja Yehuda, yakni:[24]
v  Masa  pemerintahan raja Yotam: Nabi mikha mulai bekerja pada zaman raja Yotam ( 745-742 SM )
v  Masa pemerintahan raja Ahas: Pada masa pemerintahan raja Ahas, nabi Mikha bernubuat pada tahun 741-726 SM )
v  Masa pemerintahan raja Hizkia: Pada masa Hizkia, nabi Mikha bernubuat pada tahun 725-697 SM. Hal ini cocok dengan pasal 1:1
Dari tiga  zaman pemerintahan raja-raja tersebut menunjukkan bahwa masa  pelayanan  Mikha sezaman dengan  nabi Yesaya yang memuliai   pelayanan sejak zaman Yotam, Ahas dan Hiskia. Sejarah pemanggilan  Yesaya ditandai dengan datang krisi politik  yang hebat di Yehuda.  Peristiwa krisis itu  terjadi  pada tahun  735-732 SM.  Pemanggilan  Yesaya bertepatan dengan tahun  kematian Raja Uzia.[25] Raja usia pada masa pemerintahannya  dapat mempertahankan  tradisi keagamaan yang bebas dari peneyelewengan selama lebih setengah abad masa pemerintahannya. Ibadah terhadap Yahwe ditegakkan hamnpir  diseluruh  wilayah Yerusalem, dan juga di bukit-bukit pengorbanan.[26] Secara politik Uzia membangun koalisi kekuatan militer dengan negara-negara kecil untuk menghempang kakutan Asyur Estapet kepemimpinan kemudian beralih kepada Yotam anak Uzia yang melanjutkan kebijakan politik anti Asyur, namun sayangnya  pemerintahan Yotam hanya berlansgung singkat. Peraliha  kepemimpinan Yehuda kemudian di pegang oleh raja Ahas, yang kemudian merobah kebijakan politiknya dengan melakukan kontrak politik dengan Asyur. Sikap raja Ahas ini kemudian mendapat kritakan terhadap negara-negara kecil  seperi kerajaan Aram(Damakus), dan kerjaan Utara dan bersekongkol untuk menggulingkan pemerintahan Ahas dan menggantikannya dengan seorang raja boneka yakni anak Tabeel (Yes 7:6). Dalam situasi tersebut Yesaya tampil mengahadap Raja Yehuda dengan meyakinkan  raja, bahwa serangan Aram-Israel  tidak perlu dikawatirkan ( bnd Yes 7:3-11), Akan tetapi raja Ahas menolak penghiburan dan masukan  Yesaya dan  meminta bantuan dari Asyur untuk mematahkan serangan Aram-Israel. [27] Asyur  berhasil  menggagalkan  serangan Aram-Israel unyuk menindas Yehuda tahun 732 sM Asyutr kemudian menyerang Israel dan  mencaplok sebagian wilayahnya dan memaksa Israek Uatara tunduk kepada Asyur.[28] Pasa masa pemerintahan Raja Ahas Yehuda jatuh pada praktek penyembahan behala. Ketika raja Ahas kunjungan  kenegaraan  untuk menghormati Tiglat-Pileser (Raja Asyur), Ahas membawa mezbah kultus Matahari ke Yerusalem dan menggantikan Mezbah Allah di bait Suci.[29]  Dengan demikian pada masa pemerinatah raja Ahas Yehuda berada dalam jajahan Asyur baik secara politik, ekonomi dan keagamaan.[30] Pada tahun 724 Israel Utara kembali melakukan pemerontakan terhadap Asyur bersama dengan negara-negara kecil, namun hal menjadi menambah malapetak. Setelah pengepungan yang cukup lama  akhirnya ibu kota Samaria ditaklukkan oleh  Asyur pada tahun 7221 sM dan sebagaian besar penduduk israel di buang. Sementara itu Raja Yehuda telah diganti  Hizkia anak raja Ahas.  Hizkia melakukan reformasi nasioanal dan memperbaharui kebijakan politik dalam dan luar negeri. Pada  awalnya  ia masih mendukung Asyur namun kemudia ia ikut  melawan Asyur. Akhirnya Sanherib raja Asyur melakukan penyerangan terhadap Yehuda dan melakukan pengepungan tas Yerusalem tahun 701 sM.[31] Namun hanya dengan melakukan pembayaran upeti akhirnya  Yerusalem lolos dari gempuran Asyur. Di sisi lain lolosnya Yerusalem diakibatkan wabah yang mebimba  pasukan tentara Sanherib yang kemudia menarik  diri.  Peristiwa tersebut  dianggap sebagai  mujizat yang dikerjakan Allah.[32]  Selama masa krisis politik itulah nabi Mikha    menyampaikan khotbahnya  terhadap Yehuda[33]
2.2. Sosial ekonomi
            Pada zaman nabi mikha terjadi ketimpangan sosial ekonomi dan  penderitaan atas  orang-orang desa. Para  peminpin eksekutif melakukan suap,  para pemimpin  agama juga   melakukan penyelewengan, nabi-nabi palsu juga   mengutamakan    gaji dan jasa. Para bangsawan  menindas yang lemah dan  memeras kaum miskin dan  menimbulkan kemelaratan dan kemiskinan (bnd  Mikha  2:2; 3:2, 9-11)[34] Mikha meyaksikan  penderitaan berat  dan kejam  yang terjadi pada orang-orang miskin. Tanah mereka dirampas  oleh penguasa di Yerusalem untuk   mendirikan  tempat  penjagaan, karena  Moresyet  menjulang   di atas  dataran tengah dan mengalami   berragam  peristiwa militer, damk agresi milietr  Asyur terhadap Samaria terimbas pada    lingkungan sekitar Moresyet.  Oleh sebab itu  Mikha  sangat keras  menentang  ketidakadilan sosial dan   sknadal rel;igius karena  para pemimpin    mengalihkan perhatian pada pertahanan  militer ketimbang  memperhatikan   penderitaan orang miskin[35] Dari nubuatan Mikha dapat disimpulkan ia  sangat simoati bagi orang miskin, orang lemah, dan  barangkali ia  lebih senang hidup tinggal bersama dengan rumah para  pekerja-pekerja upahan dibanding dengan  hidup dalam  rumah mewah.[36]
Secara sosial ekonomi Mikha hidup di masa revolusi ekonomi, yang sedang membuktikan suatu hal yang memiliki untung dan rugi. Sayangnya, banjir dari kemakmuran material telah menelurkan suatu materialisme yang mementingkan diri sendiri.[37]
2.3. Keagamaan
Kondisi keagamaan di Yehuda mengalami krisis iman, dimana rakyat tidak lagi  mengindahkan khotbah-khobah yang bersifat teguran dan didikan, namun rakayat hanya  suka medengra khotbah-khotbah yang enak di dengar dan menimbulkan rasa aman tanpa adanya ancaman. Rakyat hanya mendengar oknum yang maun  menuruti  moral yang rusak dan  memnetingkan diri sendiri (bnd Mikha 2:11, 3:5)[38]
Secara sosial keagamaan peran Mikha untuk bertindak sebagai komentator religius di Yerusalem, terutama di dalam bidang sosial zaman itu sendiri. Sebagai seorang nabi, satu orang Allah di Yehuda, ia berbicara sebagai suatu wakil dari Allah. Nabi Mikha menunjukan dirinya kepada teokrasi yang nominal dari Yehuda, dengan menyerang penetapan untuk menunda standar ditetapkan Allah menuju ke kepentingan diri, dengan tujuan untuk pelalaian atau dengan aktif yang serba kekurangan. Nabi Mikha melihat bangsa Yehuda mendekati bencana. Di dalam pertunjukan profetik termasuk yang umum bukan sama semata-mata politis tetapi sebagai yang mengenai agama dalam hati. Sebenarnya, Yehuda berjalan sempoyongan di dalam setelah 701 sM krisis untuk abad yang lain atau di hadapan ancaman-ancaman Allah yang mengerikan melalui  nabi Mikha. Setelah 587 sM, ketika Yerusalem jatuh dan Yehuda itu dikembalikan kepada Babel, orang harus telah melihat dengan mata yang baru pada ramalan yang diberi alasan dari Mikha yang kiamat, bordered oleh harapan di sisi ayah.[39]
III. Zaman pemerintahan Raja-raja Seleukhus Dan hubungannya dengan  Mikha 5:1-5a
            Setelah  masa pembuangan  berakhir  maka  keberadaan bangsa Yahudi kemudian berada dalam naungan  Raja Alexander Agung, masa pemerintahan Aleksander Agung kemudian  berakhir dan dilanjutkan oleh  masa pemerintaha  raja Seleukhus. [40] Pada masa pemerintah  Seleukhus keberadaan bangsa Yahudi mengalami berbagai  dilema dan tekanan politik. 
Keadaan bangsa Yahudi pada Masa pemerintahan Raja Selekhus
Pada zaman pemerintahan  Seleukhus orang-orang Yahudi Palestina berusaha untuk mendirikan kembali Negara merdeka dan hidup sesuai dengan kesadaran keagamaan mereka. Ma asehubungan dengan itu pula , orang-orang Yahudi yang berada di luar Palestina dipaksa untuk menggumuli kehidupan mereka sendiri dan untuk memikirkan cara yang paling baik dan tetap mentaati agama Yahudi serta mempersaksikan iman di tengah-tengah dunia dan kebudayaan lain di mana mereka tinggal. Perjuangan untuk  membebaskan diri dari tekanan bangsa lain merupakan sebuah gerakan nasionalisme Israel. [41]
Secara  geografis  dan politik daerah Palestina selalu merupakan ajang pertarungan bagi politik kekuasaan dari golongan Selleuka dan Ptolemeus. Sementara itu, ketegangan baru timbul di masyarakat Yahudi, dua keluarga terkemuka di Yerusalem yaitu keluarga Tobiade dan Oniade bersaing. Salah satu akibatnya adalah timbulnya dua partai di tanah Yudea, yang satu mewakili ortodoksi kaku Yahudi dan yang lainnya lebih bersimpati kepada kebudayaan Hellenisme.[42] Kemelut antara kedua golongan ini kusut dan berkaitan dengan “politik-dalam” Yahudi dan kecemburuan antara keluarga dengan gerakan di tengah-tengah Yahudi “liberal” yang ingin menganut kebiasaan-kebiasaan dan patokan-patokan hidup dunia Yunani. Antiokhus mengetahui bahwa ini bukan sekedar pergelutan politik, tetapi juga perselisihan di antara umat Yahudi sendiri mengenai agama mereka.
Karena keadaan ini menimbulkan masalah, Antiokhus bertekad bahwa pengaruh agama itu harus dikurangi. Di samping melakukan penganiayaan yang sangat kejam kepada penduduk Yerusalem, ia juga melarang pengudusan hari Sabat, pelaksanaan sunat, serta pembacaan Hukum Taurat pada hari Sabat, dan bagi siapa yang melaksanakannya akan dihukum mati. Sebagai gantinya ia melakukan korban kafir dan menjalankan persundalan dijalankan di Bait Suci serta menjadi tempat ibadah kepada dewa Yunani, Zeus. Orang-orang Yahudi yang taat dihina sekasar-kasarnya, dan dipaksa menerima kelompok ras lain yang hidup bersama mereka untuk masuk ke Bait Suci, termasuk orang-orang non Yahudi.

