Selasa, 09 Oktober 2012

Markus 9:30-37


Bahan sermon jamita Partangiangan
Markus 9:30-37

1.      Dalam konteks Markus 9, yang dipermasalahkan oleh murid-murid adalah soal siapa yang terhebat di antara mereka. Ironisnya, hal itu terjadi setelah Yesus memberitahukan untuk kedua kalinya bahwa Ia akan menuju salib. Setelah peristiwa itu, Yesus mengajar mereka bahwa yang ingin menjadi pemimpin harus menjadi hamba, dan Yesus merangkul seorang anak kecil sebagai model. Dalam Lukas 22:26, Yesus kembali menekankan bahwa yang memimpin hendaklah menjadi pelayan. Selama pelayanan-Nya di dunia, Yesus dengan keras menegur para ahli Taurat dan orang Farisi, yang pada saat menjabat sebagai pemimpin jemaat “suka duduk di tempat terhormat” (Matius 23:6-7).
2.      Kristus yang bisa menghindar.  Dalam Markus 9:30 dikatakan bahwa ketika melewati Galilea bersama para muridNya, Tuhan Yesus tidak mau diketahui orang , karena Ia mau mengajar murid-muridNya tentang kematian dan kebangkitanNya. Hal itu menunjukkan bahwa Tuhan Yesus sangat mementingkan tujuan utamaNya datang ke dalam dunia ini, serta rencana mempersiapkan para saksi mata, jauh-jauh hari sebelum Ia meninggalkan dunia ini. Tuhan Yesus tidak mengutamakan popularitas. Pada dasarnya Tuhan Yesus tidak suka menonjolkan diri;  Ia dapat “menyembunyikan diri” selama tigapuluh tahun, sebelum memulai tugas besarNya. Segala sesuatu dilakukanNya sesuai rencana bapaNya, sehingga tatkala ibuNya berkata tentang pesta kawin di Kana yang kehabisan anggur, maka jawab Tuhan Yesus:”Mau apakah  engkau dari pada-Ku, ibu? Saat-Ku belum tiba.” Yesus juga pernah menyingkir seorang diri ke gunung ketika orang banyak akan memaksaNya menjadi raja mereka (Yohanes 6:15). Jika dihubungkan dengan masalah pertengkaran, maka seni menghindar termasuk pelajaran yang sangat penting. Dari pada menimbulkan rasa tidak puas dari orang banyak, lebih baik menghindar saja. Kita diajari Kristus agar pandai-pandai membaca situasi, menimbang dan memahami kecenderungan orang.  Dalam hidup ini banyak pertengkaran dan salah paham terjadi gara-gara kita tidak pandai membawa diri, menempatkan diri dan menghindarkan diri. Ikut mencampuri urusan orang lain juga potensial menghadirkan pertengkaran. Kita sudah dilengkapi Allah sejak bayi dengan kepekaan dan hikmat. Dalam Yakobus 3:17 dikatakan: “Tetapi hikmat yang dari atas adalah pertama-tama murni, selanjutnya pendamai, peramah, penurut, penuh belas kasihan dan buah-buah yang baik, tidak memihak dan tidak munafik.”   
3.      Pertengkaran bisa muncul di mana saja!  Dalam pergaulan dengan  masyarakat luas, ketika  kita  merasa tersinggung karena dihina atau hak kita diinjak-injak. Di tempat kerja  kita, dengan teman sejawat, dengan  karyawan , bahkan dengan majikan kita sendiri kita bisa bertengkar hebat yang biasanya berakhir dengan putus hubungan kerja! Pertengkaran dalam  rumah tangga sepertinya yang paling banyak terjadi.  Kedengarannya agak aneh, tapi nyata. Aneh sebab orang yang serumah dengan kita itu sebetulnya adalah  merupakan sesama terdekat, tapi justeru dengan mereka yang seharusnya kita sayang , kita malah bertengkar dan berkelahi!
4.      Tidak mengerti tapi segan bertanya, menunjukkan bahwa mereka bukanlah murid yang baik. Cuek, malas, tidak bergairah dan kurang serius! Itu yang kita baca tentang  sikap para murid  terhadap penegasan Tuhan Yesus yang paling penting, untuk mereka pahami dan yakini (Markus 9:32). Kematian Kristus yang akan disusul dengan kebangkitanNya harus selalu melekat  dalam ingatan dan hati mereka. Dengan demikian pengabdian mereka menjadi berbobot, dan segala jerih lelah mereka terasa ringan. Sikap para murid yang perlu ditegur dan diperbaiki itu  menjadi cermin untuk kesalahan kita selama ini, sebab kita juga sering sok mengerti padahal tidak atau salah pemahaman terhadap ajaran Tuhan. Konsep yang kliru tentunya menghasilkan kiprah yang salah pula. Pada saat kita mulai membaca satu bagian Alkitab yang sudah terkenal, sering kita merasa sudah paham padahal jika dibaca dengan cermat maka kita akan menemukan banyak hal baru yang sangat penting untuk hidup kita.
5.      Bertanya juga meskipun sudah tahu. Itu yang dilakukan Tuhan Yesus terhadap murid-muridNya ( Markus 9:33 ). Pastilah dengan nada sedih sebab Ia mengetahui apa yang sesungguhnya telah terjadi, bahwa mereka bukan memperbincangkan hal biasa tetapi mereka tadi telah bertengkar. Dan yang mereka lakukan adalah pertengkaran yang tidak baik! Lho, apa ada pertengkaran yang baik?  