Kamis, 05 Juli 2012

KHOTBAH/JAMITA MINGGU, HESEKIEL/YEHEZKIEL 2:1-5 08-JULI 2012



Ev: Yehezkiel 2:1-5                                                                           Ep: 2 Korintus 11:16-17

Pendahuluan
Yehezkiel adalah anak Busy dan merupakan keluarga Imam. Dia dibawa bersama-sama dengan masyarakat lainnya ke Tel-Abib dekat dengan sungai Kebar pada pembuangan pertama tahun 597). Dia sudah menikah dan istrinya meninggal sekitar tahun 587 tepatnya sebelum atau pada masa penyerangan Yerusalem (24: 18). Pada tahun kelima setelah pembuangan (593/2), dia dipanggil menjadi nabi seperti yang tertulis dalam Yehezkiel 29: 17 dan kenabiannya berakhir pada tahun 571. Dalam pemberitaannya, ia mendesak, memperingatkan, dan menghibur sesama penderitanya di dalam pembuangan.
Pesan yang disampaikan Nabi Yehezkiel berasal dari Allah yang diterimanya pada masa awal pembuangan, itu sebabnya Kitab Yehezkiel ini menjadi tahap baru dari nubuatan di Israel dan memiliki ciri yang berbeda dengan kitab para nabi lainnya. Yehezekiel sering dipanggil Allah dengan sebutan “anak manusia”, suatu gelar yang menitik-beratkan kerendahan Yehezekiel sebagai seorang manusia saja. Dalam melaksanakan panggilan kenabiannya, Yehezekiel banyak sekali memakai symbol dan gambaran disamping melibatkan kehidupan pribadinya sendiri. Disamping sebagai orang yang diberi kemampuan untuk melihat dan mengetahui hal yang supra-Normal, Yehezekiel adalah seorang yang tidak pernah berhenti berpikir memakai otaknya. Panggilan-panggilan(vision) yang diterimanya selalu diuraikan dengan sejelas mungkin, hal itu nampak misalnya dalam uraian tentang Kemuliaan Tuhan yang dilihatnya (pasal 1-3),tentang kota Yerusalem dan bait Allah yang baru (pasal 40-48). Selain sebagai nabi Yehezkiel juga seorang imam. Perpaduan duifungsi ini juga hanya dimulai oleh Yehezkiel. Dan seluruh pemberitaan Yehezekiel tidak bisa dilepaskan dari keunikan pribadinya, dan karena itu tidak bisa disamakan begitu saja dengan berita dari nabi-nabi lainnya.
Pendalaman Teks
Dalam ayat 1, dikatakan, FirmanNya kepadaKu, ini berarti Allah sendiri langsung menyatakan diriNya kepada Yehezkiel. Dalam psikologi Ibrani, ucapan seseorang dianggap dalam pengertian tertentu sebagai sebagian dari kedirian si pembicara yg mempunyai keberadaan sendiri yg nyata. Maka ucapan atau Firman Allah dalam Alkitab ialah pernyataan diriNya sendiri, dan kata davar bisa menunjuk kepada berita-berita tersendiri yg diberikan kepada para nabi, atau kepada isi penyataan dalam keseluruhannya. Kata itu dipakai 394 kali tentang komunikasi dari Allah kepada manusia. Davar mengandung kuasa yg serupa dengan kuasa Allah yg mengucapkannya (Yes 55:11), melaksanakan kehendak-Nya tanpa halangan, harus diperhatikan oleh para malaikat dan manusia (Mazm 103:20;  Ul 12:32), tetap untuk selama-lamanya (Yes 40:8), dan tak akan kembali kepada Allah tanpa digenapi lebih dahulu ( Yes 55:11). Dalam Mazm 119,  davar lebih menunjuk kepada firman Allah yg tertulis. Konsep Logos dalam PB diterjemahkan dari  istilah davar dalam PL. Dalam PB istilah logos sangat luas, namun intinya Logos ialah amanat dari pihak Allah yg dinyatakan dalam Yesus Kristus, yg wajib diberitakan dan ditaati.