3.1.Gerakan  politik memalui  revolusi Makkabe
Penindasan menjadi fenomena  sosial yang  menimpa orang-orang Yahudi pada waktu itu. Kondisi penindasan dan pelecehan inilah yang tidak dibiarkan oleh Matatias, dan ketika ia disuruh mempersembahkan korban di mezbah kafir, ia menolak, namun seorang Yudea lain maju menggantikannya, sehingga Matatias membunuh baik Yahudi yang melakukan pembakaran persembahan di atas mezbah dan pegawai Antiokhus IV yang memberikan perintah.[43] Setelah peristiwa pembunuhan itu dia mengungsi ke pegunungan beserta dengan anak-anaknya dan orang-orang yang setia kepada Taurat. Keberangkatan dan pengungsian mereka menjadi awal dilakukannya atau dimulainya apa yang disebut revolusi Makkabe. Pegunungan Yudea sangat cocok sekali untuk perang gerilya, banyak orang Khasidim menyertai Matatias dan anak-anaknya. Mula-mula mereka sudah merasa puas dengan melakukan terror kepada orang-orang yang murtad, memusnahkan mezbah-mezbah dan mengawasi pelaksanaan Taurat.
Pada waktu Matatias meninggal, ia digantikan anaknya yang bernama Yudas, yang kemudian membuktikan dirinya seorang pemimpin yang menyerupai kepribadian Gideon. Tujuan pertama dari perlawanan mereka adalah memperoleh kembali kebebasan untuk menaati hukum-hukum Yahudi, menguasai dan menyucikan kembali Bait Suci. Kelompok Makkabeus membangun tembok keliling Bait Allah dan menempatkan penjaga-penjaga di sana. Hal yang sama mereka lakukan terhadap kota Bethzur di sebelah selatan Yerusalem. Pada tahun 163 sM Kelompok Makkabeus melancarkan usaha-usaha untuk membantu orang-orang Yahudi yang tinggal di tengah-tengah masyarakat Yunani (non-Yahudi).[44]
Hal yang menarik adalah kelompok Makkabeus selalu mendapatkan kemenangan yang gemilang melalui tentara-tantaranya yang gagah berani, walaupun jumlah mereka sangat sedikit dibandingkan dengan tentara Aram. Kelompok Makkabeus tinggal di kota Mikhmash, sebuah benteng yang kuat di sebelah timur kota Yerusalem. Yonatan Makkabeus memimpin kelompoknya dan melakukan tugasnya seperti para hakim zaman dahulu. Ia menjadi pemimpin militer, agama dan sekaligus pemimpin politik.[45]
Ketika Antiokhus masih sibuk dengan peperangan-peperangan yang lebih besar melawan orang Partia, walinya Lucias mengadakan perdamaian dengan Yudas dan membatalkan keputusan-keputusan yang menjijikkan yang diambil pada tahun 165 sM.[46] Dengan modal perdamaian ini, Yudas beserta dengan kelompoknya dengan gembira memasuki Yerusalem, dan dengan hikmat ia membersihkan dan menahbiskan Bait Suci kembali, dan memulihkan kebaktian kepada Allah. Peristiwa penahbisan ini diperingati dalam hari raya Khanukkah atau hari raya penahbisan Bait Allah (Yoh 10 : 22).

3.2.Perjuangan agama dan dampak politiknya bagi  keberadaan orang Yahudi
Kelompok Khasidim merasa berbahagia, karena mereka telah memenangkan kemerdekaan untuk menjalankan kehidupan agamawi dan hukum-hukum mereka. Tetapi keluarga Yudas (Hasmoni). Hasmoni adalah salah satu kelompok dari wangsa Makabe yang tidak puas hanya dengan kebebasan agamawi namun tetap memperluas wilayah kerajaan secara politik [47] belum puas, mereka ingin lebih berkuasa lagi, dan mendirikan wangsa mereka sendiri di Yudea. Di bawah kepemimpinan mereka, Yudea menikmati suatu periode yang secara politis relatif independent sampai jenderal Romawi menaklukkan kota Yerusalem. Wangsa Hasmoni tidak selalu mengingat pergumulan agamawi yang pada mulanya telah memberi mereka kekuasaan, dan sebagai akibatnya mereka kemudian kehilangan dukungan dari kaum Hasidim.[48]
Kemenangan Makabe ini juga menimbulkan penganiayaan yang dasyat sekali terhadap golongan minoritas Yahudi di kota-kota yang penduduknya campuran. Yudas meneriakkan seruan; “Bertempurlah hari ini demi saudara-saudaramu”. Sedangkan adiknya Yonatan berhasil melakukan ekspedisi-ekspedisi pembalasan di Transyordan, sedangkan Simon melakukan hal yang sama di Galilea. Pada tahun kematian Antiokhus Epifanes (164/163 sM), Yudas mengepung benteng Akra, yaitu benteng pasukan Aram di Yerusalem, yang merupakan lambang pertuanan raja Selleuka.[49]
Beberapa dari kaum Khasidim menemukan bahwa korupsi dan hellenisasi dari raja-raja Hasmoni tidak dapat ditoleransi dan mereka kemudian mengundurkan diri ke padang gurun Yudea sebagaimana yang telah mereka lakukan pada masa Antiokhus. Mungkin gerakan seperti inilah yang menghasilkan dasar bagi kelompok masyarakat Esene di Qumran di pantai Laut Mati. Orang-orang Khasidim lainnya tidak bertindak sejauh itu, tetapi membentuk kelompok-kelompok sebagai gerakan protes di dalam arus utama masyarakat Yahudi.[50] Mereka hanya mengecam dan menentang mereka. Pertikaian besar antara orang-orang Farisi dan Saduki di kemudian hari adalah hasil perkembangan pertikaian antara kaum Khasidim[51] dengan kaum Makkabe.[52]

IV. Latar belakang Teologi Kitab Mikha
Kitab Mikha  terdiri atas  nubuat-nubuat  Mikha yang sezaman dengan Yesaya (kira 740-700 sM), tetapi hampir   separuh  isi kitab Mikha  merupakan nubuat-nubuat tambahan pada kemudian hari. Pasal 5 ditempatkan pada posisi dimana  pasal sebelumnya memberitakan   keselamatan bagi Sion, pusat kerajaan damai yang kekal (4:1-5) umat  Israel yang terpencar akan dipulihkan kembali seperti dahulu kala (4:6-8), dan putri Sion  akan memperoleh pembebasan dari pembuangan (4:9-10) dan  putri Sion akan  diperlengkapi untuk  memperoleh kemenangan (4:11-14). Dalam pasal 5 dilanjutkan dengan   penyelamatan Sion dari ekuasaan penjajah  dari “Asyur” yang dipakai sebagai simbnol kekuasaan  segala penguasa asing yang akan hancur (5:4-5), yakub akan menjadi unggul dan jaya (5:6-8),  alat-alat perang dan penyembahan akan dilenyapkan (5:9-14).  Dari iktisar Mikah 4-5, jelas bahwa    pasal 5:1-3, diapit oleh  ucapan-ucapan  yang semunya  mempunyai latar belakang  dan tujuan yang sama makna  nats tersebut hanya  dapat dipahami  menurut   konteksnya. [53] 
Penjelasan  Mikha 5:1-3 dapat dipahami jika bertitik tolak dari ungkapan “ Ia membiarkan mereka” (5:2). Dalam Pasal 4 dijelaskan bahwa  Tuhan   mneyerahkan  umatnya   ke dalam  tangan musuh-mushnya dan akhirnya Yerusalem  menjadi puing, raja dan segala  penasehatnya sudah lenyap, dan  bersama rakyat dibawa  ke  babel” putri sion disergap  kesakitan  seperti perempuan  yang melahirkan (bnd  4:9-10.14) Namun krisis yang yang mengerikan yang terjado pada tahun  587 sM akan berakhir juga bia “ permepuan  yang akan melahirkan  telah melahirkan” dan saudara-saudaranya  telah kembali kepada orang Israel artinya  telah pulang  dari tempat pembuangan (5:2). Sehubungan dengan penyelatamn Sion itu,  maka kerajaan yang berpusat pada  kota itupun akan dipulihkan kembali (bnd 4:6-8). Pemulihan itu ditandai dengan kebangkitan seorang raja yang berasal dari Betlehem, tempat asal Daud (5:1), demikian juga nubuatan yang  disebut oleh nabi lain “tunas   dari tunggul Isai   orang Betlehem itu (Yes 11:1). Raja  itu akan memerintah   sebagai gembala yang baik seperti daud (Mzm 78:70-71) dan akan berkuasa sampai ke ujung  bumi (5:3 bnd  Mzm 72:8).[54]
Jika isi nats tersebut diperhadapkan pada zaman  sesudah pembuangan  nampaknya nubuatan penyelamtan itu  tidak kunjung digenapi. Abad  demi abad beralu ,  maka  umat  pembaca Mikha  tetap mengharapkan   kedatangan  raja  dari betlehem “pada hari-hari terakhir”. Dalam hal ini terjadilah  pergeseran makna nubuat tersebut yang  semakin terpisah dari  konteks nya  yang mula-mula dan tokoh raja itu juga semakin  ajaib hingga melewati zaman  kerjaa dahulu kala.  Kemudian para penulis Injil  kemudian  menuliskan bahwa   penggenapan itu nyata di dalam Kristus yang  lahir di Betlehem (bnd luk 2:11).[55]
V. Tafsiran
5.1. Tafsiran Menurut P.K. Pilon
Ayat 1:  Tetapi engkau.. ungkapan ini identik dengan  permulaan pasal 4:8 yang memiliki nada yang sama.  Ungkapan tersebut dipakai untuk  menyatakan tentang keselamatan. Dalam konteks kehidupan yang mengalami krisis Allah akan membangkitkan   seorang yang memerintah Israel. Raja yang memerintah itu akan datang dari Betlehem. Nama Betelehem  Efrata  berarti  rumah roti, dimana  di kota itu banyak ditanm gandum. Nama Betlehem  dan Efrata harus dibedakan ( bnd  1 Sam  17:12) dimana Daud disebut anak seorang Efrata dari Betlehem-Yehuda. Kota Betlehem merupakan pusat   suatu daerah   bernama Efra yang terletak di Yehuda.  Betlehem disebut juga yang terkecil dari kaum Yehuda. Kaum Yehuda dapat diterjemahkan  ribuah Yehuda, Yehuda yang terdiri dari bagian-bagain yang penduduknya   kurang  lebih seribu. Betlehem  ialah yang terkecil dari kaum Yehuda  artinya yang terkeciul  yang tidak akuta   yang dianggap rendah dan tidak berharga.   Ungakapan  Raja yang akan datang menurut interpretasi penafsir  menyatakan pra eksistensi (adanya sebelum penciptaan) dan kongkritnya digenapi dalam diri Yesus. Namun jika  ungkapan nini ditempatkan dalam konteks zaman  Mikha maka ayat ini merupakan  evaluasi kepada  israel  untuk mengingat  masa lamapau pada  masa  pemerintahan raja Daud. Dan kemudian  Tuhan  kembali mengambil prakarsa  untuk   memanggil seorang raja  dari keturunan Daud untuk menyelamatkan  Israel. Secara politis Israel pada  waktu itu ditekan oleh Asyur, dengan demikian ungkapan dalam ayat ini  merupakan janji pemuliha Allah  sebagaimana yang telah dilakukan oleh Allah  pada masa lampau dan  masa  yang akan datang ( bnd  1 Sam 16:1). Disatu sisi  ungkapan ini merupakan   nubuatan yang bersifat eskhatologis (bnd  4:1). Dalam PB penulis  Injil menyatakan bahwa  di dalam Kristus nubuat  Mikha tesebut  merupakan  permulaan  Israel yang baru (bnd  Mat 2:6, Yoh 7:42)[56]
Ayat 2: Ayat ini nampkanya bertentang dengan ayat 1 sebaba  dalam ayat 2 ada  terjadi perubahan  subjek , dalam ayat 1 menggunakan kata ganti orang pertama, sedangkan dalam ayat 2a menggunakan kata ganti orang ke tiga tunggal ia.  Penafsir  menyimpulkan  bahwa ayat 2 merupakan sisipan antara ayat 1 dan ayat 3. Ada  juga mengatakan bawah ayat 2b merupakan  tambahan  pada zaman  pembuangan  oleh seorang yang berada dalam pembuangan  yang mengharapkan  dipulangkan dan  dipersatukan  dengan bangsa  Israel. Istilah kata “membiarkan  dalam  ayat  ini diartikan   dengan kata menyerahkan (menurut bahasa Ibrani “memberikan). Konteksnya  Israel berada dalam naungan musuh (bnd 4:9,10). Karena Dia  membirakan mereka dalam pembuangan oleh musuh termasuk bagian dari rencana  Allah (bnd  4;12). Namun penderitaan akan segera berakhir pada saat perempuan akan melahirkan    raja mesianis. Konsekuensi dari   munculnya raja  itu adalah pemulihan Israel kembali  yakni sisa-sisa  dari pembuangan (bnd 2;12) yang dipersatukan  menjadi satu kesatuan dibawah pemerintahan  seorang raja yang menjadi   gembala[57]
Ayat 3-4a:  Bagian ini menekankan bahwa raja yang akan bangkit itu adalah berfungsi sebgai gembala. Istilah  gembala merupakan gagasan yang  lazim digunakan  (bnd   Mzm 23,  Yeh 37:24). Pernyataan dalam ayat ini juga merujuk pada  Daud   selakugembala- raja kata   dm;ª['  (ämad) artinya berdiri dalam terjemahan lain diterjemahkan “bertindak”. Artinya raja Mesianis akan mengambil alih   pimpinan  bangsa Israel, namun  bukan atas dasar kekuatan sendiri   tetapi   melalaui kekuatan  Allah. Oleh sebab itu eksisnetsi raja Mesianis selalu tergantung pada   Allah.[58] 
Ayat 4b-5: Dalam ayat ini penekanan tentang pengharapan mesianis  bertitik tolak adari  ancaman  yang nyata  dari pihak Asyur terhadap  Yerusalem dan Yehuda, hal itu menjadi konteks   umum dalam  kitab nabi Mikha. Keberadaan Asyur secara politik merupakan ancaman besar bagi  bangsa Israel. Namun  Apabila Asyur   masuk ke negeri  kita , ketika  Asyur mulai  menyerbu    daerah  Yehuda dan Yerusalem, maka Israel akan   membangkitkan   tujuh gembala, bahkan  delapan pempimpin     manusia untuk melawan Asyur. Pernyataan ini  merupakan kisan yang bersifat Apokaliptis. Angka tujuh    memiliki arti    sesuatu yang cukup, sedangkan angka  delapan   berarti   lebih dari cukup. Istilah  angka tersebut  memiliki arti  “suatu kekuatan” untuk melawan Asyur. Istilah gembala dan pemimpin  dapat disejajarkan dengan     raja  (ayat 3). Oleh sebab itu jika  ayat ini dihubungkan dalam  kopsep apokaliptis maka raja yang dimaksud adalah  raja Mesianis, sebagai raja yang  memberi kelepasa, dengan demikian maka  ayat  4b ini dipahami  bahsa   krdatangan raja Mesianis serta kusanya  maka  kuasa Asyur akan ditaklukkan.[59]
Pandangan lain  mengasumsikan bahwa pemahaman  tujuh   gemba adan   delapan  pemimpin diangkat dari sebuah mitologi. Pemahaman mitologi terhadap  angka tersebut adalah suatu zat -zat ilahi    yang  memberikan   pertolongan  untuk  mlerepaskan manusia. Interpretasi lain mengatakan bahwa   ayat  4b ini merupakan ssipan yang berasal dari  zaman raja-raja Seleukid yang  dotentang Israel   melallui gerakan Makhabeus. Dalam arti  tujuh gembala dan  delapan pemimpin merujuk pada   pemimpin manusia   yang berasaldari  keturunan Makkabi. Namun dalam ayat 5, metafora    kuasa Mesianis.  Fungsi tujuh  gembala dan delapan     pemimpin manusia “akan mencukur   negeri Asyur dengan pendang”. Sebenarnya    kata “kerja  gembala dalam hal ini kemungkinan diartikan  dengan  :”menguasai”  artinya   negeri  asyur akan ditaklukkan dengan pedang, kuasa  mesianis  tidak  hanya sebatas   Israel saja, tetapi  daerah  Asyur sediri.[60]
Sebutan  nama Nimrod dalam ayat  ini   adalah  istilah lain  untuk negeri Asyur. Nimrod adalah deklarator  kerjaan Asyur (walaupun ia mendirikan   kerajaan Babel, bnd  Kej 10:10-11). Penaklukkan  Asyur  mencapai  pusat pusat kota  yang disebut dengan istilah “di dalam pintu gerbang”, artinya siapa yang menguasai pintu gerbang berarti menguasai seluruh kota. Hal yang menarik pada  bagian akhir ayat 5 ini adalah menyororti kembali tentang raja Mesianis.[61]

