Jumat, 01 Februari 2013

Yesus datang Untuk Orang Miskin: Lukas 4:14-21


Yesus datang Untuk Orang Miskin, Untuk Menyelamatkan dan Memulihkan
Kata miskin dalam nats kita menggunakan istilah ptochos (bhs Yunani). Kata ini berarti miskin, melarat, orang yang meminta-minta, pengemis. Istilah ini menunjuk kepada kemiskinan yang semiskin-miskinnya yang hanya mampu mencari pertolongan pada orang lain dengan mengemis.

Kita melihat secara historis sebagian besar kemiskinan terjadi akibat struktural ekonomi yang tidak adil. Namun kemiskinan itu tidak dapat dilepaskan dari relasi dengan  Allah. Kemiskinan berakar dari hubungan yang rusak antara manusia dengan Allah dan sesama. Ketika Allah menyingkir dari kehidupam manusia maka hal duniawi  menjadi pusat kehidupan sehingga seringlah terjadi penindasan dan penghisapan terhadap sesama manusia. Kemiskinan bukan hanya masalah sosial tetapi juga masalah teologis ( dosa). Oleh karena itu perjuangan mengatasi kemiskinan bukan sekedar kegiatan pelayanan sosial tetapi juga wujud penghayatan iman.
Kemiskinan struktural (yang kuat menindas yang lemah) merupakan kemiskinan yang tercipta dari perwujudan dosa struktural yang mana struktur sosial mengondisikan dan mengarahkan pribadi perseorangan untuk berbuat dosa atau bertindak tidak adil. Oleh sebab itu  kemiskinan membutuhkan pertobatan pribadi maupun pertobatan sosial. Pertobatan pribadi dapat menggerakkan pertobatan kelompok. Dengan adanya pertobatan ini diharapkan gerakan bersama mengunah struktur yang tidak adil menjadi adil. Melalui perubahan ini maka dapatlah ditunjukkan perjuangan transformasi sosial yang memiliki nilai yang lebih dari semata perjuangan sosial yakni keterlibatan untuk mewujudkan rahmat Allah secara nyata dalam sejarah. Sebab penderitaan rakyat miskin di zaman ini telah membuka kedok kuasa dosa yang menyejarah.
Allah dalam Yesus Kristus menyelamatkan semua orang dengan mendahulukan orang miskin. Dalam sejarah, Allah telah terlibat untuk menyelamatkan semua orang khususnya yang lemah, sengsara dan tertindas. Allah adalah pembebas Israel dari perbudakan dan kesengsaraan di Mesir ( Kel 3: 7-8). Membela darah orang yang menderita tak bersalah ( Kej. 4: 10-11: 19: 1-29). Namun puncak dari keterlibatan Allah dalam sejarah manusia berpuncak dalam diri Yesus Kristus ( Yoh. 1: 5, 14). Melalui inkarnasi Allah merangkum seluruh umat manusia dan meresap dalam diri manusia yang utuh. Dalam pewartaan kerajaan Allah, Ia menyatakan pembebasan bagi semua orang khususnya kaum miskin ( Luk. 4: 18-21). Dalam kematian dan kebangkitannya manusia dianugrahi pembebasan dari dosa dan jati diri anak Allah.Anugrah pembebasan inilah yang menjadi dasar dan arah seluruh perjuangan Kristen. Dalam diri Yesus janji Allah untuk menyelamatkan manusia terpenuhi secara definitif ( 2 Kor 1: 20 ).
Pembaharuan yang dilakukan Yesus berarti bahwa struktur masyarakat dan hati manusia harus diperbaharui. Yesus tidak memperhatikan individu atau kelompok saja, Ia juga memperhatikan individu dalam keberadaannya dalam masyarakat. Tidak ada individu yang tersisih dan tertindas dalam masyarakat, misalnya orang miskin, buta, lumpuh. Maka Ia akan memulihkan mereka untuk mendapat tempat yang sewajarnya.  Jadi jelas bahwa solidaritas dan keberpihakan Yesus kepada kaum miskin dan tersisih bukan hanya keber[ihakan pada kemiskinan dan ketersisihan mereka, melainkan keberpihakn pada sistem yang adi lyang tidak mereka dapatkansehingga mereka menjadi miskin dan tersisihkan. Inilah yang menyelamatkan dan memulihkan setiap orang dalam keberadaan yang wajar dalam masyarakat. Sebab itulah tujuan-Nya datang ke dunia, yaitu untuk menyelamatkan dan memulihkan.  
Yesus adalah Mesias, yang diurapi dan diutus Allah untuk melaksanakan misi penyelamatan Allah. Dengan tegas Ia memproklamirkan diri ketika menyatakan bahwa, "Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin. Ia telah mengutus Aku." Tugas "menyampaikan kabar baik" terdiri atas empat kegiatan (18-19), yang sekaligus menjelaskan siapa yang dimaksud dengan "orang miskin," yakni mereka yang "tertawan, buta, dan tertindas". Dalam masyarakat zaman itu, yang termasuk di dalamnya adalah orang-orang yang tersisih, terkucil, tanpa status sosial, dan tanpa kuasa. Melalui kabar baik itu manusia terbebas dari belenggu dosa. Kabar baik itu terdiri dari empat hal mendasar: pembebasan dari kemiskinan, dari keterpenjaraan, dari kebutaan, maupun dari ketertindasan. Dosa telah membuat seseorang “miskin” segala-galanya di hadapan Allah. Orang itu buta karena tidak dapat melihat rencana-rencana Allah bagi dunia dan bagi dirinya sendiri, dan ia ditindas oleh rupa-rupa kuasa yang melawan Allah. Inilah visi dan misi Yesus datang ke dunia yaitu memberitahukan bahwa tahun rahmat Allah sudah datang Yesus memberitakan "pembebasan" kepada yang tertawan dan tertindas, (19 a, c). Dalam konteks Injil Lukas pembebasan selain arti rohani (pengampunan dari dosa), juga bermakna sosial. Ia menghadirkan "tahun rahmat Tuhan" (19 d). Ungkapan ini sering dipakai untuk tahun Yobel (Im 25:10), yakni tahun pembebasan bagi kaum miskin yang ditindas oleh sebab utang-utang mereka. Kepada yang buta, Yesus membawa penyembuhan (19 b), baik dari kebutaan fisik (bdk. Luk 18:35-43) maupun kebutaan rohani. Mereka yang buta rohani akan melihat "terang keselamatan dari Tuhan" di dalam Yesus (Luk 1:78-79; 2:29-32; 3:6). Yesus membawa kabar baik Kerajaan Allah, tidak terbatas untuk orang Yahudi saja, tetapi juga untuk orang bukan Yahudi, seperti yang telah dirintis oleh nabi Elia dan Elisa

Perenungan
  1. Hidup dan tindakan Yesus adalah kepedulian dan campur tangan Allah menyelesaikan masalah-masalah manusia. VISI DAN MISI YESUS adalah Pembebasan dari belenggu dosa dan Keselamatan. Melalui solidaritas Yesus kepada kaum miskin dan yang terpinggirkan, hendaknya kiya memiliki rasa solidaritas bagi orang miskin.
  2. Orang beriman berati ikut di dalam karya pembebasan Allah. Kita dipanggil Allah menjadi subjek pembebasan dalam sejarah. Perjumpaan dengan Allah menggerakkan relasi dengan sesama dalam membangun masyarakat yang adil. Iman selalu mengandung dimensi perjumpaan dengan Allah dan dimensi perjumpaan dengan sesama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar