Rabu, 24 April 2013



TIP #02: Coba gunakan wildcards "*" atau "?" untuk hasil pencarian yang leb?h bai*. [SEMUA]
dibuat dalam 0.01 detik
dipersembahkan oleh YLSA

ILUSTRASI KHOTBAH


  
Ilustrasi Khotbah
Top of Form


Tafsiran/Catatan
Studi Kamus
Studi Kata
Leksikon
Sistem Studi Peta
Ilustrasi Khotbah
Ekspositori
Gambar
Resource
Bacaan Alkitab Harian
SABDA web
CD SABDA
Alkitab Mobile
Pelajaran Memuji
Topik : Allah Nats : Pujilah Allah! (Mazmur 150:1)
Bacaan : Mazmur 150
Mazmur 150 tidak hanya berisi ungkapan pujian yang indah, tetapi juga pelajaran untuk memuji Tuhan. Mazmur tersebut memberi tahu kita di mana harus memuji Allah, mengapa kita memuji Allah, bagaimana kita memuji Allah, dan siapa yang seharusnya mempersembahkan pujian kepada Allah.
Di manakah kita memuji Allah? Dalam "tempat kudus" Allah dan "cakrawala-Nya yang kuat" (ayat 1). Setiap tempat di dunia ini, di mana pun kita berada, adalah tempat yang tepat untuk memuji Dia yang menciptakan segala sesuatu.
Mengapa kita memuji Allah? Pertama, karena apa yang Allah lakukan. Dia menunjukkan "segala keperkasaan-Nya". Kedua, karena siapa Allah. Pemazmur memuji-Nya karena "kebesaran-Nya yang hebat" (ayat 2). Pencipta yang penuh kuasa itu adalah Penopang alam semesta.
Bagaimana kita seharusnya memuji Allah? Dengan gegap gempita. Lembut. Tenang. Penuh antusiasme. Berirama. Penuh keberanian. Spontan. Tanpa rasa takut. Dengan kata lain, kita dapat memuji Allah dengan berbagai cara dan dalam berbagai peristiwa (ayat 3-5).
Siapa yang seharusnya memuji Allah? "Semua yang bernapas" (ayat 6). Tua dan muda. Kaya dan miskin. Kuat dan lemah. Setiap makhluk hidup. Allah menghendaki supaya setiap orang yang Dia beri napas kehidupan, menggunakan napas itu untuk menyatakan kuasa dan kebesaran-Nya.
Pujian adalah ungkapan terima kasih kita yang antusias kepada Allah karena Dia bertakhta dalam kemuliaan selama-lamanya --Julie Ackerman Link
PUJIAN MENGALIR DARI HATI YANG PENUH SUKACITA 



 
Topik : Ampunan Dari
11 November 2002

Nats : Dosamu telah diampuni oleh karena nama-Nya (1Yohanes 2:12)
Bacaan : 1Yohanes 2:1-12
Lima tahun sesudah PD II berakhir, Marvin Maris bertemu Taizo Fujishiro di sekolah teologi di Chicago. Meskipun keduanya di pihak yang saling bermusuhan ketika perang berlangsung, tetapi Maris tetap bersahabat dengan Fujishiro. Ia membuatkan catatan pelajaran untuknya, mengajarinya menyetir mobil, dan mengundangnya untuk merayakan Natal. Setelah Taizo kembali ke Jepang, mereka tetap saling berhubungan.
Empat puluh tahun kemudian, cucu perempuan Maris, Connie Wieck, pergi ke Jepang untuk mengajar bahasa Inggris. Ia menelepon Fujishiro dan memperkenalkan diri. Hari berikutnya mereka bertemu untuk makan siang. Taizo menceritakan kepadanya semua hal mengenai kakeknya, sahabat Amerika pertama Taizo.
Di kemudian hari Connie menulis: "Dibesarkan di kota di mana para veterannya masih menyimpan kepedihan ..., dulunya saya tak percaya bahwa pemaafan akan terjadi di antara orang-orang yang terlibat langsung dalam sejarah kelam itu. Namun, persahabatan antara kakek saya dan Taizo membuktikan kebalikannya."
Rasul Paulus menggambarkan keajaiban keselamatan dengan menulis, "Kita, ketika masih seteru, diperdamaikan dengan Allah oleh kematian Anak-Nya" (Roma 5:10). Dan Yohanes mengatakan bahwa mereka yang sudah diampuni harus mengasihi saudaranya (1 Yohanes 2:9-12).
Warisan pengampunan dari Allah akan diteruskan dari generasi ke generasi jika kita dengan rendah hati menerima anugerah pengampunan- Nya dalam Kristus dan meneruskannya kepada sesama kita —David McCasland
PENDOSA YANG DIAMPUNI
AKAN MENGENAL DAN MENYATAKAN KASIH
25 November 2002

Nats : Dengan kepak-Nya Ia akan menudungi engkau, di bawah sayap- Nya engkau akan berlindung (Mazmur 91:4)
Bacaan : 1Petrus 2:21-25
Seorang penginjil India, Sundar Singh, menulis tentang kebakaran hutan di pegunungan Himalaya yang ia saksikan ketika sedang melakukan perjalanan. Saat banyak orang berusaha memadamkan api, ada sekelompok orang yang memandangi sebuah pohon yang dahan-dahannya mulai dijalari api. Seekor induk burung dengan panik terbang berputar-putar di atas pohon. Induk burung itu mencicit kebingungan, seakan-akan mencari pertolongan bagi anak-anaknya yang masih di dalam sarang. Ketika sarang mulai terbakar, induk burung itu tidak terbang menjauh. Sebaliknya, ia justru menukik ke bawah dan melindungi anak-anaknya dengan sayapnya. Dalam sekejap, ia beserta anak-anaknya hangus menjadi abu.
Lalu Singh berkata kepada orang-orang itu, "Kita baru saja melihat hal yang luar biasa. Allah menciptakan burung yang memiliki kasih dan pengabdian begitu besar sehingga rela memberikan nyawanya untuk melindungi anak-anaknya .... Kasih seperti itulah yang membuat-Nya turun dari surga dan menjadi manusia. Kasih itu juga membuat-Nya rela mati sengsara demi kita semua."
Cerita di atas adalah sebuah ilustrasi yang mengagumkan akan kasih Kristus kepada kita. Kita juga berdiri dengan takjub saat merenungkan api penghakiman suci yang membakar Bukit Kalvari. Di sanalah Kristus bersedia menderita dan "memikul dosa kita di dalam tubuh-Nya di kayu salib" (1 Petrus 2:24).
Tuhan, terima kasih karena Engkau rela menderita menggantikan kami. Betapa kami sangat bersyukur atas semua yang telah Engkau lakukan! –Vernon Grounds
KRISTUS MENANGGUNG API PENGHAKIMAN
AGAR KITA MENIKMATI PENGAMPUNAN DARI ALLAH

Topik : Ampunan Dari
11 November 2002

Nats : Dosamu telah diampuni oleh karena nama-Nya (1Yohanes 2:12)
Bacaan : 1Yohanes 2:1-12
Lima tahun sesudah PD II berakhir, Marvin Maris bertemu Taizo Fujishiro di sekolah teologi di Chicago. Meskipun keduanya di pihak yang saling bermusuhan ketika perang berlangsung, tetapi Maris tetap bersahabat dengan Fujishiro. Ia membuatkan catatan pelajaran untuknya, mengajarinya menyetir mobil, dan mengundangnya untuk merayakan Natal. Setelah Taizo kembali ke Jepang, mereka tetap saling berhubungan.
Empat puluh tahun kemudian, cucu perempuan Maris, Connie Wieck, pergi ke Jepang untuk mengajar bahasa Inggris. Ia menelepon Fujishiro dan memperkenalkan diri. Hari berikutnya mereka bertemu untuk makan siang. Taizo menceritakan kepadanya semua hal mengenai kakeknya, sahabat Amerika pertama Taizo.
Di kemudian hari Connie menulis: "Dibesarkan di kota di mana para veterannya masih menyimpan kepedihan ..., dulunya saya tak percaya bahwa pemaafan akan terjadi di antara orang-orang yang terlibat langsung dalam sejarah kelam itu. Namun, persahabatan antara kakek saya dan Taizo membuktikan kebalikannya."
Rasul Paulus menggambarkan keajaiban keselamatan dengan menulis, "Kita, ketika masih seteru, diperdamaikan dengan Allah oleh kematian Anak-Nya" (Roma 5:10). Dan Yohanes mengatakan bahwa mereka yang sudah diampuni harus mengasihi saudaranya (1 Yohanes 2:9-12).
Warisan pengampunan dari Allah akan diteruskan dari generasi ke generasi jika kita dengan rendah hati menerima anugerah pengampunan- Nya dalam Kristus dan meneruskannya kepada sesama kita —David McCasland
PENDOSA YANG DIAMPUNI
AKAN MENGENAL DAN MENYATAKAN KASIH
25 November 2002

Nats : Dengan kepak-Nya Ia akan menudungi engkau, di bawah sayap- Nya engkau akan berlindung (Mazmur 91:4)
Bacaan : 1Petrus 2:21-25
Seorang penginjil India, Sundar Singh, menulis tentang kebakaran hutan di pegunungan Himalaya yang ia saksikan ketika sedang melakukan perjalanan. Saat banyak orang berusaha memadamkan api, ada sekelompok orang yang memandangi sebuah pohon yang dahan-dahannya mulai dijalari api. Seekor induk burung dengan panik terbang berputar-putar di atas pohon. Induk burung itu mencicit kebingungan, seakan-akan mencari pertolongan bagi anak-anaknya yang masih di dalam sarang. Ketika sarang mulai terbakar, induk burung itu tidak terbang menjauh. Sebaliknya, ia justru menukik ke bawah dan melindungi anak-anaknya dengan sayapnya. Dalam sekejap, ia beserta anak-anaknya hangus menjadi abu.
Lalu Singh berkata kepada orang-orang itu, "Kita baru saja melihat hal yang luar biasa. Allah menciptakan burung yang memiliki kasih dan pengabdian begitu besar sehingga rela memberikan nyawanya untuk melindungi anak-anaknya .... Kasih seperti itulah yang membuat-Nya turun dari surga dan menjadi manusia. Kasih itu juga membuat-Nya rela mati sengsara demi kita semua."
Cerita di atas adalah sebuah ilustrasi yang mengagumkan akan kasih Kristus kepada kita. Kita juga berdiri dengan takjub saat merenungkan api penghakiman suci yang membakar Bukit Kalvari. Di sanalah Kristus bersedia menderita dan "memikul dosa kita di dalam tubuh-Nya di kayu salib" (1 Petrus 2:24).
Tuhan, terima kasih karena Engkau rela menderita menggantikan kami. Betapa kami sangat bersyukur atas semua yang telah Engkau lakukan! –Vernon Grounds
KRISTUS MENANGGUNG API PENGHAKIMAN
AGAR KITA MENIKMATI PENGAMPUNAN DARI ALLAH
27 Desember 2002