5.2. Tafsiran Menurut George  Arthur Buttrick (ed)
Ayat 1: Penulis  dalam  ayat ini   mengambil  pandangan  lain dalam tinjaunannya  kembalai terhadap kerjaan Yahudi, yakni kembali melihat pada masa lalunya  (4:8). Waktu yang digunakan adalah masa  yang akan datang karena penulis  menggabungkan  tujuan ramalan (pada masa yang akan datangh)  dari tuhan terhadap  kota Betlehm pada   waktu daud   dipanngil  menjadi Raja. Ayat ini menekankan  tujuan   Allah pada masa lampau  terhadap Betlehem  yang diorientsikan pada masa yang akn datang. Kota Betlehm terletak  sekitar 5 mil  dibagian Selatan barat Daya dari Yerusalem Efrata, hal ini menunjukkan    daerah itu   yang spesifik dimana   lokasinya (kota Betlehem) itu. Perpeaduna   petunjuka  membeadakan   Efrata  dari kota-kota  lain dengan nama Betkehem dalam  bagian-bagian  dari palestina. Istilah Betlehem merupakan yang terkecil dari Yehuda  menunjukan kota  itu terdiri dari ribuan  orang. Pada masa  daud, ketika Palestina berkembang dengan  maju, eksistensi  kota Betlehem sangat dikucuilakn diantara  kota/desa  di Yehuda. Namun pada masa Daud puta Isai, ia  menyemimbangkan  kerjaan Israel  dengan dasar yang kuat dan menjadi   penemu dari Dinasto kerjaan  yang mengatur Israel selama berabad-abad, sampai pembuangan  paada tahun 587 sM. Penulis sungguh-sungguh   mengagumi  betapa besarnya  perubahan  yang datang  dari temapat yang dikucilkan itu. Tuhan raja Daud   dan pengikut-pengikutnya berpikir  bahwa   bulir-bulirnya dapat   mengatur  bangsa Israel. Pada  bait yang terakhir ditekanakan bahwa pemulihan kerjaan Israel, akan kembali  pada  masa  kerajaan Daud pada masa lampau.[62]
Ayat 2: Dalam  ayat ini yang menjadi pusat  perhatian adalah  pandangan tentang    perubahan waktu  dari zaman  Daud. Ayat ini merujuk pada masa pembuangan. Ayat inil lebih jauh    menekankan tentang ramalan  terhadap  umat Israel  tentang  pergantian  kedatangan dan tujuannnya yang dilajutkan  pada masa   yang akan datang. Pada  bagian pertama ayat  tiga  ditekankan  tentang philosophi  dari masa pembuangan. Israel  akan jatuh ketangan bangsa-bangsa  oleh kehendak Allah sendiri, dan  akan mengalamai   penderitaan nyang mengerikan dan kemudian  seorang raja yang baru kemudian  akan memulihkan  kerajaan mereka. Sebuatan tentang wanita dalam  ayat ini adalah menunjukkna pada Israel sendiri yang digambarakan seperti  perempuan yang akan melahirkan dalam artian israel akan mengalami suatu proses penderitaan (bnd  4:9-10). Kemudian Ibu Israel yakni Allah sendiri sebagai   penolong akan    menolong  proses  kelahiran   seorang raja  yang akan   memperbaharui pemuliha bangsa  dan   kerajaannya. Pemulihan umat Allah dalam  penekannan ayat ini implikasinya adalah  pemulihan  Israel  ketika  mereka kembali  ke palestina ke tempat  tanah   mereka yang Kudus.  Kembalinya umat Israel dari pembuangan merupakan sebuah  peristiwa yang spektakuler dalam penyatuan kembali  bangsa  Israel ke tanah ait mereka.[63]
Ayat 3 Ayat ini menekankan  tentang tindakan  raja yang baru. Hal ini bertentangan dengan  harapan pada masa sesudah   pembuangan ( Yes 40:10-11), dimana Allah sendiri yang bertidak menjadi gembala yang baik, disisni Allah sendiri akan mendelegasikan  kuasa-Nya   kepada raja yang akan datang yang memelihara  dan  memberi perlindungan  dalam  kepemimpinan yang teokrasi yang memberikan sebuah harapan dimana kebenaran sebagai dasar perimbangan. Di Dalam  kepemimpinan yang baru itu  dintadi dengan ciri   kekuatan dan  keagungan Allah. Raja yang akan  datang itu   datang sebagai raja yang memberikan pembaharuan (restorasi) dimana   kedatangan kerajaannya tidak akan berakhir untuk selam-lamanya, bukan hanya   setelah masa pembauangan, tetapu juga    namun pemerintahannya  adalah untuk sepanjang masa. Dalam ayat ini ditekankan harapan terhadap raja yang akan datang itu, dimana  setiap orang akan  hidup  didalam  sesetiaan dan ketaaan  karena  kebesaran  dan kesempurnaan tindakan yang diperbuat oleh raja yang akan datang itu.[64]
Ayat 4:  Kedatangan   Raja (sebagai manusia) akan   membawa suatu  masa  dan kedamaian. Bagian ini nampaknya  sebuah sisipan yang dimasukkan   pada  waktu kemudian setelah dinyatakan harapan-harapan  yang dinyatakan dalam satu dokumen yang terdapat dalam  pasal 4:9-5:5a. Bagin  ini merupakan sisipan yang  berasal dari  masa  akhir zaman Makkabeus, sebab pada masa  itu tidak ada seorang raja dalam komunitas   bangsa Yahudi, dan nampaknya   orang yahudi pada  waktu itu mengalami keputusasaan tentang harapan  raja yang  dinantikan itu tidak kunjung menjadi  kenyataan. Di dalam bagian ini , istilah-istilah Asyur  dan negeri Nimrod, acuan sepertinya adalah yang digunakan pada Syiria (timur lautnya dan Utara dari Palestina) dan Seleukus sebagai rajanya. Oleh sebab itu maka sisipan ini berasal dari masa  tahun 312 dan 65 sM. Penulis menyisaratkan  bahwa  para penguasa pada waktu itu  telah menimbulkan  depresi oleh peristiwa-peristiwa yang terjadi pada waktu itu, dimana sebagian orang tidak mencatatnya  pada zaman pemerintahan  raja Seleukus sebelumnya. Mungkin ini mengacu  pada penaklukan  Palestina   oleh raja Antiokhus III yang sedang  dalam proses pada tahun  218 sM sampai  dengan tahun 198 sM, pada  masa  itu terjadi gerakan untuk memulihkan  orang-orang Yahudi dari imbas krisis yang terjadi di Palestina. Kemudian Karl Marti, Paul  Haupt, dan  Hermann Guthe  berasumsi bahwa peristiwa itu  mengacu pada tahun kemudian yakni  masa  gerakan Makabeus, setelah  perampasan Bait Suci tahun 170 sM, yang berusaha merebut kemenangan komunitas Yahudi  yang ditaklukkan oleh  Antikhus  Ephipanias. Dengan demikian maka ayat ini menunjukan  pada waktu terjadinya  krisis nasional pada waktu itu[65]
Ayat 5: Ayat ini memiliki makna  dimana akan ada pembebasan dari tangan musuh, dan mush akan dihancurkan. Musuh yang disebut dalam ayat ini disebut sebagai  Asyur, dan negeri Nimrod yang mengandalkan kekuatan militer. Istilah  Asyur  jika dihubungkan dalam  konteks ayat ini merujuk pada  tindakan Seleukhus yang hancur karena mengandalakan  kekuatan mileternya. Ayat ini pada dasarnya memiliki makna pembebasan umat yang dikasih Allah.[66]