Jangan heran, kadang terjadi pertengkaran yang baik di antara orang-orang yang tulus hati. Saya mempunyai sebuah cerita unik dari negeri Cina, seperti ini: Ada dua orang bertetangga yang mengadakan transaksi jual beli sebidang tanah. Setelah dilakukan pembayaran, maka sang pembeli langsung menggarap tanahnya dengan cangkul. Dia terkejut menemukan satu peti-besi berisi uang mas dan perhiasan. Cepat-cepat dia memanggil tetangga yang menjadi mantan pemilik tanah itu untuk menyerahkan peti yang menurut dia bukan menjadi haknya, sebab dia hanya membeli sebidang tanah. Tetapi di luar dugaan tetangganya tidak mau menerima peti itu sebab dia merasa sudah menjual tanah berikut cacing, batu, rumput dan apa pun yang ada di atas atau di dalamnya! Saat pertengkaran itu memuncak, tetangga yang lain telah menghadirkan Bapak Kepala Desa. Nasehatnya sangat adil dan melegakan, sehingga mendapat tepuk tangan tanda setuju dari penduduk desa yang menyaksikan! Apakah nasehat yang menjadi solusi yang sangat pas dan jitu itu? Kepala Desa mengusulkan supaya mereka berdua berbesanan saja, lalu harta benda itu dipakai untuk biaya pesta pernikahan, dan sisanya digunakan sebagai modal kerja bagi keluarga yang baru! Saya yakin pertengkaran seperti itu akan membuat Tuhan tersenyum geli, haru dan bangga! Jika sudah mengetahui tetapi masih bertanya juga, adalah karena Tuhan Yesus mau memberi kesempatan kepada murid-muridnya untuk berterus terang,  tapi mereka bungkam seribu bahasa mungkin karena merasa bersalah atau malu sebab mereka telah mempertengkarkan siapa yang terbesar di antara mereka.
6.      Mengapa mempertengkarkan yang terbesar?  Tujuannya sudah jelas, yaitu ingin dihormati, ingin menguasai yang lain dan diangkat sebagai wakil mereka. Jika sampai telah terjadi pertengkaran di antara mereka berarti banyak yang merasa berhak dan yang menginginkan pengakuan dan kedudukan itu. Berarti mereka telah melupakan pelajaran Tuhan Yesus melalui lisan maupun peneladanan. Dalam Markus 9:35 Tuhan Yesus berkata:” Jika seseorang ingin menjadi yang terdahulu, hendaklah ia menjadi yang terakhir dari semuanya dan pelayan dari semuanya.” Dengan demikian Tuhan Yesus tidak melarang orang ingin menjadi yang terdahulu. Boleh dan tidak salah bahkan sangat dianjurkan, asal prosedur dan proses yang ditempuhnya harus menurut petunjuk Tuhan, yaitu bersedia menjadi yang terakhir dan menjadi pelayan dari semuanya. Dengan lain kata seorang pemimpin adalah seorang yang rendah hati dan bersedia melayani. Di dalam Kerajaan Tuhan kebesaran seseorang diukur dari seberapa besar kesediaannya melayani. Maka jika para murid bertengkar ingin menjadi yang terbesar, semestinya mereka berebut untuk menjadi pelayan mereka dan semua orang. Lalu Tuhan Yesus menegaskan ajaranNya dengan menghadirkan seorang anak dan menghimbau mereka (dan kita) untuk bisa menyambutnya, sebab akan diakui sebagai menyambut Tuhan. Seorang anak kecil di sini mewakili orang-orang yang tidak memiliki kekuatan untuk membalas budi. Kebesaran dan pelayanan kita harus bisa tertuju kepada kelompok orang yang terkecil, yang tak bisa membalas karena keterbatasannya. Yang sangat miskin, tertindas dan bahkan tidak mengetahui kalau kitalah yang sudah mengulurkan tangan kepada mereka! Dengan demikian kita sudah menjadi alat yang kecil tapi hidup, di dalam tangan Tuhan yang maha besar untuk menolong sesama kita. Tak jarang yang kita tolong  adalah seorang hamba Tuhan yang sedang tertekan dan menderita seperti yang dialami oleh nabi Yeremia pada zaman dulu (Yeremia 11:18-20).
7.      Pandangan Yesus berbeda dari pandangan dunia yang menganggap bahwa kebesaran ditentukan oleh seberapa banyak orang yang melayani kita. Dunia memang mencari kebesaran dalam bentuk kuasa, popularitas, dan kekayaan. Ambisi dunia adalah menerima perhatian dan penghargaan. Lalu salahkah berambisi menjadi orang besar? Bukan demikian. Yesus ingin meluruskan pandangan bahwa kebesaran adalah menjadi orang pertama, sementara orang lain menjadi nomor dua, tiga, dan seterusnya. Kebesaran sejati bukan menempatkan diri di atas orang lain supaya kita dimuliakan. Kebesaran adalah menempatkan diri kita untuk melayani dan menjadi berkat bagi sesama. Misalnya seorang dokter. Ia dianggap besar bukan karena ia seorang spesialis yang bekerja di rumah sakit mahal. Atau karena ia sering menjadi pembicara di seminar-seminar kesehatan. Ia dianggap besar bila ia juga menyediakan waktunya untuk menangani orang miskin.
8.      Hasrat menjadi yang terbesar dapat mengancam keefektifan kita sebagai murid Tuhan. Hasrat untuk dimuliakan seharusnya tidak dimiliki seorang pengikut Yesus. Apa solusinya? Milikilah hati seorang hamba. Bersiaplah mengutamakan orang lain dan merendahkan diri sendiri. Ingatlah bahwa Yesus rela dianggap tak berarti dan memikul salib bagi kita. “Barangsiapa setia dalam perkara-perkara kecil, ia setia juga dalam perkara-perkara besar. Dan barangsiapa tidak benar dalam perkara-perkara kecil, ia tidak benar juga dalam perkara-perkara besar.” (Lukas 16:10)
9.      Jadilah sebagai orang Kristen yang Rendah hati, bukan mengutamakan keinginan diri sendiri (egos) tetapi hendaknya masing-masing melayani satu dengan yang lain dengan rasa tanggungjawab meneladani model pelayanan Tuhan Jesus.