 Yehezkiel dipanggil atau disebut “Anak Manusia”, istilah perkataan itu dapat diartikan untuk menyatakan bahwa manusia adalah lemah, fana. Kemudian istilah Anak Manusia (Ibr. Ben Adam, dalam tradisi Israel biasanya digunakan untuk menyebutkan jabatan Nabi. Dalam PB, Jesus juga disebut sebagai Anak Manusia. Sebutan Anak manusia dalam diri Yesus memiliki fungsi, Ia datang dalam misi penebusan melalui penderitaan (Mat 12:14; 17:22; 20:18; Mark 9:31; Luk 9:44). Istilah Anak manusia juga sangat menarik karena merujuk kepada mesias, yang diurapi.  Jika Allah berfirman itu sekaligus menyatakan hakikat Allah. Ini berati Allah yang transenden tidak jauh dari manusia. Lalu dikatakan “ bangun dan berdiri. Ungkapan bangun berarti sebelumnya Yehekiel tersugkur, atau bersujud, sikap ini menunjukkan sikap merendahkan diri dihadapan Tuhan. Lalu kata bangun dilanjutkan dengan kata “berdiri” Sikap berdiri merupakan sikap hormat, respon kepada Tuhan dan menujukkan sikap “siap” dalam menerima sesuatu atau pesan dari yang menyampaikan.Istilah kalimat” bangun dan bangkit” dapat juga diartinya proses transformasi dari hidup dalam perbudakan ke dalam hidup yang merdeka.
Dalam Ayat 2: Menekankan bahwa dalam hidup manusia perlu bangkit, perlu aktif, lalu Tuhan akan memberikan kekuatan kepada manusia untuk melakukan perintahNya. Peransentral Tuhan dalam aktifitas manusia tidak biasa diabaikan.
Dalam ayat 3, ditekankan tentang Pengutusan. Misi pengutusan Yehekiel sangat unik, karena ia hidup dan di utus ke tengah-tengha pembuangan, hal ini berbeda dengan nabi-nabi sebelumnya. Ia diutus kepada bangsa pemberontak (goyim), istilah goyim sebelumnya tidak dipakai untuk orang Israel. Pernyataan ini sekaligus menekankan bahwa Israel telah kehilangan martabatnya sebagai umat pilihan Allah, mereka telah kehilangan identitas, jati diri sebagai umat perjanjian. Mereka telah seperti seorang anak yang memberontak terhadap Ayahnya. Pergeseran ini adalah konsekuensi dan ketidaksetiaan umat Israel kepada Tuhan. Mereka tidak lagi memeliharan kesetiaan dan kekudusan hidup.Allah menyebut mereka bangsa pemberomtak: Keras kepala (khasheh) secara hurifiah diartikan: keras, kejam, berat, keras kepala, keras, sulit,  kaku leher, dan tegar hati (chazag) secara hurufiah diartikan kuat, perkasa, sakit, lebih kuat, lebih keras, terpanas, kurang ajar, keras.
Dalam ayat 4; ditekankana tentang fungsi dan otoritas orang mengutus dan yang di utus. Yehezkiel diutus sebagai duta Allah, nabi Allah ditengah-tengah Israel.
Dalam ayat 5: Allah menekankan supaya Yehezkiel mampu bertahan, meski upayanya gagal dalam penilaian manusia, tidak berguna bagi Israel, tapi mereka tidak memiliki alasan tidak ada orang yang tidak menasehati mereka, mereka harus merasakan ada nabi di tengah-tengah mereka yang menyampaikan Hukuman bagi orang berdosa  dan keselamatan bagi orang yang bertobat.