5.3. Tafsiran Menurut Carroll Stuhlmuller
Ayat 1: Istilah Efrata merujuk pada  sebuah nama tempat di  Utara  Yerusalem  dekat Rama, ditempat itulah  Rahel  meninggal (1 sam  10:2; Yer  331:15). Efrata juga    menunjukkan   nama sebuah  suku, yakni keturunan  Efrat, istri kedua kaleb ( bnd  1 Taw 2;18-19, 24-55, yang menyebut   tentang bangsa  yang bernama  Bet-Gader  dan Betlehem). Dalam perkembangan selanjutnya   Betlehem Efrata   menjandi   sejarah dinasti Daud yang pernah memerintah  selama  350 tahun lamanya.[67]
Ayat 2: Seperti  nabi Yesaya (7:14), nats  ini juga  mengangkat  perempuan dari keturunan  yang akan  melahirkan seorang raja. Dalam ayat ini tidak disebutkan  siapakah ayah. Para  penafsir memehami ayat ini   menekankan konsep Mesianis  yang dijanjikan   dari  seorang perempuan perawan. Kemudian dalam  ayat 3   menceritakan    misteri   dan janji-janji terhadap   keturunan Daud.[68]
Ayat 4-5: Pernyataan   tentang “Dia akan   menjadi  damai sejahtra”  dipahami merujuk pada    Raja Daud  yanga baru  yang  datang dari kota Betlehem.  Dalam teks  Ibrani   ayat ini    digabungkan  dengan  ayat  berikutnya (ayat 5) yanag mewartakan    para    gembala    dan pemimpin   mendatang    yang akan    dibangkitkan Allah  untuk membebaskan Israel dari penjajan Asyur.  Sebutan tentang Nimrod  merujuk pada   nenek moyang   bangsa Mesopotamia  (Kej  10:8-12), namun penejelasn   mengenai  Nimrod dalam ayat  ini sulit untuk dipahami.  Kemudian oernyataan tentang tuju gembala  dan  delapan  pemimpin manusia, nampaknya memiliki arti simbolis ketimbang makna  harafiahnya, sebab  nabai Mikha juga   lebih menekankan    tentang simbolis.[69]
VI. Makna   Teologi  yang baru Mikah 5:1-5a
Dari uraian  penafsiran  di atas penafsir tertarik menarik kesimpulan sebagaimana asumsi dasar yang  kemudian menjadi kesimpulan  yang dirumuskan oleh PK Pilon, bahwa perikop ini  merupakan satu  naskah  Mesianis yang  identik  dalam    pemeberitaan nabi Yesaya (bnd  Yes 7:14; Yes  8:23-9:6). Namun yang menjadi dialetikanya adalah apabilan nats tersesebut  merujuk langsung kepada Yesus Kristus, maka jika demikian, problematikanya adalah interpretasi  demikian nampaknya menganbaiakan  sejarah konteks dimana   kata-kata itu dikhotbahkan. Sebab  pada dasarnya    konteks  dan situasi  kongkrit dimana   nats tersebut diucapkan menjadi titik tolak   untuk mengiterpretasikannya.
Cerita tentang Asyur dalam  perikop ini menunjukkan bahwa  pada zaman Mikha   terjadi suatu krisis politik dimana Asyur menjadi ancaman bagi Yehuda (4:4; 5:2). Jika  perikop tersebut ditempatkan pada zaman Mikha  maksud dan tujuan  perkataan tersebut adalah memberikan  harapan kepada umat Yahudi  ditengah krisis yang menipa umat Yahudi. Namun Ahli lain juga  memahami bahwa ayat tersebut berasal  pada masa pembuangan dan setelah zaman  pembuangan. Pada dasarnya tujuan dari  nats tersebut meberikan suatau pengharapan  terhadap umat yang mengalami musibah, dimana umat   dihiburkan  dengan  kabar gembira  tentang   suatu kerajaan  yang menyerupai  kerajaan Daud  dan yang akan   mengalahkan  Asyur. Akan tetapi  perlu dipahami bahwa     lukisan yang dipakai  oleh Mikha  mempunyai  unsur-unsur eskatologi, dalam hal ini dipahami bahwa kongkritisasi tentang raja yang akan memulihkan Israel tersebut tidak dipahami secara politis.[70]
Pada dasarnya tema  yang ditekankan dalam  perikop 5:1-5a adalah tentang “pembebasan” melalui kedatangan seorang raja dari keturunan Daud yang menjadi   raja dame sejahtera. Jika   perikop ini ditempat pada konteks  zaman Mikha, dan kemudian  pada masa  pembuangan dan sesudah pembuangan, maka   pernyataan perikop ini tidak kongkrit. Oleh sebab beberapa para ahli mengatakan bahwa perikop ini  tidak berasal dari  Mikha namun merupakan  sisipan untuk menceritakan  dan memberi pesan dan harapan kepada umat Yahudi yang mengalami krisis pada zaman Seleukhus. Oleh sebab   sebutan   tentang  Asyur dalam  perikop ini merujuk kepada  Selekhus[71]. Oleh sebab itu makna teologia  yang dikembangkan dalam  perikop ini adalah teologia Mesianis dan eskatologis, dimana bagi orang Kristen termanispestasi di dalam diri Yesus Kristus sebagai raja yang telah datang dan akan datang untuk keduakalinya ( eskatologis).
Oleh sebab itu bagi orang Kristen implementasi dari raja dari keturunan Daud diwujudkan  dalam diri Yesus Kristus sebagai raja damai (ayat 4). Akan tetapi realisasi  secara total belum  terpenuhi sebagaimana   maksud dan tujuan dari nats ini dalam konteksnya. Namun inti pokok dari perikop ini adalah menekankan tentang  “harapan dalam kepastian   bahwa Tuhan  Allah  akan  melepaskan   dan  menyelamatkan  umat-Nya yang mengacu pada zaman eskatologis. Dengan demikian, secara iman   perikop ini merupakan  refleksi bagi kehidupan umat  manusia dalam menghadapi kriris dalam  kehidupannya.
3.2 Tinjauan Historis Injil Lukas
            3.2.1 Konteks Sosial
v  Suasana Sosial-Politik
Dalam periode Yunani-Romawi, umat Yahudi yang telah terpencar di seluruh penjuru disebut keyahudian Hellenis (di Palestina). Kaum ini (diaspora; keyahudian hellenistis) masih tetap membayar upeti mereka, bila pergi berjiarah ke Yerusalem.
Masyarakat Yunani-Romawi mengharapkan perilaku tertentu dari anggota-anggotanya. Apakah orang merdeka atau budak, laki-laki atau perempuan, warga negara maupun bukan, semua orang dituntut untuk menghormati yang berkuasa (entah raja, kaisar, atau hukum) untuk menyumbangkan pengabdian sesuai dengan kemampuan mereka yang mungkin mencakup tugas militer atau kerja bakti atau sumbangan-sumbangan finansial untuk membiayai pengeluaran masyarakat, dan ikut serta dalam ibadah-ibadah bersama masyarakat[72].
Pada saat itu Pejabat Romawi menindas rakyat dan rakyat memberontak kepada raja. Herodes memperlakukan rakyat dengan sadis, dan semua hak orang Yahudi di eksploitasi habis-habisan oleh penguasa setempat yang jahat, sehingga saat itu telah banyak rakyat yang terdesak melakukan perampokan, kejahatan, dan pemberontakan menyebar. Pihak pemerintahan Roma bukan saja tidak mampu mengatasi masalah tersebut dengan baik, malah sebaliknya pihak pemerintah Roma mengandalkan kekuatan militer mereka untuk menindas dan membunuh serta menguasai lahan-lahan yang dimiliki oleh rakyat[73]. Inilah yang menyebabkan semakin banyaknya orang-orang yang miskin dan tertindas pada masa itu.
           
v  Suasana Ekonomi
Kekayaan materi dari dunia Yunani-Romawi dibagikan secara sangat tidak merata. Kaum bangsawan menghabiskan banyak uang dalam kampanye-kampanye pemilihan umum dan kemudian menghabiskan  banyak uang pada masa jabatan mereka. Konsumsi yang berlebihan adalah sebuah gaya hidup yang dituntut dari kelas atas[74].
Pajak-pajak tidak langsung dikenakan kepada warga negara Romawi, tetapi semua itu dikumpulkan dari wilayah-wilayah taklukan provinsi, dan bea cukai serta pembayaran non uang yang diberikan kepada pejabat penting Romawi. Yang menanggung pajak adalah rakyat miskin, dan mereka harus membayar upeti kepada Roma, sehingga mereka tidak mungkin hidup secara layak[75].