PSALMEN 19:7-14 &MARKUS 9:38-50


BAHAN SERMON JAMITA HKBP Pardomuan
PSALMEN 19:7-14
„Sun Denggan do Patik ni Tuhan i jala tau pasabam roha“


Patujolo:
Patik/HukumTaurat(Ibr“Thora”,Yun:nomos)lapatanna hukum,pengajaran,menunjukk an, memerintah. Dibagasan patik do tarida songon dia do hadirion dohot lomo niroha ni Debata mida angka jolma i, mansai bagas do na hinangham ni Patik ni Jahaowa. Hukum Taurat adalah suatu  petunjuk atas pengajaran hidup yang merupakan tuntutan Allah kepada manusia. Hukum Taurat adalah dasar kehidupan yang melindungi manusia. Hukum Taurat adalah sarana Allah untuk menyatakan dirinya kepada manusia atau umat Israel yang pertama. Hukum Taurat berisikan perintah dan larangan. Hukum Taurat memiliki sifat-sifat yang baik. Hukum Taurat bukanlah sebagai perantara Tuhan dengan manusia melainkan Yesuslah yang merupakan perantaraan tersebut
Pokok-pokok jamita:
1.      Puji ma Debata marhite angka na tinompaNa sude, ai marhite na tinompa ni Debata boi do idaon ni jolma hagogoon dohot huaso ni Debata.
2.      Fungsi/Lapatan ni patik ni Debata secara universal:Na sun denggan do patik ni Jahowa, didok marhite turpuk on adong onom lapatan ni patik ni Debata
a.       Pasabam roha : Taurat Tuhan itu Sempurna (Perfectio)-Menyegarkan Jiwa
b.      Mangalehon habisuhon:Peraturah Tuhan itu Teguh-Memberikan hikmat
c.       Mangalehon lasniroha :Titah TUHAN itu Tepat-Menyukakan hati, ai halak na mangahangoluhon patik ni Debata i ma halak na mian dibagasan Ibana, na denggan do Patik ni Debata jala nasa jolma na manghangoluhonsa dapota lasniroha
d.      Patiurhon parnidaan (penuntun hidup): Perintah TUHAN itu Murni-Membuat mata bercahaya, hata ni Tuhan i do na gabe sulusulu jala hatiuron asa margogo jolma i mardalan dibagasan dalan na tingkos, di dalan hangoluan i.
e.       Ngolu na marhabadiaon: Takut akan Tuhan itu Suci-Keabadian, hot do hata ni Debata, i do hadirion ni Debata jala laos i do dipangido Debata sian angka na porsea di ibana asa tongtong marhabiaran tu Ibana.Paulus mandok „Na huapoi ma hamu, ale angka dongan, marhitehite asi ni roha ni Debata: Pasahat hamu ma dagingmuna bahen pelean na mangolu, na badia, na hinalomohon ni Debata; i ma hadaulaton ni na marroha. Jala unang gabe sarombang hamu dohot portibi on; alai gabe imbaru ma hamu, dung muba pingkiranmuna, asa tau hamu manimbangi lomo ni roha ni Debata, i ma na uli, na hinalashonna dohot na sun denggan. (Rom 12:1-2)
f.       Mangalehon hasintongan dohot hatigoran: Hukum TUHAN itu Benar-Keadilan. Debata na sintong jala na tigor do Debata, jala tusi do hita tarjou laho mangulahon hasintongan dohot hatigoran. Filipi  4:8 ‚Angkup ni i, ale angka dongan, pingkiri hamu ma nasa parange na sintong, na daulat, na tigor, na bontor, na uli, na denggan begeon ro di sude na targoar haburjuon, na tau pujipujian!
Dihatindahon par Psalmen i do marhite turpuk on hinaarga ni patik ni Debata umarga sian mas, sian sere, jala tumonggi sian situak ni loba dohot tanggule.
3.      Fungsi/Lapatan ni patik ni Debata secara personal :
-          Gabe siparorot laho manjamothon ngolu ni jolma sian angka ulaon na maralo tu Debata
-          Gabe  dalan pasupasu/ bisa membawa orang mendapatkan upah (ganjaran) yang diinginkan.
-          Mangaradoti patik ni Debata gabe dalan laho mananda diri (batiniah)
-          Ala ni ma laho manghangoluhon patik ni Tuhan i ringkot mangido gogo sian Debata
4.      Sipahusorhusoron
a.       Boha do hita mangantusi tuntutan ni na mangulahon patik, hombar tu pandohan ni Tuhasn Jesus, ia patik manghamham haholongan tu Debata nang tu dongan jolma
b.      Siparorot do patik i dihit, i do ojahan etis dohot praktis, ai halak na mangaradoti patik gabe  mananda hahuraanganna, ulaon na ingkon siradotan, dohot sijamothonon, i ma angka na patut-na so patut, angka na hasea-na so denggan. Suang songon i do nang ringkot ni na mangulahon kewajiban moral maradophon dongan jolma.
c.       Ndang tujuan mananang dalan laho mandapot haluaon be patik i di halakn na porsea, alai patik i cara (etika) laho mangulahon holong ni roha songon hataridaan, respon holong ni roha ni Tuhan i.