Refleksi/Renungan

1.      (Panggilan, visi, Yehekiel dalam nats ini juga menyatakan bagaimana Yesus menampakkan diri pada Saulus, dalam Kis 26:16). Kita semua memiliki panggilan untuk menyuarakan suara KENABIAN. Tuhan selalu memiliki jalan tersendiri untuk menyatakan kerajaanNya. Dalam pergumulan hidup barang kali kita sering beranggapan bahwa Tuhan itu jauh dari hidup kita, padahal Allah tidak pernah menjauhkan diriNya dari kita. Tetapi manusialah yang membuat dirinya jauh dari Allah karena berbuat dosa, sehingga akibat dosa itu kita merasakan kekawatiran , rasa takut, terbebani (Adam dan Hawa). Penderitaan bisa saja akibat dari perbuatan dosa, meskipun tidak semua hal penderitaan yang dialami seseorang bukan karena dosanya sendiri (Ayub), banyak anak-anak yang tidak tahu apa-apa harus mengalami nasip yang tragis, dibuang, diterlantarkan. Umat Israel mengalami penderitaan karena akibat dosa yang mereka perbuat. Namun ditengah-tengah pergumulan mereka, Allah memanggil Yehezkiel untuk menyampaikan firmanNya(=Menyatakan keberadaan Allah). Panggilan kepada Yehezkiel sekaligus menyatakan bahwa Allah tidak pernah meninggalkan umatNya, Allah senantiasa mengasihi umatNya. Dalam pergumulan hidup yang kita alami Tuhan meminta kita untuk selalu mengenal diri kita, bersujud kepadaNya, tidak putus asa, tapi tetap “bangkit” (aktif), bukan fasif. Tuhan telah mengangkat kita sebagai AnakNya, Tuhan selalu memberi penghiburan bagi kita,melalui Roh Kudusnya, untuk memampukan dan menguatkan kita.
2.      Yesus adalah yang telah diutus Allah, untuk membawa misi keselamatan, meskipun dia harus melewati penderitaan. Yesus  telah memperbaharui status kita dari hamba/budak, menjadi orang yang merdeka, kita telah diangkat dari perbudakan dosa. Tuhan  telah memilih para hambanya melalui gerejaNya (Pendeta, Guru, Bibelvrow, Diakones, Evanggelis, Sintua) untuk menjaga dan memelihara hidup kerohanian umat Allah, agar kita senantiasa menjadi umat yang setia, taat kepada Tuhan bukan menjadi “pemberontak” yang menolak firman Tuhan(menolak kehadiran Tuhan). Para hamba Tuhan juga harus kuat dalam menghadapi masalah-masalah dalam pelayanan, meskipun kita harus mendapat penolakan, tidak di dengarkan jemaat kita, bahkan tidak menghiraukan kita. Jika Tuhan yang memilih kita, tentunya Tuhan yang memanpukan dan memberikan kuasa, (power, ototitas)kepada kita untuk menjalankan fungsi kita untuk menyuarakan suara kenabian.
3.      Kehancuran Yerusalem, pembuangan ke babel, identitas umat Israel sebagai bangsa pemberontak, Dapat menjadi refleksi dan menjadi gambaran kondisi kehidupan kita pada saat ini. Kita melihat bagaimana kehancuran moral, spiritual manusia pada saat ini, kita melihat bagaimana kekuatan duniawi (babelisme:kapitalisme, konsumerisme, individualisme, hedonisme) pada saat ini menjajah kehidupan kita, kita ditawan oleh nafsu dan kerakusan. Kita telah kehilangan jati diri dan identitas kita sebagai bangsa Indonesia, sebagai umat beragama, sebagai orang Kristen, sebagai jemaaht HKBP. Sebagai warna Negara kita sering tidak menunjukkan jati diri kita menjadi warga yang bertanggungjawab, sebagai umat beragama kita sering melanggar norma-noma, nilai-nilai kemanusiaan, sebagai orang Kristen kita sering menunjukkan sikap yang tidak etis, (tidak memiliki etika), kualitas hidup kita, baik secara moral, dan spiritual, tidak menunjukkan kecerdesan yang sehat. Hendakanya kita melepskan sifat dan sikap kita sebagai manusia “pemberontak”. Kita hendaknya menjadi manusia yang taat dan beriman, hal itu nampak dalam kualitas: kecerdesan emosional, kecerdedasan, intelektual, kecerdasan spiritual.