           3.2.2 Konteks Historis
Injil Lukas ditulis di luar Palestina untuk umat Kristen bukan Yahudi dimana perselisihan tentang adat dan hukum bangsa Yahudi tidak penting lagi. Menurut waktu dan tempat, jemaah ini sudah jauh dari Yesus. Oleh sebab itu Lukas ingin meyakinkan jemaahnya bahwa iman mereka di tengah ketidakpastian akan kedatangan kembali Tuhan yang tertunda, mempunyai dasar yang kuat. Mengenai tahun penulisan umum dapat diterima bahwa Injil Lukas ditulis antara tahun 80-90 M[76]. Dan mengenai penulis kitab Injil Lukas, menurut cerita-cerita kuno Lukas adalah salah seorang teman seperjuangan Paulus. Dan Lukas termasuk orang-orang yang disebut dengan sebutan ‘kami’ dalam Kisah Rasul, dan yang disebut juga dalam Kolose 4:14, Filemon 23 dst; 2 Tim 4:9-12. maka memang bisa diduga bahwa Lukas yang telah menulis kitab Injil Lukas[77].
Injil Lukas menceritakan tentang riwayat Yesus sebagai sejarah. Ia menjelaskan kelanjutan antara pelayanan Yesus dan timbulnya gereja mula-mula, dengan demikian membuat Yesus menjadi bagian sejarah gereja. Maksud Lukas bukan untuk mengatakan bahwa kehidupan Yesus semata-mata sebagian dari sejarah gereja, tetapi adalah tindakan rahmani Allah terhadap manusia, didahului oleh sejarah Israel dan merupakan permulaan zaman gereja; sejarah akan disudahi dengan kedatangan Yesus yang kehidupan duniawinya adalah adegan utama dalam penebusan[78]. Lukas ingin menyampaikan kepada pembacanya bahwa pelayanan Yesus adalah masa dimana semua orang sungguh-sungguh menerima keselamatan yang daripada-Nya  dan untuk bersama-sama bergabung ke dalam kerajaan Allah.
Injil Lukas menyampaikan bahwa keselamatan adalah adalah untuk semua orang. Jadi dalam hal ini Lukas memperlihatkan bagaimana Yesus membawa keselamatan kepada orang-orang rendah di Yudea, yaitu orang-orang miskin, kaum perempuan, anak-anak dan orang-orang yang paling berdosa. Dengan demikian jelas bahwa orang-orang miskin adalah orang yang akan menerima anugerah keselamatan dari Allah melalui anak-Nya Yesus.
Dalam Lukas 4:18-19, Allah melalui anak-Nya Yesus ingin memberitakan kebar baik bahwa tahun rahmat Tuhan telah datang, dan ini terutama kepada orang-orang miskin dan orang-orang yang tertindas, karena merekalah yang akan mewarisi kerajaan Allah yang telah dijanjikan kepada manusia. 

DAFTAR PUSTAKA


Pfeiffer, Robert, H. Introduction To The Testament, New York, 1948
Madian. J. dkk, Pengetahuan tentang Isi Alkitab, Jakarta: BPK– Gunung Mulia, 1952
Blommendal, J. Pengantar Kepada Perjanjian Lama, Jakarta: BPK– Gunung Mulia, 2007          
Fohrer, George, Introduction To The Old Testament, USA, 1968
Merlin Dowis Smith, Jhon PhD, dkk, The Internasional Critical Commentary, Micah,    Zephaniah, Nahum, Habalank, Obadiah and Joel, New York, 1948
Smith, Ralph, L. Word Biblical Commentary Volume 32, Mikha – Malachi, Amerika :   Word Inccurporated, 1984
George Arthur Buttrick (ed), The Interpretr Bible, The  Holy Sciptures: In The  King Jmaes And  Revised Standart Version With Geberal Articles And  Introduction, Exegetis, Exposition For  Each Book Of The Bible, New York: Abingdon Press Nashville, 1967
Hinson, David, F. Old Testament Introduction 2, The Books Of The Old Testament,  London: SPCK, 1974
Barth, C. Teologia Perjanjian Lama 4, Jakarta: BPK- Gunung Mulia, 2005
Lasor, W. S. Pengantar Perjanjian Lama II, Jakarta: BPK- Gunung Mulia, 2000
Wahono, S. Wismoady. Disini Kutemukan, Jakarta: BPK- Gunung Mulia, 2004
Vriezen, Th. C. Agama Israel Kuno, Jakarta BPK Gunung Mulia, 2000
Boyd, Frank M. Kitab nabi-nbai Kecil, Malang: Gandum Masa,  1953
Stuhlmueller, Carrol “Mikha” Dalam   Dianne  Bergant & Robert J karris (ed), Tafsir  Alkitab Perjanjian Lama,  Penerjemah  A.S. Hadiwiyata, Yokyakarta: Kanisius, 2002
Allen, Leslie C. The Books of Joel, Obadiah, Jonah, and Micah, USA: William B, Eerdmans Publishing Company, 1976
Harrison, R. K.The New Internatinal Comentary On The Old Testamen, , USA, 1987,
Mulder, D. C. Pembimbing Kedalam Perdjanjian Lama, , Jakarta: BPK- Gunung Mulia, 1970
Barth, C.Theologia Perjanjian Lama II, Jakarta: BPK gunung Mulia, 1985
Dilon, P.K Tafsiran Mikha, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1977
Judge E.A.  “ Seleukus”, dalam  J.D. Douglas (ed), Ensiklopedi Alkitab Masa kini Jilid II, terjemahan  H.A. Ompusunggu, Jakarta: YKBK, 1995
Harrison R, K,The New Internatinal Comentary On The Old Testamen, , USA, 1987
Jagersma H., Dari Aleksander Agung Sampai Bar Kokhba, Gunung Mulia, 2003












[1] Robert, H. Pfeiffer, Introduction To The Testament, (New York, 1948), hlm 589
[2] J, Madian. dkk, Pengetahuan tentang Isi Alkitab, ( Jakarta: BPK– Gunung Mulia, 1952),  hlm 74 – 76
[3] J, Blommendal, Pengantar Kepada Perjanjian Lama, (Jakarta: BPK– Gunung Mulia, 2007),            
   hlm 134 – 135
[4]  George, Fohrer, Introduction To The Old Testament, (USA, 1968), hlm 443
[5] Jhon Merlin Dowis Smith, PhD, dkk, The Internasional Critical Commentary, Micah,    Zephaniah, Nahum, Habalank, Obadiah and Joel, (New York, 1948), hlm 17
[6] Ralph, L. Smith, Word Biblical Commentary Volume 32, Mikha – Malachi, (Amerika :   Word Inccurporated, 1984), hlm 4 – 5
[7] George  Arthur Buttrick (ed), The Interpretr Bible, The  Holy Sciptures: In The  King Jmaes And  Revised Standart Version With Geberal Articles And  Introduction, Exegetis, Exposition For  Each Book Of The Bible, (New York: Abingdon Press Nashville, 1967),  hlm 897-898
[8] David, F. Hinson, Old Testament Introduction 2, The Books Of The Old Testament,  (London: SPCK, 1974), hlm 80 – 84
[9] George, Fohrer, Op.Cit, hlm 444-447
[10] Ibid
[11] Ibid
[12] C. Barth, Teologia Perjanjian Lama 4, (Jakarta: BPK- Gunung Mulia, 2005), hlm 63
[13] Leslie C. Allen, Op. Cit,  hlm, 248
[14] W, S. LAsor, Pengantar Perjanjian Lama II, (Jakarta: BPK- Gunung Mulia, 2000), hlm 243-245
[15] D, C. Mulder, Op.Cit, hlm 138-139
[16] S, Wismoady. Wahono, Disini Kutemukan, (Jakarta: BPK- Gunung Mulia, 2004), hlm 170-171
[17] George, Fohrer, Op.Cit, hlm 444-445
[18] C.Barth, Theologia Perjanjian Lama, (Jakarta: BPK gunung Mulia, 1985), hlm, 162
[19] George, Fohrer, Op.Cit, hlm 445-446
[20] Ibid,  hlm, 446
[21] Ibid,  hlm 446-447
[22] George, Fohrer, Op.Cit, hlm 447
[23] George, Fohrer, Op.Cit, hlm 443-444
[24] Ibid, hlm, 444
  D, C. Mulder, Op. Cit, hlm 138
[25] Wismoady Wahono,Disini Kutemukan, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2000), hlm, 166
[26] Th. C. Vriezen, Agama Israel Kuno, (Jakarta BPK Gunung Mulia, 2000), hlm,  236
[27] Wismoady Wahono, Op. Cit, hlm,  166
[28] Ibid, hlm, 169
[29] Th. C. Vriezen, Op. Cit, hlm, 237
[30] John J Collins, Op. Cit, hlm, 509
[31] Wismoady Wahono, Op. Cit, hlm, 169
[32] Th. C. Vriezen, Op. Cit, hlm,  237
[33] Frank M. Boyd, Kitab nabi-nbai Kecil, (Malang: Gandum Masa,  1953),hlm,  102
[34] Ibid ,hlm,  102
[35] Carrol Stuhlmueller, “Mikha” Dalam   Dianne  Bergant & Robert J karris (ed), Tafsir  Alkitab Perjanjian Lama,  Penerjemah  A.S. Hadiwiyata, (Yokyakarta: Kanisius, 2002) , hlm, 675
[36] George  Arthur Buttrick (ed), Op. Cit,  898
[37] Leslie C. Allen, The Books of Joel, Obadiah, Jonah, and Micah, (USA: William B, Eerdmans Publishing Company, 1976), hlm 240
[38] Ibid, hlm, 103
[39] R, K.Harrison,The New Internatinal Comentary On The Old Testamen, , USA, 1987, hlm 239-241
  D, C. Mulder, Pembimbing Kedalam Perdjanjian Lama, , Jakarta: BPK- Gunung Mulia, 1970, hlm 137-140
[40] Seleucus I adalah merupakan  pendiri dari Kerjaan  Seleucids setelah masa  pemerintahan  Alexander Agung. ia menjadi penguasa Aram dan semakin besar bagian dari Asia Kecil. Dan  memperluas wilayahnya pada tahun  312 sampai 280 BC, sedikitnya zaman Seleucid yang sepertinya disebut dalam 1 Macc 1:16 dihitung dari Seleucus I, 312 BC kepada 65 BC, ketika Pompey mengurangi kerajaan Aram dari  suatu provinsi Roma secara umum  Ia mengikuti kebijakan dari Alexander di dalam menyebarkan  peradaban Yunani. Ia membangun  pelabuhan nya Seleucia, dan dikatakan oleh Josephus, untuk memiliki berunding kewarganegaraan mengistimewakan atas Bangsa Yahudi. (Dan 11:5 ) biasanya dipahami untuk menjadi pada  penguasa.

 Antiochus I (293-261)
Ia lahir pada tahun  323 BC; dan  meninggal 261, putra Seleucus Nicator. Ia jatuh cinta kepada ibu tiri nya, Stratonike, dan menjadi sangat penyakit. ayah Nya, ketika ia menemukan penyebab penyakit miliknya putra, memberi nya kepada nya dalam tahun 293, dan menyerah kepada dia kedaulatan  atas semua negara-negara di luar Efrat, seperti juga jabatan raja. Ketika Seleucus kembali ke Makedonia dalam 281, ia dibunuh oleh Ptolemeus Ceraunus. Antiochus seperti itu menjadi penguasa keseluruhan kerajaan Aram. Ia peperangan  di Eumenes dari Pergamum, namun  tidak  keberhasilan. Pada masa pemerintahanya ia dapat menguasasi Asia, namun dalam suatu pertempuran ia eninggal paada tahun 261 BC

Antiochus II
I               Anak dan pengganti Antiochus (261-246 BC). Ia membuat suatu peperangan yang sangat sukses di Ptolemy Philadelphus dari Mesir, tetapi boleh;berkewajiban membeli damai sejahtera dalam 250 dengan perceraian, istri nya, Laodice, dan dengan menikah putri Ptolemy, Berenice. Setelah kematian dari Ptolemy, "raja selatan" (Dan  11:6) 248 BC, ia memanggil kembali Laodice dan anak sulung nya bernama (Seleucus Kallinikos) yang kemudian menjadi  pengganti nya naik tahta; hanya Laodice (mungkin karena dia menakutkan suatu penolakan hutang,  yang kedua mempunyai Berenice, anak nya, dan Antiochus semua  dibunuh (246 BC). Milesians memberinya nama panggilan dari Theos di dalam ucapan syukur atas pembebasan nya mereka dari kekejaman dari Timarchus.

Antiochus III
Ia adalah Anak dari Seleucus Kallinikos; yang digantikan kepada tahta dari Aram dalam tahun  222 BC; umum yang dibunuh nya, Hermeas, dan lalu memimpin satu pasukan; bala tentara melawan terhadap Mesir. Theodotus menyerah kepada nya Tyre, Ptolemais dan armada angkutan laut nya. Rhodes dan Cyzicus, seperti juga Kota Yunani Kuno dan Aetolia, damai sejahtera yang diinginkan, tetapi Antiochus menolak untuk menerima istilah-istilah mereka. Ia memperbaharui peperangan, tetapi dikalahkan pada Raphia tahun  217, dan berkewajiban menyerah Phoenicia dan Coelesyria; Seleucia, namun, ia dinyimpan. Ia mengerjakan untuk menguasai nya berayun/ mengayunkan lagi; kembali semua wilayah dari Negara-Negara Timur Jauh. ekspedisi Nya melawan terhadap Bactria dan Parthia memperoleh untuk dia nama panggilan dari "Great." Dalam tahun 209 ia mengangkut harta dari dewi Aine di Ecbatana, yang dikalahkan Parthians, dan dalam tahun  208 melawan terhadap Bactrians. Kemudian ia membuat suatu perjanjian dengan satu Pemimpin orang India, dan lalu kembali ke Barat melalui Arachosia dan Carmania, memaksa Gerraean Arabs itu untuk melengkapi dia dengan kemenyan, kemenyan/dupa dan perak. Lalu ia mengambil  Efesus, ia membuatnya sebagai  markas besar nya. Dalam tahun 196 ia telah menyeberang Hellespont dan membangun kembali Lysimachia. Hannibal mengunjungi Antiochus di Efesus tahun kemudian  dan menjadi salah satu dari penasehat-penasehat raja. Ia mencari persahabatan juga dari Eumenes dari Pergamum,namun tidak berhasil  . Roma sekarang meminta raja bukan itu kepada turut campur tangan Eropa, atau untuk mengenali hak dari Roma itu untuk melindungi orang Yunani  di Asia. Suatu peperangan terjadi tiba-tiba dalam 192, dan Antiochus dibujuk datang kepada Yunani.

 Aetolians memilih dia dan  meminta Acheans itu untuk bersikaf  netral. Tetapi Philopoemen yang patriotik memutuskan bahwa satu persekutuan dengan Roma adalah untuk lebih disukai. Antiochus Calchis yang ditangkap pertama; lalu berhasil di dalam memperoleh posisi yang kuat di Boeotia, dan kemudian diikhtiarkan untuk mendapat harta benda Thessaly, tetapi mengundurkan diri di pendekatan dari pasukan; bala tentara Macedonian. Dalam tahun 191 Roma membuat suatu deklarasi yang formal peperangan di Antiochus, yang, selagi pada waktu itu di Acarnania, kembali ke Calchis, dan akhirnya berlayar kembali ke Efesus. Roma mendapat kembali harta benda Boeotia, Euboea dan Sestus; tetapi Polyxenidas mengalahkan armada Roma itu dekat Samos, pulau yang, bersama-sama dengan Cyme dan Phocaea, jatuh masuk ke tangan-tangan dari Antiochus. Polyxenidas yang pemenang, namun, segera stabil suatu penghancuran mengalahkan oleh Roma, dan Antiochus meninggalkan Lysimachia, meninggalkan satu jalan yang terbuka ke Asia kepada Roma. Ia akhirnya dikalahkan pada Magnesia dan memberitahukan ke Scipio, yang dulu pada Sardis, bahwa ia mau berdamai; tetapi Scipio memerintahkan/memesan dia untuk mengutus duta-duta ke Roma. Suatu keputusan dicapai dalam 189; Raja yang Asia boleh;berkewajiban menolak; menyangkal segalanya di sisi Roma itu dari Taurus; serah semua kapal nya dari peperangan tetapi sepuluh dan membayar 15,000 talenta ke Roma, dan 500 kepada Eumenes. Antiochus berbaris melawan terhadap memberontak Armenians dalam tahun 187. Untuk mengisi perbendaharaan yang dilelahkan nya, ia mencoba untuk merampas suatu bait suci dan kedua-duanya ia dan para prajurit nya dibunuh oleh Elymeans.