BAHAN SERMON JAMITA PARTANGIANGAN
MARKUS 9:38-50


1.       Bahan khotbah partangiangan minggu yang lalu menekankan tentang:Tindakan rendah hati dengan menerima seorang anak kecil di dalam nama Kristus merupakan tindakan yang benar-benar agung. Kerelaan untuk mengambil kedudukan yang rendah sebagai pelayan inilah, bahkan melayani seorang anak kecil, merupakan tanda kebesaran yang sejati; sebab melakukan hal itu berarti melayani Kristus dan, melalui Dia, melayani Bapa. Termasuk di dalamnya ialah merendahkan diri dan menjadi seperti anak kecil (Mat 18:4*)
2.       Ay 38: Mungkin keinginan untuk mengubah pokok pembicaraan telah membuat Yohanes berbicara. Rupanya keterangan Yesus mengenai hal-hal yang dilakukan atas nama-Nya mengingatkan Yohanes tentang seorang pengusir setan yang pernah mereka lihat juga mempergunakan nama Yesus. Kami cegah orang itu. Mereka terus melarang pembuat mukjizat tak dikenal ini (bentuk waktu imperfect). Alasan mereka, ia bukan pengikut kita, menunjukkan suatu sikap yang pada dasarnya mementingkan diri sendiri, ketidaksediaan untuk menerima orang lain yang tidak termasuk kelompok mereka (sikap sektarianisme)
3.       Ay 39-40 Jangan kamu cegah dia. Secara harfiah, Berhentilah melarang dia. Yesus tidak mau bercekcok mengenai hal-hal kecil. Apabila orang itu mempergunakan nama Kristus dalam usaha yang sungguh-sungguh untuk menolong orang lain, maka dia tidak boleh dicegah. Suatu semangat terbuka yang seharusnya merupakan ciri khas umat Allah ditunjukkan di sini. Pertimbangan Tuhan kita ada dua. Pertama, orang semacam itu tidak akan mungkin segera berbalik menentang Kristus sesudah mengadakan mukjizat dalam nama-Nya. Alasan yang kedua ialah karena orang itu tidak melawan Kristus dan murid-murid-Nya, maka sampai tingkat tertentu dia ada di pihak mereka.
4.       Ay 41 Ayat ini menekankan lebih lanjut sikap terbuka (inklusif) yang ditunjukkan dalam Mrk 9:39,40*. Tidak seorang pun yang berusaha melayani Tuhan, tak peduli betapa remehnya pelayanan itu, akan disingkirkan oleh Kristus. Pentingnya prinsip ini tampak di dalam penggunaan kata sesungguhnya (amen), dan dalam ungkapan negatif ganda yang kuat yang dapat diterjemahkan,… tidak akan kehilangan upahnya.
5.       Ay 42 Pikiran yang terdapat di dalam ayat ini berkaitan dengan pikiran dalam Mrk 9:37* oleh istilah anak-anak kecil. Demikian pula, ayat Mrk 9:42-48* berkaitan karena berpusat di sekitar pengertian tentang berbagai penyesatan. Mungkin tindakan para murid menegur si pengusir setan yang tak dikenal itu (ay. Mrk 9:38*) telah menyinggung Kristus. Hal ini dapat menerangkan Kristus berbicara tentang penyesatan di sini. Iman si pengusir setan yang belum berkembang harus dikembangkan lebih lanjut dan bukan dihalangi. Kritikan tajam terhadap ketidakdewasaan rohani hanya akan membuat seseorang makin menjauh dari Tuhan. Menyesatkan. Istilah Yunani skandalizo- berarti menaruh sebuah perangkap atau jerat di jalan yang akan dilalui seseorang, sehingga membuat orang itu tersandung. Anak-anak kecil dapat dipahami secara harfiah sebagai mengacu kepada anak-anak kecil yang percaya, atau bisa mengacu kepada orang-orang yang kecil imannya atau yang kerohaniannya belum berkembang. Mungkin yang terakhir itulah yang dimaksudkan Kristus. Batu kilangan adalah batu besar datar yang diputar oleh seekor keledai dalam penggilingan gandum.