Nats : Jemputlah Markus dan bawalah ia kemari, karena pelayanannya penting bagiku (2Timotius 4:11)
Kita semua pasti pernah menyesali masa lalu dan mencoba melupakan segala dosa dan kesalahan kita di masa lalu. Perasaan kita sangat mirip dengan karakter komik Peanuts yaitu Linus, yang berkata, "Mungkin kita seharusnya berpikir tentang hari ini saja." Charlie Brown, karakter Peanuts lainnya, membantahnya, "Tidak, itu namanya menyerah. Aku masih berharap hari kemarin akan memberi sesuatu yang lebih baik."
Kita memang tak dapat mengubah masa lalu. Namun, kita dapat belajar dari kesalahan dan dosa masa lalu. Dan dengan pertolongan Allah, kita dapat menggunakan pengalaman itu untuk membuat masa depan kita lebih baik.
Itulah yang dilakukan Yohanes Markus. Ia telah memulai perjalanan misi bersama Paulus dan Barnabas, tetapi saat memasuki Asia Kecil, ia meninggalkan mereka dan pulang ke tempat asalnya (Kisah Para Rasul 13:13; 15:38). Tidak ada penjelasan tentang alasan kepergiannya, tetapi Rasul Paulus menganggap itu sebagai pembelotan yang memalukan.
Selanjutnya, Markus menjadi kawan sekerja Barnabas (15:39). Kita tidak mengetahui detailnya, yang pasti Markus berubah dan berbaikan dengan Paulus (Kolose 4:10,11). Ketika Paulus berada di penjara menunggu pelaksanaan hukuman mati, ia meminta Timotius untuk datang dengan mengajak Markus. Ia menganggap pelayanan Markus "penting baginya" (2 Timotius 4:11).
Kita tidak dapat menghapus masa lalu, tetapi kita dapat belajar dari masa lalu. Saat kita membawa segala dosa dan kesalahan kita kepada Tuhan dan mencari pertolongan-Nya, kita dapat menjadi orang yang lebih baik di hari ini dan esok –Herb Vander Lugt
KEGAGALAN BUKANLAH AKHIR DARI SEGALANYA
JIKA ANDA MEMULAI LAGI BERSAMA ALLAH
30 Desember 2002

Nats : Lihatlah, apakah jalanku serong, dan tuntunlah aku di jalan yang kekal! (Mazmur 139:24)
Dalam pertandingan pembukaan musim kompetisi football tahun 2001, tim Universitas Colorado melakukan sebuah kesalahan sehingga kehilangan kesempatan untuk bertanding di kejuaraan nasional. Ketika pelatih Gary Bernett ditanyai mengenai hal itu, ia berkata, "Kami tidak akan mempermasalahkannya. Saya telah belajar dari pengalaman: Jangan menyalahkan apa yang sudah lewat." Barnett lalu sibuk merekrut pemain-pemain baru dan mempersiapkan pertandingan akhir di musim liburan sehingga tidak sempat memikirkan masa lalu.
Kita semua memang harus menjalani hidup di masa sekarang. Namun, bagaimana dengan kesalahan yang sangat kita sesali? Bagaimana kita mengatasi dosa di masa lalu dan kegagalan yang terus membebani pikiran kita? Untuk mengatasi kesedihan yang mungkin masih kita rasakan, Oswald Chambers berkata, "Jangan pernah takut ketika Allah membawa kembali kenangan masa lalu Anda. Biarkanlah kenangan itu muncul. Kemarahan, kritik, dan kesedihan adalah alat untuk mewujudkan kehendak Allah. Allah akan mengubah ‘kenangan yang masih kita rasakan’ menjadi alat pembinaan mental [sumber makanan dan pertumbuhan rohani] yang indah untuk menghadapi masa depan".
Pemazmur meminta Allah untuk menyelidiki hatinya dan melihat apakah jalannya serong, sehingga ia dapat mengakuinya dan memperoleh pengampunan. Kemudian ia menambahkan, "Tuntunlah aku di jalan yang kekal!" (Mazmur 139:23,24).
Allah tidak ingin kita terjerat masa lalu. Dia ingin supaya kita mengalami kebebasan di hari ini dan hari esok –David McCasland
MEMIKIRKAN MASA LALU MELUMPUHKAN MASA KINI
DAN MERUGIKAN MASA DEPAN
28 Maret 2003

Nats : Adikmu telah mati dan menjadi hidup kembali, ia telah hilang dan didapat kembali (Lukas 15:32)
Bacaan : Lukas 15:11-32
Beberapa tahun yang lalu, saya dan istri saya Carolyn berkemah dekat kota Brimley, di Semenanjung Atas Michigan. Saat itu hari libur. Kami berjalan santai memasuki kota untuk melihat pawai tahunan. Sungguh, pawai tahunan itu adalah peristiwa menarik yang perlu saya ceritakan pada orang-orang rumah.
Dalam pawai itu ada barisan perwira yang mengendarai kuda, ratu-ratu yang hendak pulang, pengembara, bahkan Beruang Smokey! Ada kendaraan hias yang menampilkan Big Bird dari Sesame Street, dan truk berbak datar yang ditumpangi satu grup musik yang menggunakan alat musik tiup dari kuningan. Mereka mengenakan topi jerami dan berseragam merah, putih, dan biru. Ada bermacam-macam jenis kendaraan: traktor, kereta gandeng, truk, dan sepeda roda tiga anak-anak.
Kendaraan hias terakhir menyedot perhatian kami. Kendaraan itu menampilkan orang tua berambut kelabu yang sedang berlutut di kaki salib. Di bak belakang kendaraan hias itu terbentang tulisan: “PULANGLAH!” --YESUS
Yesus masih memanggil, “Pulanglah!” Anda tidak pernah pergi terlalu jauh atau terlalu parah untuk kembali pada kasih Allah. Dia tetap menunggu, seperti ayah anak yang hilang tersebut. “Ketika ia masih jauh, ayahnya telah melihatnya, lalu tergeraklah hatinya oleh belas kasihan” (Lukas 15:20). Ia bersukacita karena anak bungsunya telah kembali (ayat 32).
Pulanglah kepada Tuhan. Jangan menjauh. Apa pun yang telah Anda lakukan, atau yang tidak Anda selesaikan, Dia tetap mengasihi Anda -- David Roper
TIDAK PERNAH TERLALU CEPAT
UNTUK KEMBALI KEPADA TUHAN
6 April 2003

Nats : Siapa menyembunyikan pelanggarannya tidak akan beruntung, tetapi siapa mengakuinya dan meninggalkannya akan disayangi (Amsal 28:13)
Bacaan : Yakobus 3:1-13
Seorang wanita berkata kepada pendetanya, “Saya punya kebiasaan buruk yaitu suka melebih-lebihkan. Saya suka membesar-besarkan cerita. Orang-orang lalu curiga bahwa ucapan saya tidak benar, dan mereka tak lagi mempercayai saya. Saya tengah berusaha menghilangkannya. Bisakah Anda membantu saya?”
Pendeta itu menjawab, “Mari kita sampaikan hal ini kepada Tuhan.”
Wanita itu pun berdoa, “Tuhan, Engkau tahu saya suka melebih-lebihkan cerita ...” Sampai di sini, si pendeta menyela, “Sebut saja itu kebiasan berbohong, maka Anda akan bisa mengatasinya!” Wanita itu merasa sangat bersalah dan mengakui kesalahannya.
Kita sering memaklumi dosa kita dengan memberinya sebutan yang lebih mudah diterima. Sifat kita yang cepat marah, kita sebut “syaraf tegang”, kebohongan disebut “melebih-lebihkan”, ketidakjujuran disebut “bisnis bagus”. Untuk mengatasinya, kita perlu mengakuinya, jujur menyebutkannya, dan bertobat dengan tulus (Amsal 28:13).
Seorang pria datang ke dokter gigi untuk diperiksa. “Dengan lidah, saya merasa ada lubang besar di gigi saya,” katanya. Dokter itu lalu memeriksanya dan berkata, “Cuma lubang kecil.” “Kok rasanya besar?” tanyanya. “Lidah memang suka melebih-lebihkan,” jawab dokter. Kita mungkin tersenyum mendengarnya, tetapi bukankah kita cenderung melebih-lebihkan ucapan kita? Sesungguhnya, “lidah, walaupun suatu anggota kecil dari tubuh, namun dapat memegahkan perkara-perkara yang besar” (Yakobus 3:5).
Tuhan, ampuni kami bila menyalahgunakan lidah --Henry Bosch
MEMBESAR-BESARKAN KENYATAAN
SAMA DENGAN BERBOHONG
13 Agustus 2003

Nats : Dalam kasih setia abadi Aku telah mengasihani engkau, firman Tuhan, Penebusmu (Yesaya 54:8)
Bacaan : Yesaya 54:1-10
Sesudah bermain golf satu ronde, seorang negarawan Inggris bersama temannya berjalan melewati ladang tempat beberapa ekor sapi sedang merumput. Keduanya demikian asyik berbincang-bincang sampai mereka lupa menutup pintu gerbang ketika meninggalkan wilayah berpagar itu.
Namun, negarawan itu sempat melihat pintu gerbang yang masih terbuka dan kembali untuk menutupnya. Kemudian ia menceritakan kepada temannya bahwa insiden kecil ini mengingatkannya pada jawaban seorang dokter yang sedang sekarat atas pertanyaan seorang pendeta, apakah ia akan menyampaikan pesan terakhir sebelum meninggal. "Tidak," jawab dokter itu, "kecuali bahwa sepanjang hidup saya selalu menutup pintu di belakang saya." Dokter yang sedang menjemput ajalnya itu telah belajar untuk meninggalkan kegagalan dan kekecewaan di belakang supaya tidak merampas sukacita dan kedamaian hatinya.
Sebagai orang kristiani, kita perlu menarik hikmah dari pelajaran ini. Ketika kita berdosa, kita bisa "menutup pintu" terhadap perasaan bersalah yang berkelanjutan dengan mengakui kesalahan di hadapan Tuhan yang penuh belas kasihan dan menerima ampunan-Nya (Yesaya 54:7-10; 1 Yohanes 1:9). Atau kalau ada salah paham dengan seseorang, daripada membiarkan kejengkelan meracuni diri kita, sebaiknya kita segera mendatangi orang tersebut dan meluruskan persoalan (Matius 18:15).
Marilah kita menutup pintu terhadap segala kegagalan dan kekecewaan kita di masa lalu--dan melangkah maju!--Richard De Haan
UNTUK MENIKMATI MASA DEPAN
TERIMALAH PENGAMPUNAN ALLAH TERHADAP MASA LAMPAU
11 Desember 2003