Antiochus IV
Tidak diketahui secara pasti Apakah ia  putra Alexander Balas, namun ia  mengklaim sebagai putra Antiochus Epiphanes. Alexander meninggalkan tahta itu kepada putra nya dalam 146 BC. Raja yang muda yang dipensiunkan oleh raja Arabia--perhaps melalui paksaan. Ia merupakan Diplomat yang pintar dan umum mahir, Tryphon, yang digantikan pertama di dalam membujuk kepada sisi nya kedua para pemimpin Bangsa Yahudi, Jonathan dan Simon, dan lalu, atas pertolongan lengan, di dalam membuat orang-orang Aram mengenali anak didik nya. Secepat kerajaan telah dengan kuat dibentuk/mapan, Tryphon membuka kedok proyek-proyek nya: ia tadinya ambisius hanya bagi diri-Nya; Antiochus tadinya hanya satu instrumen di dalam tangan-tangan nya. Pada tahun  143; setelah suatu pemerintahan dari suatu yang kecil lebih dari tiga tahun, Antiochus dibunuh oleh Tryphon, yang menaik tahta dirinya (1 Macc 13:31)

Antiochus IV; Antiochus Epiphanes
Anak dari Antiochus III yang menjadi raja setelah saudara nya, Seleucus IV, telah dibunuh oleh Heliodorus. Sebagai seorang anak laki-laki Antiochus tinggal di Roma sebagai suatu sandera. raja-raja Pergamene, Eumenes dan Attalus, yang digantikan di dalam menempatkan atas tahta, saudara Seleucus, meski Heliodorus mempunyai ingin kepada naik takhta dirinya. Raja yang muda bahkan lebih mencoba usaha baru dibanding ayah nya. Ia ditarik kembali untuk mengatasi suatu pertengkaran antara Onias III dan saudara nya, Jason, pemimpin fraksi Hellenizing di Yerusalem, dan Onias  diusir (2 Macc 4:4-6). Jason menjadi imam tinggi sebagai penggantinya (2 Macc 4:9-16; 1 Macc 1:10-15;). Antiochus dirinya setelah itu mengunjungi Yerusalem dan secara isyarat menghormati (2 Macc 4:22). Di kematian Ptolemy VI dalam 173, Antiochus menuntut Coelesyria, Palestina dan Phoenicia; lalu sesudah itu peperangan terjadi tiba-tiba antara Aram dan Mesir. Di dalam peperangan ini Antiochus pemenang. Ptolemy Philometor dipenjarakan, dan Antiochus telah dirinya memahkotai raja Mesir (171-167 BC) pada Memphis; lalu sesudah itu Alexandria memberontak dan memilih saudara Ptolemy sebagai  raja mereka. duta besar Roma Itu, Popilius Laenas, yang dituntut penyerahan dari Mesir dan sarak yang segera tentangnya diri sendiri melembagakan raja. Antiochus menghasilkan; menyerah Pelusium dan menarik diri armada nya dari Cyprus, tetapi menyimpan Coelesyria, Palestina dan Phoenicia.
 Sekali pun Antiochus di suatu kampanye yang kedua di Mesir, ia mendengar tentang pengepungan dari Yerusalem. Ia kembali[kan dengan segera, membunuh banyak ribuan penduduk/penghuni-penduduk/penghuni dan merampok bait suci tentangnya harta-harta (1 Macc 1:20-24; 2 Macc 5:11-21). Oleh larangan nya penyembahan Yahudi itu dan pengenalan atau penggantian nya penyembahan dari Olympian Zeus (1 Macc 1:54; 2 Macc 6:2;)ia menyempurnakan pemberontakan/huru-hara Bangsa Yahudi, di bawah Maccabees, kepada siapa ia membuat satu peperangan yang gagal dalam 167-164 BC. Setelah peperangan ini Antiochus yang dipensiunkan kepada provinsi-provinsi yang dari timur dan meninggal, setelah mempunyai gagal dalam satu serangan di bait suci dari Matahari di Elymais, di Persia.

  Antiochus V
 Anak dan pengganti dari  Antiochus Epiphanes, yang dinaikkan tahta sebagai suatu semata-mata anak laki-laki (163-161 BC) di bawah pengawalan dari Lysias, yang memimpin satu ekspedisi kepada pembebasan?lukisan timbul dari Yerusalem, yang telah dikepung oleh Judas Maccabeus (1 Macc 6:18-30;), yang dulu dikalahkan (1 Macc 6:42). Antiochus lalu mengepung Yerusalem. Damai sejahtera akhirnya disimpulkan di kondisi yang Yahudi harus tidak dipaksa untuk mengubah setiap dari bea keluar dan masuk mereka yang nasional (1 Macc 6:55-60; S). Filipus, saudara angkat laki-laki raja itu (2 Macc 9:29), dikalahkan pada Antioch, hanya segera setelah itu Lysias dan Antiochus sendiri dikalahkan oleh Demetrius Soter, putra Seleucus Philopator (1 Macc 7:4; 2 Macc 14:2;)
Antiochus VII
Putra dari  Demetrius Soter dan saudara Demetrius Nicator, istrinya, Cleopatra, ia menikah ketika Demetrius dipenjarakan oleh Parthians. Antiochus menggulingkan dan melakukan kudeta atas , Tryphon, dan naik tahta pada tahun 139 sampai 130 BC. Ia mengalahkan Yohanes Maccabeus dan mengepung Yerusalem tetapi menyimpulkan suatu damai sejahtera yang baik dan  takut akan Roma. Kemudian pertempuran dengan Parthians  ia  dibunuh di dalam pertempuran (1 Macc 15:2-9,28-31).

[41] Wahono. Op. Cit, hlm, 266
[42] John Drane, Memahami Perjanjian Lama II, Persekutuan Pembaca Alkitab, Jakarta 2002, hlm, 112
[43] H. Jagersma, Dari Aleksander Agung Sampai Bar Kokhba, Gunung Mulia, 2003 hlm,  80
[44] Wahono. Op.  Cit, hlm,   272
[45] Ibid, hlm,  273
[46] Jagersma, Op. Cit, hlm,  81-82
[47] Hinson, Op. Cit, hlm  248
[48] Drane, Op. Cit, hlm,  114
[49] Dj. Douglas (ed), Op.Cit, hlm, 8
[50] Drane, Op. Cit, hlm,  114-145
[51] Khasidim (bhs. Ibrani) artinya orang-orang saleh, adalah nama dari sebuah golongan yang selama dalam pemberontakan Makabe dan sesudahnya mempunyai peranan penting.
[52] Hinson. Op.Cit, hlm, 248
[53] C.Barth, Theologia Perjanjian Lama, (Jakarta: BPK gunung Mulia, 1985), hlm, 167
[54] Ibid, hlm, 168
[55] Ibid, hlm, 169
[56] PK. Dilon, Tafsiran Mikha, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1977), hlm, 87
[57] Ibid, hlm,  88
[58] Ibid, hlm  89
[59] Ibid, hlm, 90
[60] Ibid, hlm, 90
[61] Ibid, hlm, 91
[62] George  Arthur Buttrick (ed), Op. Cit, hlm,  931
[63] Ibid, hlm, 932
[64] Ibid, hlm, 933
[65]Ibid, hlm,  932
[66] Ibid, hlm, 933
[67] Carroll Stuhlmuller, Op. Cit, hlm 683
[68] Ibid, hlm, 683
[69] Ibid, hlm 683
[70] Ibid, hlm 92
[71] Seleukus  merupakan salah seorang jenderal Aleksander  yang  menguasasi  bagian pronpinsi  Timur  sesudah Aleksander  meninggal,  dan menjadi orang pertama yang   mengusulkan pemisahana kerjaannya.  Sesudah pertempuran  Ipsus  tahun 301 sM, ia   mendirikan   pelabuhan  Seleukia (di Pieria), untuk memperlancar  pelayanan di ibu kota  Antiokia  yang baru dibagian   barat.  Kerajaan Seleukus    kemudian diperluas  hingga    meliputi   seluruh Asia kecil.  Diansti  mereka kebanyakan memakai nama Seleukus dan  Antiokhus, yang memerintaha dari Siria  selama   2.5  abad, hingga dipecat    oleh penguasa   Romawi. Jumlah penduduk   yang besar   dan amata heterogen   memerlukan    politik helenisasi   aktif, agar   kekuasaan  mereka tetap  bertahap kuat. Namun karena palestina  berada pad posisi daerha perbatasan yang bersengketa dengan  raja-raja    Ptolomeus dari  Mesir, maka kemudian menimbulkan   kesulitan bagi   orang Yahudi.  Akibat terjadilah pemberontakan   oleh makabeus dengan  lahirnya kerjaa-kerjaan keci;  dan penguasa-penguas   kecil, dan   juga   munculnya  bidat-bidat keagamaan  yang pada  zaman Yesus , hal itu adalah akibat dari usaha    Seleukhus   yang ingin    menguasai  palestina. Lih,  E.A.  Judge “ Seleukus”, dalam  J.D. Douglas (ed), Ensiklopedi Alkitab Masa kini Jilid II, terjemahan  H.A. Ompusunggu, (Jakarta: YKBK, 1995), 379
[72] John Stambaugh, Dunia Sosial Kekristenan Mula-mula, BPK-GM, Jakarta, 2004, hlm.49
[73] Lukas Tjandra, Latar Belakang Perjanjian Baru I, Seminari Alkitab Asia Tenggara, Malang, 1996, hlm. 175
[74] John Stambaugh, Op. Cit, hlm. 68
[75] Ibid, hlm. 85-86
[76] John Drane, Memahami Perjanjian Baru, BPK-GM, Jakarta, 2005, hlm. 253
[77] S. Wismoady Wahono, Di Sini Kutemukan, BPK-GM, Jakarta, 2004, hlm. 376
[78] Artikel I.H Marshall, Lukas, dalam Soedarmo (ed), Tafsiran Alkitab Masa Kini 3 (Matius-Wahyu), Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF, Jakarta, 1994, hlm. 185-186

Tidak ada komentar:

Posting Komentar