6.       Ay 43: Yesus beralih dari soal menyesatkan orang lain kepada soal menyesatkan diri sendiri. Mungkin saja seseorang menempatkan batu sandungan di jalan yang akan dilewatinya sendiri. Tidak diragukan lagi bahwa perintah untuk memenggal tangan yang menyesatkan bersifat kiasan dan bersifat hiperbol. Pengertian dari ayat ini ialah bahwa segala hal yang membuat seseorang terjatuh ke dalam dosa harus langsung disingkirkan. Ayat-ayat ini tidak boleh secara harfiah sebagai memerintahkan orang untuk hidup yang ekstrem. Harus diingat bahwa tempat dari dosa adalah jiwa, bukan organ tubuh jasmaniah tertentu. Masuk ke dalam hidup. Ungkapan yang sejajar dalam Mrk 9:47* ialah masuk ke dalam Kerajaan Allah. Istilah-istilah ini merupakan lawan kata neraka dan dipahami sebagai mengacu kepada hidup orang yang diselamatkan di dalam kerajaan kekal. Neraka merupakan terjemahan dari kata Yunani geenna yang merupakan peralihan dari kata Ibrani gê hinno-m, yang artinya "lembah Hinnom." Lembah ini terletak di barat daya Yerusalem dan dikutuk karena pernah merupakan tempat penyembahan dewa Molokh. Tempat itu kemudian menjadi tempat pembuangan sampah kota, di mana api terus berkobar, dan memusnahkan sampah itu menjadi abu. Sampah dan kotoran yang dibuang di situ juga pasti banyak berulat. Di dalam pemikiran Yahudi lembah itu menjadi lambang dari tempat penghukuman kekal.
7.       Ay 48 Bahasa ayat ini diambil dari Yes 66:24.. Ulat-ulat bangkai yang tidak mati merupakan kiasan yang diambil dari lembah Hinnom, di mana ulat-ulat itu bekerja terus tanpa berhenti. Yang dilukiskan adalah penyiksaan tanpa akhir dan kehancuran yang ada di neraka.
8.       Ay 49-50: Dengan mengambil garam, yang dalam Mrk 9:49* dipakai dalam hubungan dengan neraka, Yesus selanjutnya mengatakan bahwa para pengikut-Nya harus seperti garam, membiarkan pengaruh mereka dirasakan oleh dunia (bdg. Mat 5:13*). Mempunyai garam dalam dirimu. Kristus memerintahkan para murid untuk diresapi dengan pengaruh yang memurnikan ini. Untuk menjadi pengaruh yang baik, mereka sendiri harus memiliki kebaikan itu. Hidup berdamai. Kristus mengakhiri pembahasan itu dengan satu acuan terakhir kepada perdebatan tentang siapa yang paling besar sebagaimana tercatat dalam Mrk 9:34*. Kedua perintah memakai bentuk waktu sekarang, yang artinya memerintahkan untuk dilaksanakan terus-menerus.
Renungan:
1.      Bagaimana kita menghilangkan sikap eksklusif, sektarian, primordialisme, fanatisme yang ekstrim, tetapi membangun sikap yang terbuka, inklusif, hal ini sangat penting dalam hidup kita yang majemuk (plural)
2.      Hendaknya hidup kita tidak menjadi batu sandungan bagi orang lain: segala hal yang membuat seseorang terjatuh ke dalam dosa harus langsung disingkirkan. Dosa akan selalu membawa hiduo kita pa kesengsaraan
3.      Pengikut Kristus hendaknya menjadi garam yang memberikan rasa, pengaruh, manfaat, melalui perbuatan yang baik terhadap sesama, sekecil apapun perbuatan baik akan sangat bermanfaat bagi kehidupan






BAHAN SERMON JAMITA TU MINGGU XIII DUNG TRINITATIS, 2 SEPTEMBER 2012 JAKOBUS 1:16-27

BAHAN SERMON JAMITA TU MINGGU XIII DUNG TRINITATIS, 2 SEPTEMBER 2012
JAKOBUS 1:16-27
GABE PANANGINANGI DOHOT SIULAHON HATA NI TUHAN I

1. Konsisten: Saurdot do hadirion dohot pambahenan ni Debata, ndang hea ro sian Debata angka na roa, alai holan na denggan do. Jotjot do sala hita mangalapati angka na masa di ngolunta. Isarana molo madabu jolma tubagasan pangunjunan ndang sian Debata ro pangunjunan I (ay 18), alai sian roha ni jolma I do na mangoloi hisap ni rohana gabe madabu ibana tu pangunjunan. Sian si bolis jala ibana do na patupahon pangunjunan tu jolma, atik pe diboto jala “diloas” Debata jolma I unjunan ni si bolis. Marhite turpuk on dipaandar do tu hita, ia Debata tongtong do “konsisten” na so olo muba do hadirionNa, Debata parholong niroha do Ibana, sian Ibana do saluhut angka na denggan, nasa ulibasa na mauliutus. Godang angka na denggan, nasa ulibasa na maulitus na dipasahat Debata tu hita, jala saluhutna angka na denggan I patubuhon lasnirohanta na so boi dilehon portibion, lumobi ma nasa ulibasa na mauliutus, ima silehonlehon ni Debata na so tama, jala naso talup hita manjalo alai diloas Debata hita manjalo. Di ngoluon ndang habilangan hita nadenggan natajalo sian Debata, ndang na ala ni hagogoonta umbahen di lehon Debata tu hita nasa uli basa namauliutus alai holan ala ni asi ni rohaNa sambing do. Dilehon do tu hita ngolu, gogo, roha, tingki parasian dohot ragam ni angka pasupasu pardagingon dohot partondion. Marhite pambahenan ni Debata, gabe tarsunggulma tu rohanta jotjot do hita marhahurangan di ngolunta, isarana molo tapatupa angka ulaon na denggan, hape ndang tulus, jala bulus hita mangulahon I, ai sipata gumodang do manuntut hita sian na tapasahat i, martingki do hita mangulahon na denggan, jotjot do hita ndang konsisten di hata dohot pambahenan. Boi do muba hatanta nang pambahenanta saonari dohot tu ari marsogot.
2. Dipaingot do marhite turpuk on sikap na denggan di halak naporsea I ma:
 Manangihon: Ganup jolma, girgir ma ibana mananginangi, bangkol ma ibana mangkatai, lapatanna ingkon gumodang do jolma i mangangihon sian na manghatai, ndang mandok ndang ringkot mangkatai. Molo girgir manangnangi ingotonta ma pandohan“Diam itu adalah emas” unang “masuk kiri keluar kanan, masuk kiri keluar kiri”, alai gabe manangihon secara empaty (=mendengar dengan utuh) Molo didok bangkol mangkatai, lapatanna ingkon jamot do jolma manghatahon hatana, unang “asbun”(asal bunyi) unang holan manihasi (holan mengkritik), unang holan hata bura ro sian pamanganna,Paulus mandok “Sai tong ma lambok hatamuna, songon na siniraan, asa botoonmuna alus na patut tu ganup jolma (Kol 4:6).
 Kecerdasan emosional:Unang parmuruk, Memang marasing do hadirion (sifat-sikap) ni sasahalak jolma, adong do bangko ni jolma mura muruk (darting), adong do ala na binahen, jala ganup do jolma boi muruk. Bangkol ma tarrimas, lapatanna unang muramura muruk, ai manang aha pe ulaon molo mardongan muruk do pasti ndang denggan ujungna, ndang na mandok ndang boi muruk,alai molo muruk ingkon muruk holongma, ai Debata sandiri pe tarimas do tu bangsoNa marhite holongNa. Sasintongna sian segi medis molo muruk hita gumodang do hita rugi ndanda halak na asing, ai godang do jolma ala so boi di kontrol emosi ujungna gabe sahat tu S3 (stres,stroke-Stop)
 Transformasi: Mambolongkon nasa na roa dohot hajahaton, I do hataridaan ni angka naung paubahon roha, I do “huria” namangolu dibagasan ngolu naimbaru, holan angka na denggan do siboanon tu parsaoran dibagasan Tuhan I ai marhite na rade mambolongkon na roa, marhite I do jolma boi pasahathon ngoluna hibul tu Debata. Ingkon dibagasan lambok ni roha do jolma manjalo hata ni Debata, asa suan jala mangolu hata ni Tuhan I dibagasan roha, ai margogo do hata ni Tuhan I laho paluahon tondinta.
 Unang holan hata (NATO:No action talk only), alai manangihon dohot mangulahon hata ni Debata, Hakristenan ndanda holan “agama” alai dohot do “tindakan”(aksi), ndanda holan pananginangi di hata I, alai ingkon mangihut do pangulaon dohot pambahenan (Jak 2:17). Somalna molo molo holan manangihon jolma, mura do lupa, alai molo ditangihon jala di ulahon mintor maol do lupa.
 Religius:Ngolu hadaulaton (Ibadah) ingkon saurdot tu pangulaon, pangalaho, pangkataion siganup ari, ngolu na marhadaulaton lambas do na hinanghamna, alai adong do tong secara khusus. Hadaulaton na ias jala na so marlindang I ma patupahon ulaon parasi ni rohaon, I do hataridaan huria na mangolu, huria na ber-diakonia (mangurupi angka na mabalu, na so marama, so marina), laos dohot ma manjamothon diri asa unang “terjerumus” tu ulaon hajahaton dohot haholomon. Paulus mandok “Jala unang gabe sarombang hamu dohot portibi on; alai gabe imbaru ma hamu, dung muba pingkiranmuna, asa tau hamu manimbangi lomo ni roha ni Debata, i ma na uli, na hinalashonna dohot na sun denggan” (Rom 12:2).


BAHAN SERMON JAMITA PARTANGIANGAN
5 Musa 4:1-2, 6-9
HAUNDUHON TU HATA NI DEBATA
Haunduhon tu hata ni Debata tarida ma sian sikap:
1. Medengar dengan empaty: Manangihon aturan dohot uhum, marlapatan do I asa mangolu bangsoNa dibagasan haunduhon/ketaatan(komitmen dan konsistensi) tu Ibana, I do konsekuensi ngolu na dibagasan “perjanjian” maradophon Debata. I do joujou na mansai arga situtu sian Debata tu bangsoNa Israel (Ibr:Syema Israel). Debata sitompa saluhut do Debata ni Israel (montheisme), Dibagasan prinsip theokrasi (pemerintahan Allah), Holan aturan dohot uhum na sian Debata do na berfungsi mamboan ngolu na denggan,jala saluhut angka nilai-nilai moral, etika, ingkon marsorminan tu aturan dohot uhum ni Debata. Ala ni ma ringkot sikap managihon aturan ni Debata jala mangulahonsa I do respon tu haluoan na sian Debata, I do mual ni lasniroha. Nian sian ngolunta pe tarida do gombaran ni I, ai dua do dilehon Debata sipareon laho mananguhon, jala sada do simanghudap, lapatanna asa gumodang do hita managihon sian na manghatai. Molo girgir hita mananginangi gabe botoonta ma mandok sidohonan na patut maradophon dongan, asa unang holan mangkatai hita jala ndang adong be kesempatan laho manangihon hata ni dongan. Didok Tuhan Jesus do “Angka hadengganon do dirungkari halak na denggan roha sian pangkal na denggan na di bagasan rohana, jala na jahat do dirungkari halak na jahat roha sian na jat na pineopna hian. Ai ia i na manggohi roha, matua i do dihatahon pamangan (Luk 6:45). Sian pangkataion dohot aha na ni dok ni jolma boi do botooan hadirionna. Boi sega parsaoran marhite “hata”, sega hadirionta (Yak 3:6), boi do tersinggung dongan molo sai tadok hata na mambahen sogo ni roha ni dongan, I do umbahen didok umpama Batak “Ni arit lili bahen bambaba, jolo nidilit bibir asa nidok hata” lapatanna jolo denggan do pingkiran hataniba, ipe asa nidok. Didok di Poda “Manang ise na mamompomi pamanganna, i do na mangaramoti hosana, alai manang ise na pangangang bibirna, hamagoan do ujungna (Poda 13:3), ala ni ringkot ma hatanta “hata na pangoluhon” unang “hata na pamatehon”. Hata ni Debata do hata na pangoluhon asa mangolu hita; marlapatan do aturan dohot uhum I gabe siparorot, laho manjamothon asa unang marmara bangsoNa i, asa mangolu bangsoNa I dibagasan ruhutruhut na denggan
2. Konsisten: Ndang ambaan jala ndang jadi oruon: ndang pola dipangido Debata persetujuan sian bangsoNai taringot tu aturan dohot uhumNa.
3. Komitmen: Ingkon radotando tona ni Jahowa. Ingkon adong do aturan dohot uhum asa boi jolmai mangolu dohot denggan (harmoni). Dilehon Debata do kebebasan di jolmai, alai ndanda kebebasan na so adong aturanna. Ido hataridaan ni jolma na mar-Agama, dohot mar-Tuhan ingkon bersifat mangaradoti jala mamboan hadamean tu portibion, I do parbue ni hapistaran dohot hapantason. Ramoti dirim jala parhamaol tondim: Sahit ni jolma sai jotjot do lupa,isarana lupa marningot na denggan, lupa mandok mauliate, lupa mangulahon tona dohot uhum. Sasintongna godang do angka parsiajaran naingkon siputihan ni jolma sian pengalaman di ngoluna, laos songon I do pengalaman ni bangso Israel disejarah ni haluaon nasida sian tano misir, pengalaman di parhorsihan (=Sekolah padang Gurun). Didok angka na pistar do “pengalaman adalah guru yang terbaik” hombar tusi ma ampit umpasa Batak na mandok “mata guru roha sisean”, ndang diida mata alai diida roha. Sian pengalaman I do tubu panindangion, laos patubuhon “haporseaon”.
4. Tanggungjawab edukatif: Mangajarhon tu sundut naumposo (PL,Didaskein , PB,katekisasi dna). Dimulana pangajarion taringot tu pambahenan ni Debata i ma tanggungjawab ni natoras (bnd 5 Musa 6:20-25). Ingkon tangkas do natoras tua pabotohon (mengajarkan) tu angkainakkonna taringot tu pambahenan ni Debata (Psalmen 78:3-7).
















4:8 Ai tung di bangso na bolon dia ma adong aturan dohot uhum na tigor, songon sandok patikon, na hulehon di adopanmuna sadarion?
4:9 Antong ramoti ma dirim jala parhamaol situtu tondim, asa unang lupa roham di jamita, angka naung niida ni matam, asa unang tallus sian roham saleleng ho mangolu, jala ingkon pabotohononmu do angka i tu angka anakmu dohot tu angka pahompum.
Mulut yang Kotor
Nats : Siapa menjaga mulutnya, memelihara nyawanya, siapa yang lebar bibir, akan ditimpa kebinasaan (Amsal 13:3)
Bacaan : Yakobus 3:5-12
Kata-kata saya tidak hanya akan berdampak pada orang lain, tetapi juga berdampak pada diri saya sendiri. Ketika saya mengucapkan kata-kata jahat, saya tidak hanya mengungkapkan dosa dalam hati saya (Lukas 6:45), tetapi juga memupuk dosa itu dan membuatnya bertumbuh. Yesus mengatakan bahwa bukan yang masuk ke dalam mulut, melainkan apa yang keluar dari mulutlah yang najis. Yakobus menyatakannya dengan kalimat lain, “Lidah ... dapat menodai seluruh tubuh” (Yakobus 3:6). Lidah yang tidak dikendalikan akan merusak diri saya sendiri.
Di lain pihak, apabila saya menolak untuk menanggapi pemikiran yang kotor, tidak baik, dan sia-sia, itu artinya saya mulai mencekik kejahatan dalam jiwa saya.
Itulah sebabnya orang bijak dalam Amsal 13:3 mengatakan bahwa kita harus menjaga mulut kita. Ketika kita melakukannya, kita menghentikan kejahatan yang diam-diam menggerogoti akar jiwa kita. Apakah kita ingin mengakhiri kejahatan yang dengan mudahnya timbul dalam diri kita? Dengan bantuan Allah, kita harus belajar untuk mengendalikan lidah kita.
Anda mungkin berkata, “Saya sudah berusaha, tetapi saya tidak mampu mengendalikannya.” Yakobus sependapat bahwa, “Tidak seorang pun yang berkuasa menjinakkan lidah” (Yakobus 3:8). Tetapi Yesus mampu. Mintalah kepada-Nya untuk mengawasi mulut Anda (Mazmur 141:3), dan serahkan kendali lidah Anda kepada-Nya.
Marilah kita menggemakan himne Frances Havergal: “Ambillah bibirku dan biarlah bibirku dipenuhi dengan kabar yang memuliakan-Mu”—David Roper
SIAPA MEMELIHARA MULUT DAN LIDAHNYA
MEMELIHARA DIRI DARI PADA KESUKARAN


Jesaya 35:4-7a

BAHAN SERMON JAMITA TU MINGGU XIV DUNG TRINITATIS
 09 SEPTEMBER 2012
Jesaya 35:4-7a

Thema: Ro Tuhanta Laho Paluahon
1.       Mansai borat do hamaolan diadopi bangso Israel (Israel Utara terjadi krisis politik, Moral, religi), ujungna gabe hancur do Israel utara ditaon 722 SM. Laos songon I do nang Juda na mengalami krisis social, politik, ekononomi, krisis iman hinorhon ni pangalaho ni panggomgomi, raja Ahas na korup jala manundalhon Debata, marhite na mangido pangurupion sian bangso Asyur (bangsa Kafir), ndanda sian Debata (Allah perjanjian:Yahwe), alai dung bangkit raja Hiskia gabe raja dipatupa ibana do reformasi, restorasi, transformasi di tongatonga ni bangso Juda, alai ndang sadia leleng boi bertahan haimbaruon I, ai dung bangkit anakna si Manasye gabe raja gabe mulak do bangso I manundalhon Debata. Ditangihon si Manasye do angka sipaingot na ro sian pangarajai (kaum bangsawan), na berpikir dunia, jala nungga mansai leleng sogo roha nasida ala ni kewajiban laho mandalanhon ruhutruhut ni parsombaon tu Debata ni Israel na pinatupa ni raja Hiskia. Diloas raja Manasye do parsombaon tu debata sileban (politeisme), jala berkolusi do  penguasa dohot pengusaha, ujungna terjadi ma eksploitasi tu angka na metmet (rakyat biasa), terjadi ma krisis social, moral, spiritual, politik, ekonomi, dna, jala godang do terjadi tinakan criminal, masa pertumpahan darah, perampokan, pencurian, dna.
2.      Disituasi na krisis I ma ro pangungkapon tu si Jesaya di bereng ibana na ro ma tingkina, sada bangso manurbu bangso Juda, alai mangihut tusi ma ro pangurupion sian Debata tu bangsoNa laho paluahon bangsona sian hamaolan i.
3.      Putihonta ma sian turpuk on na gabe jamita:
Parjolo: Debata do margogoihon hita ala ni posmarohanta tu Ibana, godang do tutu na mambahen hita gabe mabiar, alai manang aha pe namasa di portibion taingot ma Debata do na gabe jaminan di ngolunta, tongtong do Ibana campur tangan diangka namasa di portibion, ndang adong na lipe sian ibana, ndang adong na so diboto Debata. Tutu do, nunga godang angka halak naung daukdauk tanganna jala telluktelluk patna ala ni korban ketidak adilan ni angka penguasa ni Juda, dohot ala ni biarna mida ondamondam ni Assur. Tutu do torop angka na martihas (cacat- tuna runggu, tuna netra, tuna wicara, na pangpang) ala sahit ni daging. Tutu do ingkon gabe halongonan Jerusalem ala dirongsohon bangso sileban. Alai, gabe “masa lalu” do i bahenon ni Debata, jala ndang be siingoton i. Ala ro ma na imbaru, ima na tahirim di masa depan. Ai tung masihol do Debata laho pasuang las ni roha ni bangsoNa.
Paduahon: Debata do sipalua jala paluahon hita. Di ayat 4 c, didok: “Ro do Ibana tongon paluahon hamu” (Ia sendiri datang menyelamatkan kamu). Ndang halak na asing. Ndang utusan. Ndang didelegasikan manang diwakilkan. Debata sandiri do. Boasa? Tontu, na mansai arga ma natinopotNa i. Debata sandiri do marhite tangan na gogo turun tangan, campur tangan, intervensi laho paluahon Israel sian parhatobanon ni Babel, ala mansai arga bangsoNa i di roha ni Debata. Jala bagbagaNa di turpuk on pe tutu do dipasaut i. Ibana sandiri do, ima Debata na gabe jolma di bagasan Jesus Kristus. I ma ala holong ni rohaNa (Joh. 3,16). Andorang diportibi on Jesus, dipamalum do torop angka na marsahit, dohot na martihas. Dilehon hagogoon na imbaru tu angka na dianggap sampah masyarakat (sijalo beo, na huliton, na mabalu, dakdanak). I ma patuduhon naung ro taon parasinirohaon (tahun anugerah- Lukas 4, 18-19). Laos Ibana do patoguhon roha ni angka
naung mandate songon na di ayat 3-4a i. Ai didok Jesus do: “Ro ma hamu tu Ahu hamu angka na loja jala na sorat”, ninna Jesus do tu masyarakat na gok biar, na marboban na dokdok binahen ni penjajah Romawi dohot tokoh agama. Toropnai halak naung mandele gabe dapotan las ni roha dung pajumpang dohot Tuhan Jesus. Ala ni tahaporseai ma Tuhan I, tongtong ma hita marpangkirimon holan tu Ibana, jala rade ma hita gabe ulaulaNa mamboan dohot patupahon haimbaruon, perdamaian dohot pemberdayaan.
4.     Aha do sikap na diigil ni turpuk on sian hita molo nungga dipalua Debata hita:
-          Unang lupa hita mamuji Ibana (patudo tu Epistel), mamuji Debata i do hataridaan ngolu na marhadaulaton, i do parbue ni ni mandok mauliate tu Ibana, laos i do patuduhon  huria na mangolu ; i ma huria na sai tongtong marolopolop mamuji Tuhan i
-          Naeng tongtong hita marhaposan tu Ibana ; tarida ma i marhite sikap na optimis, sikap na positif, unang mura mandele, unang mura mandate, molo marungkil pe hita naeng ma marsiajar hita mangolu dibagasan semangat naimbaru dibagasan pangkirimon tu Debata, Ibana do sitompa langit dohot tano, Ibana do sipatingkos Uhum, Ibana do Sipalua, Ibana do mangaramoti dohot margogogihon, laos Ibana do Raja ro disaleleng ni lelengNa.