Nats : Pada waktu pembelaanku yang pertama tidak seorang pun membantu aku, semuanya meninggalkan aku -- kiranya hal itu jangan ditanggungkan atas mereka (2Timotius 4:16)
Penting bagi kita untuk membedakan antara kesalahan pribadi yang harus dengan rela kita ampuni, dengan serangan terhadap Injil Kristus yang sengaja dilakukan; kesalahan yang akan dihakimi Tuhan. Paulus menyatakan perbedaan itu dalam suratnya kepada rekan pelayanannya yang masih muda, Timotius.
Pertama, Paulus menulis dengan rasa hormat tentang seorang seteru Injil: "Aleksander, tukang tembaga itu, telah banyak berbuat kejahatan terhadap aku. Tuhan akan membalasnya menurut perbuatannya. Hendaklah engkau juga waspada terhadap dia, karena dia sangat menentang ajaran kita" (2Timotius 4:14,15).
"Kejahatan" Aleksander terhadap Paulus tidak ditujukan kepada Paulus secara pribadi, tetapi terhadap pemberitaannya. Dan kini ia menentang pemberitaan Injil yang dilakukan oleh Timotius.
Untuk membandingkan dan membedakan secara jelas antara mereka yang menentang pekerjaan Allah dan mereka yang berbuat salah kepada kita secara pribadi, Paulus mengucapkan kata-kata ramah ini, "Pada waktu pembelaanku yang pertama tidak seorang pun yang membantu aku, semuanya meninggalkan aku -- kiranya hal itu jangan ditanggungkan atas mereka" (2Timotius 4:16).
Sungguh menyedihkan! Paulus ditinggalkan para sahabat kristianinya, justru ketika ia sangat membutuhkan dukungan dari mereka. Apa yang harus dilakukan terhadap mereka? Sebenarnya mereka pantas menerima kemarahan Paulus. Namun, ternyata Paulus tidak marah. Ia justru berkata, "Kiranya hal itu jangan ditanggungkan atas mereka."
Tuhan, bantulah kami untuk berbaik hati juga --David Roper
PERLAKUKAN KESALAHAN ORANG LAIN SAMA BAIKNYA
DENGAN PERLAKUAN ANDA TERHADAP KESALAHAN ANDA SENDIRI
10 April 2004

Nats : Allah ... telah memercayakan pelayanan pendamaian itu kepada kami (2 Korintus 5:18)
Berikut ini adalah sebuah kisah tentang pengampunan yang dramatis. Pada bulan Desember tahun 2000, di Battleship Missouri Memorial, dua belas orang Amerika yang selamat dari serangan di Pearl Harbor memeluk tiga orang pilot Jepang yang dulunya menerbangkan pesawat penyerang Jepang. Upacara rekonsiliasi itu diselenggarakan oleh Komite Persaudaraan Amerika-Jepang.
Adegan yang mengharukan itu hanyalah cerminan sekilas dari apa yang dikerjakan kasih karunia Allah bagi kita. Meskipun kita berdosa, hubungan kita dengan Allah dapat dipulihkan kembali melalui iman yang sederhana di dalam Yesus. Dengan wafatnya Yesus di kayu salib menggantikan kita, Allah menghapuskan catatan tentang dosa-dosa kita dan memulihkan hubungan kita dengan-Nya.
Tuhan dengan kasih-Nya yang luar biasa tidak hanya mengampuni kita, tetapi juga memercayakan “pelayanan pendamaian” (2 Korintus 5:18) kepada kita. Kita mendapatkan kehormatan untuk membagikan kabar baik kepada orang lain sehingga mereka juga dapat diperdamaikan dengan Allah. Dan ketika kita menjalani kehidupan yang damai bersama Allah, kita juga seharusnya melakukan apa yang kita bisa untuk hidup dalam damai dengan setiap orang (Roma 12:18).
Apakah Anda sudah menerima tawaran pengampunan Allah di dalam Kristus? Apakah Anda bercerita tentang kasih-Nya kepada orang lain? Apakah Anda menjadi saluran kasih karunia Allah dalam hubungan Anda dengan orang lain? Marilah kita ciptakan kedamaian, mulai hari ini juga —Vernon Grounds
KETIKA KITA DIDAMAIKAN DENGAN ALLAH
KITA DAPAT MEMBAGIKAN DAMAI-NYA KEPADA ORANG LAIN
17 April 2004

Nats : Aku akan mengampuni kesalahan mereka dan tidak lagi mengingat dosa mereka (Yeremia 31:34)
Bacaan : Kolose 2:6-14
Seorang anak laki-laki berumur 10 tahun bercita-cita menjadi pendeta setelah dewasa nanti. Suatu hari, ketika kucing hitam peliharaan keluarganya mati, ia memanfaatkan kesempatan itu untuk melakukan “latihan khotbah” dengan memimpin upacara pemakaman.
Anak itu menemukan sebuah kotak sepatu dan meletakkan kucing tersebut di dalamnya. Ketika ia menutup kotak tersebut, ternyata ekor kucing itu tidak dapat masuk. Maka ia membuat sebuah lubang di tutup kotak itu supaya ekor yang panjang dan berbulu tersebut dapat mencuat keluar. Kemudian ia mengumpulkan teman-temannya, menyampaikan khotbah singkat yang sudah disiapkannya dengan cermat, dan menguburkan kucing itu dalam kuburan yang dangkal.
Setelah acara selesai, anak itu melihat bahwa ujung ekor kucing tersebut masih mencuat keluar dari tanah. Ia begitu penasaran, sehingga setiap 2 atau 3 hari, secara diam-diam ia mengeluarkan kucing itu dengan menarik ekornya dan kemudian menguburkannya kembali. Setelah berulang kali menariknya, ekor itu pun putus dan tubuh kucing itu terkubur selamanya!
Berapa banyak dari kita yang memperlakukan dosa-dosa kita yang telah diampuni dengan cara seperti itu? Kita mengakui dosa kita, tetapi berulang kali kita menariknya keluar dan menangis menyesalinya, meskipun Allah menghendaki agar hal-hal buruk itu dikuburkan sekali untuk selamanya (Yeremia 31:34; Kolose 2:13,14; 1 Yohanes 1:9). Akibatnya, kita tidak dapat bersukacita dan berbuah dalam hidup dan pelayanan kita sebagai orang kristiani.
Sudahlah, biarkan “kucing” itu terkubur! —Henry Bosch
SATU-SATUNYA TEMPAT AMAN UNTUK MENGUBUR DOSA
ADALAH DI BAWAH KAKI SALIB
18 Juni 2004

Nats : Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan (1 Yohanes 1:9)
Ketika saya mengecat dinding yang tinggi dengan kuas gulung, timbullah percikan cat yang halus sehingga meninggalkan bercak-bercak putih di kacamata saya. Bercak-bercak itu tampak jelas oleh orang lain, tetapi saya sendiri tak menyadarinya. Suatu pagi ketika hendak bekerja, sinar matahari yang menembus lensa kacamata saya membuat bercak-bercak itu terlihat sehingga mengganggu penglihatan.
Sama halnya dengan beberapa cacat kecil moralitas kita. Orang lain dapat melihatnya, tetapi kita tidak. Dan saat kita mempelajari firman Allah, cahaya kebenaran Tuhan Yesus Kristus akan menyinari kita sehingga segala cacat itu dapat terlihat dengan jelas. Karakter-Nya yang murni, kasih sejati-Nya, dan motivasi-Nya yang tulus akan menyingkapkan bercak-bercak dosa yang ada dalam setiap tindakan kita. Kebohongan-kebohongan kecil yang kita anggap baik, kemarahan yang egois, kemunafikan kecil, dan motivasi yang tidak murni akan terlihat jelas. Semua itu ada dalam diri kita dengan kadar yang berbeda.
Betapa pekanya Rasul Yohanes! Ia menulis, “Jika kita berkata, bahwa kita tidak berdosa, maka kita menipu diri kita sendiri” (1 Yohanes 1:8). Tetapi puji Tuhan, “Jika seorang berbuat dosa, kita mempunyai seorang pengantara pada Bapa, yaitu Yesus Kristus yang adil” (2:1). Ketika kita mengaku dosa kita, maka Dia menjadi pengantara kita di hadapan Bapa.
Ketika kita mengakui kekurangan kita, Allah akan menyucikan kita, bahkan bercak-bercak halus yang tak selalu kita lihat —Dennis De Haan
MENGENALI DOSA MERUPAKAN LANGKAH AWAL
UNTUK DIBEBASKAN DARI DOSA
28 Juni 2004

Nats : Allah adalah lebih besar daripada hati kita serta mengetahui segala sesuatu (1 Yohanes 3:20)
Allah lebih mengenal kita daripada kita mengenal diri sendiri. Dia mengetahui kelemahan kita, kenangan akan dosa yang sering membuat kita cenderung gagal berulang kali. Dia mengetahui leluhur kita dan cara kita dibesarkan, pengaruh masa lalu dan masa kini yang mendorong kita ke jalan yang salah. J.I. Parker menyebutnya “kekuatan tersembunyi” yang juga merupakan “kenyataan yang menetap” dari keberadaan kita.
Dalam tahap pertumbuhan kristiani saya, saya berjuang melawan sifat dan tindakan yang sulit saya kendalikan. Saya seperti Dostoevsky yang berkata, “Pada dasarnya sifat dasar selalu ingin menampilkan diri.” Paulus menyebutnya sebagai “dosa yang ada di dalam aku” (Roma 7:17). Hal ini membuat saya merasa bersalah dalam banyak hal, dan dapat merasa lebih bersalah lagi. Karena itu, hati saya terkadang mendakwa, sekalipun saya adalah seorang percaya.
Allah mengetahui semua hasrat yang menggoda diri saya. Dia juga mengetahui keinginan hati saya -- bahwa saya ingin mengasihi sesama dan rindu untuk melakukan hal yang benar. Dia mengetahui rasa malu saya ketika gagal dan dengan cepat mengampuni ketika saya mengakuinya (1 Yohanes 1:9). Kebenaran yang indah ini melegakan hati ketika saya merasa terdakwa, karena “Allah adalah lebih besar daripada hati kita serta mengetahui segala sesuatu” (3:20).
Jika Anda memercayai Yesus sebagai Juruselamat tetapi hati Anda senantiasa mendakwa, ingatlah bahwa Dia mengetahui segala sesuatu tentang diri Anda dan tetap mengasihi Anda —David Roper
RASA BERSALAH BUKANLAH BEBAN YANG DIBERIKAN ALLAH
UNTUK DIPIKUL ANAK-ANAK-NYA
24 Juli 2004

Nats : Aku akan memulihkan mereka dari penyelewengan, Aku akan mengasihi mereka dengan sukarela (Hosea 14:5)
Bacaan : Hosea 14:2-10
Saya tak akan pernah melupakan pelajaran menyakitkan yang saya dapat semasa kecil tentang ketidaktaatan. Ayah saya yang tengah memotong rumput, menghentikan sejenak pekerjaannya untuk berbelanja. Ia meninggalkan mesin pemotong rumput dorong itu di dekat beberapa kuntum bunga dan melarang saya menyentuhnya selagi ia pergi. Tetapi saya tidak taat dan mendorongnya. Saya kaget ketika pemotong rumput itu berbelok dan melindas beberapa bunga.
Ketika Ayah kembali, saya melapor sambil terisak, “Aku tidak sengaja!” Dengan bijak Ayah menjawab, “Lalu mengapa kamu melakukannya?” Saya tahu yang sebenarnya -- saya sengaja mendorong alat pemotong rumput itu. Saya berdosa, bukan karena melindas bunga, tetapi karena tidak taat.
Pelajaran masa kecil ini menjadi alat pengingat bagi saya untuk menyesali ketidaktaatan, dan bukan hanya akibatnya. Daripada berkata sambil terisak kepada Tuhan, “Saya tidak sengaja,” saya melakukan seperti yang diperintahkan Hosea kepada bangsa Israel yang suka melawan: “Bawalah sertamu kata-kata penyesalan, dan bertobatlah kepada Tuhan!” (Hosea 14:3). Saya mengaku dengan jujur kepada Tuhan bahwa meski saya tahu kehendak-Nya, tetapi saya memilih untuk tidak taat, dan saya berseru memohon belas kasihan-Nya. Puji Tuhan, Dia mengampuni!
Apakah Anda sedih karena memilih tidak taat, dan tidak semata-mata menyesal karena akibatnya? Maka “bawalah sertamu kata-kata penyesalan, dan bertobatlah kepada Tuhan” hari ini. Dia berjanji untuk mengampuni dosa Anda, karena Dia mengasihi Anda dengan sukarela (ayat 5) —Joanie Yoder
PERTOBATAN MENJAGA JALAN TETAP BERSIH
DALAM PERJALANAN KITA BERSAMA ALLAH
14 Oktober 2004

Nats : Hai, anak-Ku, dosamu sudah diampuni! ... Bangunlah, angkatlah tempat tidurmu dan pulanglah ke rumahmu! (Markus 2:5,11)
Bacaan : Markus 2:1-12
Seorang wanita pekerja sosial bercerita kepada rekan-rekannya tentang seorang anak laki-laki yang tinggal di sebuah perkampungan kumuh. Tubuhnya hampir tak berbentuk setelah ditabrak sebuah mobil beberapa bulan sebelumnya dan ia belum menerima perawatan medis yang sesuai.
Walaupun bukan bagian dari tugasnya, ia membawa anak itu kepada seorang ortopedis, yang kemudian membedah kedua kakinya. Dua tahun kemudian, anak tersebut dapat berjalan memasuki kantor sang pekerja sosial tanpa menggunakan tongkat. Ia telah benar-benar sembuh. Keduanya saling berpelukan. "Seandainya tidak ada lagi hal lain yang saya capai dalam hidup ini," kata sang pekerja sosial kepada dirinya sendiri, "saya telah membuat sebuah perubahan nyata, paling tidak dengan satu anak ini!"
Ia berhenti sebentar, kemudian berkata kepada rekan-rekannya, "Peristiwa ini terjadi beberapa tahun yang lalu. Menurut kalian, di manakah anak itu sekarang?" Sebagian teman-temannya berpendapat bahwa ia mungkin telah menjadi guru, dokter, atau pekerja sosial. Dengan sangat sedih, wanita itu menjawab, "Tidak, ia kini masuk penjara karena telah melakukan satu kejahatan terkejam yang dapat diperbuat oleh manusia. Saya memang mengajarinya untuk dapat berjalan lagi, namun tidak ada yang mengajari dia ke mana harus berjalan."
Oleh sebab itu, kita harus mengarahkan orang kepada Yesus. Melalui Dia, mereka yang memiliki tubuh, impian, rumah tangga, dan hati yang hancur akan menerima kepenuhan hidup --Haddon Robinson
ORANG DAPAT MENGAMBIL BANYAK JALAN YANG SALAH
NAMUN HANYA ADA SATU JALAN YANG BENAR
3 November 2004

Nats : Apakah engkau mengasihi Aku? … Gembalakanlah domba-domba-Ku (Yohanes 21:16)
Bacaan : Lukas 22:24-34
Yesus menjanjikan sesuatu kepada Petrus, yang juga sangat dibutuhkan oleh setiap orang percaya yang bertobat, yaitu kesempatan kedua (Lukas 22:31-34). Setelah memberi tahu bahwa Setan akan menampinya seperti gandum, Yesus meyakinkan Petrus bahwa Dia telah mendoakan agar imannya tidak gugur. Sekalipun Petrus bersikeras bahwa ia tidak akan meninggalkan-Nya, Yesus mengata-kan bahwa Petrus akan menyangkal-Nya tiga kali sebelum matahari terbit. Dengan harapan bahwa Petrus akan dipulihkan, Yesus menugaskan suatu pelayanan untuknya: “Jikalau engkau sudah insaf, kuatkanlah saudara-saudaramu” (ayat 32).
Pengkhotbah George Duncan berkata, “Saya pikir, panitia perekrutan pendeta di banyak gereja tidak akan menganggap Petrus sebagai kandidat yang pantas untuk menggembalakan sebuah gereja!” Namun, Duncan menunjukkan bahwa pada hari Pentakosta, Allah telah memilih Petrus untuk menyampaikan khotbah paling hebat sepanjang sejarah gereja. “Tampaknya,” kata Duncan, “beberapa orang kristiani membawa pesan pengampunan bagi orang yang tidak percaya. Sayangnya, tidak ada pesan pengampunan bagi orang yang telah percaya. Namun, saya gembira karena Allah memberikan pengampunan itu!” Karena pengampunan itulah, suatu tahap baru dalam pelayanan Petrus dimulai.
Sungguh, jika Anda orang percaya yang mau bertobat kembali seperti Petrus, Anda pun dapat percaya bahwa Tuhan akan memberikan kesempatan kedua bagi Anda. Akui dosa Anda dan alamilah pengampunan, penyembuhan, serta pemulihan dari-Nya (1 Yohanes 1:9) —Joanie Yoder
PENGAMPUNAN DARI ALLAH
SELALU MEMBERIKAN KESEMPATAN KEDUA
27 November 2004

Nats : Tidak ada yang berbuat baik, seorang pun tidak (Mazmur 14:3)
Bacaan : Mazmur 14
Seorang karyawan bagian penagihan pada sebuah toko besar memberikan sebuah pemahaman tentang reaksi alamiah manusia kepada saya. Ia memberi tahu saya bahwa berulang kali ia mendapatkan tanggapan berikut ini dari para pelanggan yang suka menunggak pembayaran tagihan mereka: “Pasti ada orang yang utangnya lebih besar daripada saya. Datang kembali lain kali saja, ya!”
Karyawan itu mengatakan kepada saya, “Mereka sama sekali tidak mengerti permasalahannya. Memang banyak orang yang utangnya lebih besar. Namun, saya harus memberi tahu mereka dengan sopan: ‘Masalahnya bukan orang lain berutang lebih besar. Catatan kami menunjukkan bahwa batas waktu pembayaran Anda sudah lewat!’”
Kecenderungan orang berdosa adalah mengalihkan perhatian dari dirinya sendiri dengan menuding orang lain. Orang-orang beragama mencoba memaklumi ketidakkonsistenan mereka dengan menuding orang- orang “kafir” di sekitar mereka. Lalu orang-orang “kafir” tersebut mencoba mengelak dengan membantah hal itu, dan mengungkapkan kemunafikan kaum beragama. Namun, Allah tidak bisa dipermainkan oleh orang-orang yang saling menuding.
Bila kita melihat seseorang yang tampaknya memiliki lebih banyak dosa daripada kita, sebenarnya itu ilusi. Semakin cepat kita menyadari bahwa tak ada orang yang lebih berutang kepada Allah selain diri kita, maka semakin cepat pula kita menerima pengampunan- Nya. Dia memberikan pengampunan bagi mereka yang dengan rendah hati menyadari bahwa mereka memiliki banyak sekali utang —Mart De Haan
SATU DOSA YANG DISANGKAL
DAPAT MENJADI DUA DOSA
29 November 2004

Nats : Dan darah Yesus, Anak-Nya itu, menyucikan kita dari pada segala dosa (1 Yohanes 1:7)
Majalah Customer Reports menerbitkan sebuah buklet dengan judul yang menggelitik: Bagaimana Membersihkan Segala Sesuatu Secara Praktis. Buku itu memberikan nasihat tentang cairan pelarut yang baik digunakan untuk membersihkan berbagai macam noda. Pakaian saya sering terkena noda, karena itu saya menyukai buku tersebut.
Tahukah Anda bahwa gliserin dapat menghilangkan noda tinta pulpen? Air mendidih dapat menghilangkan noda buah berry. Orangtua yang memiliki anak kecil perlu menyediakan satu galon cuka untuk mengatasi noda-noda krayon. Cairan pemutih baik untuk mengatasi jamur. Jus lemon cukup ampuh untuk menghilangkan karat.
Saya memang belum pernah mencoba semuanya, tetapi saya pikir para ahli pasti telah mencoba cairan-cairan pembersih ini terlebih dahulu.
Apa yang tidak Anda dapatkan dari buku ini adalah bagaimana mengatasi noda yang paling parah dari segala noda, yaitu noda dalam hidup Anda yang disebabkan oleh dosa. Itu adalah noda-noda yang dalam dan buruk yang diakibatkan ucapan permusuhan serta berbagai tindakan yang memalukan. Air mata tak dapat membersihkannya. Semangat tidak dapat menghapuskannya. Ada kalanya kita diyakinkan bahwa seiring dengan berlanjutnya hidup kita, maka dosa-dosa kita pun akan hilang dengan sendirinya. Namun secara tidak disangka, noda-noda merembes ke dalam hidup kita.
Alkitab memberi tahu apa yang kita butuhkan: “Dan darah Yesus, Anak- Nya itu, menyucikan kita dari pada segala dosa” (1 Yohanes 1:7). Inilah satu-satunya obat yang ampuh —Haddon Robinson
KITA MUNGKIN DAPAT MEMUDARKAN DOSA
NAMUN HANYA DARAH YESUS YANG BENAR-BENAR MEMBERSIHKANNYA
1 Desember 2004

Nats : Karena bukan apa yang aku kehendaki yang aku perbuat, tetapi apa yang aku benci, itulah yang aku perbuat (Roma 7:15)
Bacaan : Roma 7:14-26
Bertahun-tahun silam seorang pria kaya berburu bebek dengan seorang upahan bernama Sam. Mereka menggunakan kuda dan kereta. Di tengah jalan, salah satu pelek bannya terlepas. Ketika Sam memaku pelek itu ke roda, tak sengaja jarinya terpukul. Ia langsung mengumpat kasar. Tetapi ia segera bersujud mohon pengampunan Allah. “Tuhan, kerap kali begitu sulit menjalani kehidupan kristiani,” doanya.
“Sam,” ujar pria itu, “aku tahu kau seorang kristiani, tapi katakan padaku mengapa kau harus berjuang begitu keras dalam hidup kristianimu. Aku orang ateis, dan tidak mempunyai masalah seperti itu.”
Sam tak tahu harus menanggapi bagaimana. Sesaat kemudian ada dua bebek terbang di atasnya. Pria itu mengangkat senjatanya dan meletupkan dua tembakan. “Tinggalkan bebek yang mati dan kejar yang terluka!” teriaknya. Sam menunjuk bebek yang sedang mengepak- ngepakkan sayap dengan putus asa hendak melarikan diri sambil berkata, “Saya sudah mendapatkan jawaban untuk pertanyaan Anda. Anda mengatakan bahwa kekristenan saya tidak efektif karena saya harus berjuang sedemikian rupa. Ya, saya adalah bebek yang luka itu, dan saya berjuang untuk melepaskan diri dari Iblis. Tapi, Pak, Anda bagaikan bebek yang sudah mati!”
Pemahaman ini sesuai dengan gambaran Paulus tentang peng-alaman kristianinya dalam Roma 7:14-26. Perjuangan adalah bukti bahwa Allah bekerja dalam kehidupan kita. Pengampunan sudah tersedia, jadi jangan putus asa. Ingat, bebek yang mati tidak akan me-ngepakkan sayapnya —Dennis De Haan
JIKA YESUS HIDUP DI DALAM DIRI KITA
DOSA TIDAK DAPAT MEMBELENGGU KITA
24 Januari 2005

Nats : Aku mendengar tentang Engkau, tetapi sekarang mataku sendiri memandang Engkau. Oleh sebab itu aku mencabut perkataanku dan dengan menyesal aku duduk dalam debu dan abu (Ayub 42:5,6)
Bacaan : Ayub 29
Seorang remaja yang ayahnya berperilaku kasar berkata, “Saya ingin menjadi orang yang baik seperti guru Sekolah Minggu saya dan seperti Anda, tidak seperti ayah saya.”
Karena mengenal guru Sekolah Minggunya, saya setuju bahwa ia orang yang “baik”, dan saya bersyukur bahwa ia pun melihat saya sebagai orang “baik”. Saya juga ingin menjadi orang yang penuh hormat, baik hati, mau mengampuni, murni dalam gaya hidup, dan taat kepada Allah. Tetapi saya juga tahu kedosaan hati saya dan betapa saya bergantung pada kebaikan serta anugerah Allah.
Tuhan menganggap Ayub orang “yang demikian saleh dan jujur, yang takut akan Allah dan menjauhi kejahatan” (Ayub 1:8). Namun, setelah semua ujian yang dihadapinya, Ayub berkata, “Oleh sebab itu aku mencabut perkataanku dan dengan menyesal aku duduk dalam debu dan abu” (42:6). Bahkan setelah memikirkan kebaikannya sendiri (29:1- 25), ia tahu keadaan hatinya.
Melalui cara pandang manusia, banyak orang bisa digambarkan sebagai orang “baik”. Tetapi Allah melihat ketidaktaatan, egoisme, dan kebencian di dalam diri kita semua. Dia juga tahu bahwa kita mempunyai bagian yang tak terawasi secara rohani. Dan ketika Dia membuka mata kita untuk melihat diri kita sendiri seperti Dia melihatnya, kita memahami mengapa orang “baik” seperti Ayub berkata bahwa ia mencabut perkataannya.
Ya Tuhan, tolonglah kami untuk menjadi orang yang baik tanpa mengabaikan dosa dan ketidaklayakan kami. Terima kasih atas pengampunan yang Engkau tawarkan kepada kami dalam Kristus —Herb Vander Lugt
BAHKAN ORANG TERBAIK PUN
TAK MEMILIKI APA-APA UNTUK DISOMBONGKAN
25 Januari 2005

Nats : Melihat orang banyak itu, tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan kepada mereka (Matius 9:36)
Seorang pengkhotbah Skotlandia menyatakan penginjilan merupakan persekutuan orang-orang berdosa yang diperdamaikan dan diampuni, yang tak sekadar berkhotbah tetapi hidup sesuai iman mereka. Mereka pun menawarkan pendamaian dan pengampunan yang juga telah mereka terima dari Allah.
Rasul Paulus mengungkapkan keyakinan yang sama, “‘Kristus Yesus datang ke dunia untuk menyelamatkan orang berdosa,’ dan di antara mereka akulah yang paling berdosa” (1 Timotius 1:15). Paulus yang dulu pengejek dan penyiksa orang kristiani, percaya bahwa belas kasih Allah telah ditunjukkan kepadanya, orang paling berdosa, sebagai contoh bagi para pendosa lain yang nantinya akan percaya kepada Kristus (ayat 16).
Saat kita bersaksi bahwa Allah telah mengampuni kita dan menyediakan kehidupan kekal melalui iman kepada Kristus, kita menyatakan bahwa Allah adalah Allah yang menyelamatkan. Namun, bila kita mengamati gaya hidup orang-orang yang menuju kebinasaan, kita akan dengan mudah menganggap mereka hancur. Kita seharusnya justru melihat mereka seperti Kristus. “Melihat orang banyak itu, tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan kepada mereka” (Matius 9:36).
Yesus berkata bahwa Dia datang tidak untuk menghakimi dunia, tetapi menyelamatkannya (Yohanes 3:17). Daripada menghakimi orang lain, kita seharusnya berkata, “Siapakah aku yang hendak menghakimi orang lain, apabila Allah telah begitu bermurah hati mengampuniku?” Allah senang memakai orang-orang berdosa yang telah diampuni untuk menjangkau pendosa lainnya —Joanie Yoder
MENGASIHI ORANG BERDOSA BERARTI MENJADI SEPERTI KRISTUS
17 Februari 2005

Nats : Berbahagialah orang yang diampuni pelanggarannya, yang dosanya ditutupi (Mazmur 32:1)
Bacaan : Mazmur 32
Laki-laki yang ditangkap karena pembunuhan terhadap gadis 12 tahun, diduga telah melakukan serangkaian pembunuhan lain. Ketika polisi memeriksa komputernya, mereka menemukan fail berjudul “My Sins” (dosa-dosa saya). Tetapi fail ini tak bisa dibuka karena dilindungi kata sandi. Seorang ahli komputer mencoba memecahkan kodenya dengan bantuan piranti lunak khusus. Sesudah 16 jam mencoba miliaran kombinasi, ia menemukan kata sandinya: “Godhelp” (bantuan Allah). Fail ini berisi uraian enam kejahatan sadis, termasuk pemerkosaan dan pembunuhan.
Saya bertanya-tanya, apakah orang ini menciptakan fail dan kata sandi uniknya karena beban rasa bersalah yang begitu besar atas perbuatannya. Mungkin ia tahu hanya Allah yang bisa membantunya menangani kejahatannya yang begitu besar.
Kita semua memiliki dosa masa lampau yang membebani. Kita mungkin merasa seperti Daud ketika menulis bahwa tangan Allah membebaninya siang malam dan bahwa “sumsumnya menjadi kering, seperti oleh teriknya musim panas” (Mazmur 32:4). Namun, ia dapat merasakan kelegaan. Daud menulis, “Dosaku kuberitahukan kepada-Mu ... aku berkata, ‘Aku akan mengaku kepada Tuhan pelanggaran-pelanggaranku,’ dan engkau mengampuni kesalahan karena dosaku” (ayat 5).
Mukjizat pengampunan Allah tak menghilangkan konsekuensi dari dosa kita. Tetapi ketika kita mengakui dosa-dosa kita di hadapan-Nya, Dia akan mengampuni dan membersihkan kita (1 Yohanes 1:9). Belas kasih dan bantuan-Nya adalah suatu hal yang pasti —David McCasland
KETIKA ALLAH MEMBERIKAN PENGAMPUNAN
DIA MEMBERSIHKAN DOSA DAN MEMULIHKAN ORANG-ORANG BERDOSA
25 Maret 2005

Nats : Sebab yang sangat penting telah kusampaikan, yaitu apa yang telah kuterima sendiri, ialah bahwa Kristus telah mati karena dosa-dosa kita, sesuai dengan Kitab Suci (1Korintus 15:3)
Lebih dari 2.000 tahun silam di Yerusalem, Pontius Pilatus memerintahkan agar plakat yang bertuliskan: "Yesus, orang Nazaret, Raja orang Yahudi", digantungkan di kayu salib. Mungkin Pilatus mencoba menebar ketakutan di antara rakyat dan menepis keinginan mereka untuk mengangkat sendiri seorang raja baru.
Raja orang Yahudi. Apakah hal tersebut adalah pemikiran orisinal pada masa itu? Mungkin hal itu mulai diembuskan ketika orang-orang Majus bertanya, "Di manakah Dia, raja orang Yahudi yang baru dilahirkan itu?" (Matius 2:2). Orang-orang Majus sedang menantikan penggenapan atas janji ini: "Sebab seorang anak telah lahir ... lambang pemerintahan ada di atas bahunya, dan namanya disebutkan orang: Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai" (Yesaya 9:5). Mereka percaya bahwa Yesus adalah Anak yang dimaksudkan dalam janji itu.
Di kemudian hari, ketika Kristus disalibkan, beberapa orang melontarkan cemoohan kepada-Nya, "Jikalau Engkau Anak Allah, turunlah dari salib itu!" (Matius 27:40). Mereka ingin melihat apakah Yesus sungguh seorang Raja. Namun, Yesus tidak turun dari kayu salib. Arti salib yang sebenarnya adalah "Kristus telah mati karena dosa-dosa kita" (1 Korintus 15:3). Dia yang membayar hukuman atas dosa-dosa kita, telah membuat pengampunan Allah menjadi mungkin terjadi.
Mereka yang menerima pengampunan Allah dan meminta Yesus Kristus menjadi Juruselamat dan Tuhan, hanya akan memberi sebuah tanggapan yang tepat—melayani Dia. Dialah Raja atas hidup kita —AL
YESUS ADALAH RAJA ATAS HIDUP KITA
KITA HARUS MELAYANI DIA DENGAN SEGENAP HIDUP KITA
5 Mei 2005

Nats : Akulah pintu; barang siapa masuk melalui Aku, ia akan selamat (Yohanes 10:9)
Bacaan : Yohanes 10:7-10
Seorang ahli Perjanjian Lama bernama Sir George Adam Smith mengatakan bahwa ketika ia mengunjungi Tanah Suci, ia melihat seorang gembala dan dombanya berdiri di depan benteng. Tidak ada pintu terlihat di sana. Di situ yang tampak hanyalah sebuah lubang sebesar tubuh manusia.
Smith kemudian bertanya kepada gembala tersebut mengapa di sana tidak ada pintu. Gembala itu menjelaskan, "Sayalah jalan masuknya. Saya berdiri di lubang itu, dan domba lewat di bawah saya memasuki benteng. Apabila mereka semua sudah berada di dalam dengan aman, maka saya akan berbaring melintang pada lubang itu. Tidak akan ada pencuri yang dapat masuk dan juga tidak ada domba yang bisa keluar kecuali melewati tubuh saya. Sayalah jalan masuknya."
Kita seperti domba yang memerlukan Gembala (1 Petrus 2:25). Untuk jalan masuk ke surga, tempat kebahagiaan kekal, Yesus memberikan pernyataan yang mengagumkan ini: "Akulah pintu ke domba-domba itu .... barang siapa masuk melalui Aku, ia akan selamat" (Yohanes 10:7-9). Orang-orang yang mendengar-Nya pada saat itu tidak membayangkan pintu dari kayu yang tergantung pada engsel. Mereka memahami bahwa Dia benar-benar mengatakan, "Akulah jalan masuk ke rumah Allah." Dia dapat mengklaim diri-Nya sebagai jalan menuju kebahagiaan kekal, jalan khusus menuju kemuliaan Allah, karena Dialah Putra Allah.
Yesus merupakan satu-satunya jalan menuju surga (Yohanes 14:6). Kita dapat masuk ke sana hanya jika meletakkan iman kepada-Nya —VCG
ADA BANYAK JALAN KE NERAKA
TETAPI HANYA ADA SATU JALAN KE SURGA
7 Mei 2005

Nats : Siapakah yang akan melepaskan aku dari tubuh maut ini? (Roma 7:24)
Bacaan : Roma 7:14-25
Para kaisar Roma memandang penyiksaan merupakan cara yang sah untuk menegakkan hukum. Penyiksaan yang terkenal mereka lakukan adalah dengan mengikat tubuh korban pembunuhan ke punggung pembunuhnya. Di bawah ancaman hukuman mati, tak seorang pun boleh melepaskan penjahat yang terhukum itu.
Praktik hukum yang mengerikan ini mengingatkan kita akan kata-kata Rasul Paulus yang tertulis di dalam Roma 7. Paulus seakan-akan dapat merasakan ada tubuh mati yang terikat dengannya dan menyertainya ke mana pun ia pergi.
Sebagai anak-anak Allah, kita merindukan kemurnian dan kesucian, tetapi kadang-kadang kita merasa tidak berdaya karena terikat dengan "tubuh mati" daging kita. Meskipun kita merupakan ciptaan baru di dalam Kristus dan kita tahu bahwa tubuh fisik itu sendiri tidak jahat, kecenderungan untuk berbuat dosa akan selalu ada dalam diri kita. Karena itulah kita menangis bersama Paulus, "Siapakah yang akan melepaskan aku dari tubuh maut ini?" (ayat 24).
Paulus menjawab tangisannya sendiri dalam pasal 8. Ia mengatakan bahwa melalui pengampunan Kristus kita akan dibebaskan dari hukuman kekal (ayat 1). Kemudian dengan kekuatan Roh Kudus yang tinggal di dalam diri kita, kita akan dikuatkan untuk melakukan kehendak Allah (ayat 9). Dan di surga kelak, tubuh kita yang fana ini akan dibebaskan (ayat 23). Kita tidak lagi terikat tanpa daya dengan daging.
Pujilah Allah, karena Kristus telah mematahkan kekuatan dosa! Kita dapat melayani-Nya dalam hidup yang baru —MRD II
UNTUK MENGATASI DOSA
TINGGALKAN MANUSIA LAMA DAN PELIHARALAH MANUSIA BARU
11 Mei 2005

Nats : Aku akan mengaruniakan kepadanya batu putih, yang di atasnya tertulis nama baru, yang tidak diketahui oleh siapa pun, selain oleh yang menerimanya (Wahyu 2:17)
Bacaan : Wahyu 2:12-17
Pesan dari Tuhan kita kepada jemaat di Pergamus menyebutkan hal yang diselimuti teka-teki, yaitu mengenai "nama baru" yang tertulis pada "batu putih" (Wahyu 2: 17). Kira-kira apakah artinya?
Ada dua penjelasan yang masuk akal tentang hal ini. Dalam pengadilan kuno, ketika terdakwa dijatuhi hukuman, mereka akan menerima batu hitam dengan nama mereka tertera di atasnya. Jika mereka dibebaskan dari hukuman, mereka akan menerima batu putih. Demikian pula, mereka yang telah percaya kepada Yesus untuk diselamatkan akan dibebaskan dari penghakiman Allah. Alangkah leganya jika kita mengetahui bahwa dosa kita diampuni!
Penjelasan lainnya berasal dari pertandingan olimpiade kuno. Ketika para atlet memenangkan pertandingan, mereka akan dihadiahi batu putih, yang merupakan tanda kehormatan.
Kedua ilustrasi ini menunjukkan kepada kita keseimbangan kehidupan kristiani yang mengagumkan. Kita diselamatkan oleh kasih karunia semata-mata melalui iman (Efesus 2:8,9). Namun, orang kristiani yang taat sering bergumul ketika mereka berusaha melayani Dia yang telah menyelamatkan mereka. Satu penjelasan mengenai batu putih ini menggambarkan pembebasan cuma-cuma. Penjelasan lainnya menunjukkan bahwa kita akan diberi upah atas perbuatan baik kita (1 Korintus 3:13,14).
Memercayai Kristus sebagai Juruselamat akan memberi identitas baru kepada kita. Hal itu seperti menerima nama baru yang tertulis di atas batu putih, yang menunjukkan bahwa kita betul-betul diampuni —HDF
YESUS MENGHAPUSKAN DOSA
DAN MEMBERI UPAH ATAS PELAYANAN KITA
18 Mei 2005

Nats : Aku akan menyembuhkan mereka dan akan menyingkapkan kepada mereka kesejahteraan dan keamanan yang berlimpah-limpah (Yeremia 33:6)
Bacaan : Yeremia 33:1-9
Dua puluh lima tahun yang lalu, tepatnya pada tanggal 18 Mei 1980, Gunung St. Helens meletus. Peristiwa ini menjadi salah satu bencana alam terbesar pada zaman modern. Puncak gunung itu menyemburkan bebatuan yang hancur setinggi 17 kilometer dan menjadi awan kelabu. Pada saat yang bersamaan, banjir batu, lumpur, dan es melanda lereng gunung itu, menghancurkan semua yang dilaluinya, menutup sungai-sungai, dan menghentikan perahu-perahu.
Selama seperempat abad yang lalu, pemerintah Amerika Serikat menghabiskan dana lebih dari 1 miliar dolar untuk pemulihan Gunung St. Helens dan perbaikan jangka panjang pada wilayah itu. Akan tetapi, berbagai pekerjaan di bidang teknik dan konstruksi yang dilakukan Korps Insinyur Tentara AS sepertinya "tidak terlihat" karena mereka membuat "banjir tidak pernah terjadi lagi, rumah dan lingkungan tidak akan hancur, dan lalu lintas perairan berjalan lancar".
Dalam proses pemulihan ini, saya melihat gambaran pengampunan dan pemulihan Allah akan bencana yang diakibatkan oleh pemberontakan kita. Ketika Allah mengizinkan umat-Nya ditawan bangsa Kasdim, Dia berjanji, "Aku akan menyembuhkan mereka dan akan menyingkapkan kepada mereka kesejahteraan dan keamanan yang berlimpah-limpah" (Yeremia 33:6).
Pemulihan rohani kerap memerlukan waktu lama. Akan tetapi apabila kita mengizinkan Allah memulihkan kehidupan kita, Dia akan dapat menghindarkan kita dari kegagalan yang akan terjadi di kemudian hari —DCM
KEKUATAN PEMBERSIHAN KRISTUS DAPAT MENGHILANGKAN
NODA DOSA YANG PALING BANDEL
17 Juli 2005

Nats : Tetapi pada-Mu ada pengampunan, supaya Engkau ditakuti orang (Mazmur 130:4)
Bacaan : Mazmur 130
Allah memang benar-benar Pribadi yang berbahaya, karena kita adalah orang berdosa sedangkan Dia adalah Pribadi yang kudus. Dosa tak dapat lagi bertahan di hadapan Allah, sama seperti kegelapan akan sirna pada saat cahaya bersinar. Berdiri dalam pembenaran diri di hadapan-Nya sama artinya dengan mengundang kehancuran bagi kita. Sang pemazmur menulis, Jika Engkau, ya Tuhan, mengingat-ingat kesalahan-kesalahan, Tuhan, siapakah yang dapat tahan? (Mazmur 130:3).
Pada sebuah pemakaman yang tidak jauh dari kota New York, ada sebuah batu nisan yang berpahatkan sebuah kata: Diampuni. Pesan yang tertulis di situ begitu sederhana dan tak dibubuhi apa pun. Tidak ada tanggal lahir, tanggal kematian, ataupun tulisan lain pada batu nisan tersebut. Namun, itulah kata paling hebat yang dapat diberikan kepada seseorang, atau yang dapat dituliskan pada batu nisan.
Sang penulis lagu mengatakan, Tetapi pada-Mu ada pengampunan, supaya Engkau ditakuti orang (ayat 4). Refrein lagu itu bergema dalam Perjanjian Lama dan Baru. Allah dihormati dan disembah karena hanya Dia yang sanggup membersihkan kesalahan kita.
Jika Allah tak dapat mengampuni kita, kita hanya dapat lari dari-Nya dalam ketakutan. Namun Allah yang kekudusan-Nya menakutkan bagi kita adalah Allah yang menebus kita melalui Kristus. Allah yang berbahaya ini menawarkan pengampunan untuk semua dosa kita.
Sudahkah Anda diampuni? HWR
DOSA MENDATANGKAN HUKUMAN
PENGAKUAN DOSA MENJAMIN ADANYA PENGAMPUNAN
2 Oktober 2005

Nats : Alihkanlah pandangan-Mu dari padaku, supaya aku bersukacita sebelum aku pergi dan tidak ada lagi (Mazmur 39:14)
Bacaan : Mazmur 39
Ketika mantan dosen hukum Phillip E. Johnson terkena serangan stroke, ia sangat takut kalau-kalau ia akan mengalami cacat mental dan fisik sehingga ia meminta dokter untuk membunuhnya tanpa rasa sakit. Ia berkata demikian, “Ini memang pikiran yang bodoh, tetapi bukan yang paling bodoh.”
Dalam pelayanan pastoral saya sendiri, saya pernah mendengar beberapa anak Allah mengungkapkan pemikiran yang jauh lebih buruk daripada pemikiran Johnson. Bahkan mereka melontarkan kata-kata yang berisi pemberontakan melawan Allah.
Mazmur 39 menawarkan penghiburan kepada orang yang menyesali hal-hal bodoh yang telah mereka katakan sewaktu mengalami keputusasaan. Daud sakit parah dan merasa putus asa pada saat ia menulis mazmur ini. Pada awalnya ia diam supaya tidak mengatakan hal yang bodoh (ayat 2-4). Tetapi ketika ia tidak bisa menahan diri lagi, ia kemudian menyerukan doa yang sangat indah (ayat 5-10).
Namun, dalam ayat 11 dan 12 suasananya kemudian mulai berubah. Menurut ilmuwan Inggris Derek Kidner, Daud berkata bodoh ketika ia berkata, “Alihkanlah pandangan-Mu dari padaku, … sebelum aku pergi dan tidak ada lagi” (ayat 14). Daud mengungkapkan sikap putus asa sampai ingin mati, dan akhirnya berseru kepada Allah, “Biarkan saya sendiri.” Kidner berpendapat bahwa Allah mencantumkan doa ini di dalam Alkitab untuk meyakinkan bahwa ketika kita menyatakan keputusasaan kita, Dia mengerti, dan ketika kita mengungkapkan penyesalan yang mendalam, dengan murah hati Dia memberikan pengampunan -HVL
LIDAH BISA MENJADI MUSUH YANG PALING JAHAT
14 November 2005

Nats : Demikianlah sekarang tidak ada penghukuman bagi mereka yang ada di dalam Kristus Yesus (Roma 8:1)
Bacaan : Kisah 13:36-41
Menurut penulis novel asal Inggris, Aldous Huxley, “Tidak ada langkah mundur pada papan catur kehidupan.” Namun kita tetap menyadari akan hal-hal yang telah kita lakukan dan hal-hal yang kita biarkan terbengkalai. Dosa-dosa kita membuat kita cemas. Dosa-dosa itu mendorong kita untuk sangat berharap dapat memperbaiki masa lalu.
Karena itulah, mereka yang menaruh iman di dalam Yesus dapat mengucap syukur atas pesan Allah, baik dalam Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru. Ketika Paulus berkhotbah di Antiokhia, ia berkata, “Dan di dalam Dialah [Yesus] setiap orang yang percaya memperoleh pembebasan dari segala dosa, yang tidak dapat kamu peroleh dari hukum Musa” (Kisah Para Rasul 13:39). Hukum itu mendatangkan kematian bagi kita (Roma 7:10,11), tetapi Yesus menawarkan kelepasan dan kehidupan baru (8:1).
Apakah Anda mencemaskan sesuatu yang telah Anda lakukan di masa lalu? Bersukacitalah! Allah telah “melemparkan segala dosa kita ke dalam tubir-tubir laut” (Mikha 7:19). Apakah Anda masih khawatir dengan dosa-dosa Anda? Bersukacitalah! “… Aku tidak lagi mengingat dosa-dosa dan kesalahan mereka” (Ibrani 10:17). Dan “Aku telah menghapus segala dosa pemberontakanmu seperti kabut diterbangkan angin dan segala dosamu seperti awan yang tertiup …” (Yesaya 44:22).
Jika Anda beriman dan memohon kepada-Nya untuk mengampuni Anda, masa lalu Anda benar-benar dilupakan. “Sejauh timur dari barat, demikian dijauhkan-Nya dari pada kita pelanggaran kita” (Mazmur 103:12). Percaya dan bersukacitalah! -VCG
PENGAMPUNAN ALLAH
MELEPASKAN KITA DARI BELENGGU KEKECEWAAN
15 Januari 2006

Nats : Janganlah matahari terbenam, sebelum padam kemarahanmu (Efesus 4:26)
Bacaan : Mazmur 4:2-6
Suatu kali ada seorang anak laki-laki bertengkar dengan kakaknya dan pengalaman tersebut meninggalkan perasaan pahit di dalam dirinya. Saat kakaknya ingin meluruskan permasalahan, ia tidak mau mendengarkan penjelasannya. Bahkan, ia tidak mau berbicara dengan kakaknya seharian.
Waktu tidur pun tiba, dan ibu mereka berkata kepada sang adik, "Apakah kamu tidak berpikir bahwa kamu perlu mengampuni kakakmu sebelum tidur? Ingat, Alkitab mengatakan kepada kita, 'Janganlah matahari terbenam, sebelum padam kemarahanmu'" (Efesus 4:26). Sang anak tampak kebingungan. Ia berpikir sebentar lalu berkata, "Tetapi bagaimana caranya agar aku bisa mencegah matahari tidak terbenam?"
Sikap yang ditunjukkan oleh sang adik mengingatkan saya akan sikap sebagian orang kristiani. Mereka marah kepada seseorang dan menyimpan dendam. Saat dihadapkan dengan sikap mereka yang tidak bersedia mengampuni dan diminta untuk meluruskan permasalahannya, mereka justru menghindar dan tidak mau menaati perintah Kitab Suci yang jelas. Memang benar kita tidak dapat mengubah hati orang lain. Akan tetapi, kita bertanggung jawab atas sikap kita sendiri. Alkitab berkata, "Hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan saling mengampuni, sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni kamu" (Efesus 4:32).
Kita memang tidak dapat mencegah matahari untuk terbenam. Namun, kita dapat berhenti marah sebelum matahari terbenam. Dan itu berarti kita harus mengampuni --RWD
UNTUK SETIAP MENIT YANG ANDA GUNAKAN UNTUK MARAH
ANDA KEHILANGAN 60 DETIK KEBAHAGIAAN
23 Maret 2006

Nats : Seperti bapa sayang kepada anak-anaknya, demikian Tuhan sayang kepada orang-orang yang takut akan Dia (Mazmur 103:13)
Bacaan : Yesaya 49:13-18
Beberapa ibu yang memiliki anak kecil saling berbagi tentang jawaban-jawaban doa yang menguatkan. Seorang ibu mengakui bahwa ia merasa egois jika mengganggu Allah dengan berbagai kebutuhannya. "Jika dibandingkan dengan kebutuhan semua orang yang dihadapi oleh Allah," jelasnya, "keadaan saya pasti tampak remeh bagi-Nya."
Beberapa saat kemudian, anak lelaki ibu itu berlari sambil menjerit karena jarinya terjepit pintu. Sang ibu tidak mengatakan, "Betapa egoisnya kamu mengganggu Ibu dengan jarimu yang sakit pada saat Ibu sedang sibuk!" Tidak, ia justru menunjukkan belas kasih dan kelembutan yang besar.
Mazmur 103:13 mengingatkan kita bahwa itu adalah respons kasih, yang ditunjukkan baik oleh Allah maupun manusia. Dalam Yesaya 49, Allah mengatakan bahwa sekalipun seorang ibu melupakan anaknya, Tuhan tidak akan melupakan anak-anak-Nya (ayat 15). Allah meyakinkan umat-Nya, "Aku telah melukiskan engkau di telapak tangan-Ku" (ayat 16).
Keintiman dengan Allah semacam itu hanya dimiliki oleh mereka yang takut kepada-Nya, yang bersandar kepada Allah dan bukan kepada dirinya sendiri. Seperti anak kecil yang jarinya sakit berlari ke arah ibunya dengan bebas, demikian juga kita dapat berlari kepada Allah dengan segala masalah sehari-hari kita.
Allah kita yang penuh belas kasih tidak mengabaikan orang lain hanya karena Dia sedang menaruh perhatian kepada Anda. Dia memiliki waktu dan kasih yang tidak terbatas bagi masing-masing anak-Nya. Tidak ada kebutuhan manusia yang dianggap-Nya remeh --JEY
ALLAH MENANGGUNG BEBAN DUNIA DI PUNDAK-NYA
DAN MENGGENGAM ANAK-ANAK-NYA DALAM TELAPAK TANGAN-NYA
27 Mei 2007

Nats : Sebab itu, siapa yang menyangka bahwa ia teguh berdiri, hati-hatilah supaya ia jangan jatuh! (1Korintus 10:12)
Saya sedang asyik meluncur dengan sepatu roda bersama istri di samping saya. Tiba-tiba, roda sepatu kiri saya oleng, tak lama kemudian saya terjatuh dengan wajah mencium aspal. Saat terjatuh, satu jari saya patah dan wajah saya lecet.
Peristiwa itu terjadi dua tahun lalu, tetapi akibat peristiwa itu masih tersimpan dalam ingatan saya. Rasa sakit yang saya rasakan karena jatuh itu membuat saya jauh lebih berhati-hati ketika meluncur dengan sepatu roda. Karena pernah jatuh, saya berusaha agar tak terjatuh lagi.
Jatuh memang tidak menyenangkan. Namun, siapa pun yang pernah terjatuh dalam hidupnya, akan mendapatkan pelajaran positif -- jika peristiwa itu membuat mereka lebih berhati-hati menjalani hidup.
Paulus mengingatkan, "Sebab itu, siapa yang menyangka bahwa ia teguh berdiri, hati-hatilah supaya ia jangan jatuh!" (1Korintus 10: 12). Orang percaya dapat terjatuh. Namun jika terjatuh, kita harus belajar dari kesalahan tersebut dan berusaha tidak terjatuh lagi.
Apabila Anda pernah terjatuh dalam menyusuri perjalanan hidup, jangan khawatir karena masih ada harapan. Pertama, mintalah tuntunan Allah, karena Dia adalah "penopang bagi semua orang yang jatuh" (Mazmur 145:14). Kemudian, bacalah firman dan mulailah hidup dengan saksama melalui prinsip-prinsip yang terdapat dalam Alkitab -- "Berubahlah oleh pembaruan budimu" (Roma 12:2).
Pernahkah Anda terjatuh? Mintalah kepada Allah untuk menolong Anda berdiri kembali dan menjaga Anda agar tidak terjatuh lagi --JDB

Kami bersyukur, Tuhan, saat kami gagal
Kami dapat memulai lembaran baru
Asal dengan rendah hati kami mengakui dosa,
Lalu berbalik dan mengikuti tuntunan-Mu. --Sper
APABILA KITA BERJALAN DALAM TERANG,
KITA TIDAK AKAN TERSANDUNG DALAM KEGELAPAN
30 Agustus 2007

Nats : Jika Engkau, ya Tuhan, mengingat-ingat kesalahan-kesalahan, Tuhan, siapakah yang dapat tahan? (Mazmur 130:3)
Bacaan : Mazmur 130
Dari jurang yang dalam", pemazmur berseru kepada Allah (Mazmur 130:1). Lalu, masalahnya dikemukakan, yaitu rasa bersalah yang luar biasa karena berbagai hal yang telah ia lakukan dan tidak lakukan di masa lalu. "Jika Engkau, ya Tuhan, mengingat-ingat kesalahan-kesalahan, Tuhan, siapakah yang dapat tahan?" (ayat 3).
Namun, puji Tuhan, Allah mengampuni. Dia tak menyimpan catatan dosa masa lalu, entah betapa banyak atau menyedihkannya dosa itu. "Demikianlah sekarang tidak ada penghukuman bagi mereka yang ada di dalam Kristus Yesus" (Roma 8:1). Pengampunan Allah membuat kita takut akan Dia (Mazmur 130:4). Kita menyembah dan mengagungkan Allah, karena anugerah dan pengampunan yang membuat kita lebih mengasihi Dia.
Namun, bagaimana jika kita terpeleset lagi ke dosa lama? Bagaimana jika dosa itu masih ada? Kita harus bertobat dan "menanti-nantikan Tuhan" (Mazmur 130:5). Dan, bersabar saat Allah bekerja. Kita bukan orang sakit yang tak berpengharapan. Kita bisa "berharap" kepada Pribadi yang akan melepaskan kita sesuai waktu-Nya.
Kita tahu dua kepastian ini: Kasih Allah tak pernah gagal, yaitu bahwa Dia tak akan pernah meninggalkan kita atau mengabaikan kita (Ibrani 13:5). Dan, janji Allah tentang penebusan total akan berlangsung pada waktunya -- Dia akan menebus kita dari semua pelanggaran kita (Mazmur 130:8), lalu membawa kita ke dalam kemuliaan-Nya tanpa noda dan penuh sukacita (Yudas 24).
Kita diampuni! Kita bebas! Bersama pemazmur, mari kita menyembah Tuhan saat menantikan kedatangan-Nya --DHR
KETIKA KITA DIAMPUNI
TIDAK ADA CATATAN KESALAHAN KITA YANG DISIMPAN
21 September 2007

Nats : Yesus berkata, "Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat" (Lukas 23:34)
Bacaan : Lukas 23:32-38
Seorang anak lelaki berusia dua belas tahun melakukan kunjungan ke museum bersama rombongan sekolahnya. Di sana ia menempelkan permen karet yang telah dikunyahnya pada sebuah lukisan bernilai 1,5 juta dolar [kira-kira 13,5 miliar rupiah]. Permen karet itu meninggalkan noda sebesar koin 500 rupiah di lukisan abstrak Helen Frankenthaler yang berjudul The Bay. Pihak berwenang di Detroit Institute of Arts tidak yakin apakah mereka dapat menghilangkan noda itu. Anak lelaki tersebut kemudian diskors oleh sekolah. "Saya rasa anak itu belum tentu mengerti akibat dari perbuatannya," ujar seorang penanggung jawab sekolah.
Dalam Lukas 23, Yesus memanjatkan sebuah doa yang luar biasa bagi orang-orang yang tidak mengerti akibat dari perbuatan mereka. Dia memohon kepada Bapa-Nya supaya mengampuni mereka yang akan membunuh-Nya (ayat 34). Mereka menghina Anak Allah, yaitu dengan mencambuk-Nya, meludahi-Nya, mengolok-olok-Nya, dan memasang mahkota duri di atas kepala-Nya. Mereka menusukkan paku ke tangan dan kaki-Nya serta menikam lambung-Nya. Meskipun mereka tidak memahami seluruh tindakan mereka, namun melalui kematian Anak-Nya, Allah memberikan pengampunan kepada semua orang yang bertobat dan percaya -- bahkan terhadap para pembunuh Yesus.
Karena dosa-dosa kita, maka kita semua juga turut berperan dalam pembunuhan Yesus. Namun, kabar baiknya adalah bahwa Allah itu sungguh murah hati. Dia akan mengampuni dan menyingkirkan noda dosa, serta memberikan kepada kita kesempatan kedua melalui Anak-Nya --MLW
TAK ADA YANG TAK PANTAS DIAMPUNI ALLAH
TETAPI MANUSIA HARUS MENERIMA PENGAMPUNAN ITU
2 Desember 2007

Nats : Ia akan melahirkan anak laki-laki dan engkau akan menamakan Dia Yesus, karena Dialah yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa-dosa mereka (Matius 1:21)
Bacaan : Matius 1:18-25
Di luar musim pertandingan bisbol, manajer dan pelatih berkonsentrasi dalam jual beli pemain agar tim mereka dapat meraih kemenangan di musim pertandingan pada tahun berikutnya. Namun, jika Anda seorang penggemar Chicago Cubs seperti saya, Anda tidak akan berharap banyak sebab sudah bertahun-tahun tim kami tidak pernah menang! Oleh karena itu, janji seorang pemain yang baru direkrut oleh Cubs terdengar agak muluk-muluk. Dalam sebuah konferensi pers yang penuh sesak oleh penonton, ia berkata, "Kita akan memenangkan Seri Pertandingan Dunia!" Harus saya akui, sulit untuk tidak bersikap skeptis. Rasanya seperti janji yang kemungkinan besar tidak dapat dipenuhinya.
Tidak heran jika orang-orang Yahudi pada zaman Yesus, yang hidup di bawah penindasan pemerintah Roma, bertanya-tanya apakah Allah akan menggenapi janji-Nya. Dia berjanji untuk mengirimkan Penebus yang akan mengampuni dosa dan mengembalikan kemuliaan Israel (Yesaya 1:26, 53:12; 61). Dulu Allah sudah menjanjikan Penebus, tetapi mereka tidak mendengar Allah berkata-kata selama 400 tahun. Namun kemudian, pada saat yang tepat, malaikat mewartakan kepada Yusuf bahwa Maria akan melahirkan seorang Putra yang akan "menyelamatkan umat-Nya dari dosa-dosa mereka" (Matius 1:21).
Natal membuktikan bahwa Allah adalah Allah yang menepati janji! Dia berkata akan mengirimkan Penebus, dan Dia melakukannya. Dosa Anda tidak berada di luar jangkauan janji ini. Dia sudah siap dan menunggu untuk menghapus dosa-dosa Anda -- seluruhnya --JMS
ANDA DAPAT MEMERCAYAINYA -- ALLAH MENEPATI JANJI-JANJI-NYA
23 Januari 2008

Nats : Janganlah kita jemu-jemu berbuat baik, karena apabila sudah datang waktunya, kita akan menuai, jika kita tidak menjadi lemah (Galatia 6:9)
Bacaan : Galatia 6:1-10
Berikut ini adalah cerita dari mahasiswa-mahasiswa sebuah sekolah teologi. Saat memasuki semester akhir, mereka wajib melakukan pelayanan di desa. Dua orang mahasiswa setiap akhir pekan melayani di gereja kecil di sebuah desa. Seusai pelayanan, mereka selalu mendapatkan sepiring pisang goreng pemberian seorang nenek yang tinggal di desa itu. Nenek itu bernama Mbah Ginuk. Selalu begitu.
Suatu kali karena usia tua, Mbah Ginuk meninggal dunia. Para mahasiswa yang biasa melayani di gereja di desa Mbah Ginuk merasa sangat kehilangan. Mereka berangkat pelayanan dengan hati sedih, bukan saja karena tidak lagi akan mendapatkan pisang goreng yang enak, tetapi juga rindu kepada Mbah Ginuk yang memperlakukan mereka seperti cucu sendiri. Namun, yang mengejutkan mereka, setelah mereka selesai melakukan pelayanan, di pastori terhidang sepiring pisang goreng yang tidak kalah lezatnya. "Lo, siapa yang mengirim pisang goreng ini?" tanya mereka dengan nada ingin tahu campur gembira. "Tetangga Mbah Ginuk yang menyediakannya!" ujar orang yang ditanya.
Ternyata kebaikan hati Mbah Ginuk yang itu menjadi inspirasi bagi tetangganya yang juga sudah tua untuk melakukan hal yang sama. Demikianlah perbuatan baik akan melahirkan perbuatan baik lainnya. Maka, seperti yang dikatakan oleh Rasul Paulus, marilah kita tidak jemu-jemu untuk berbuat baik. Pasti ada banyak cara bagi kita untuk meneladani Mbah Ginuk. Marilah kita menyediakan "pisang goreng" kita sendiri bagi orang-orang yang ada di sekitar kita --XQP
KEBAIKAN HATI TAK DIUKUR DARI BANYAKNYA PEMBERIAN KITA
TETAPI KETULUSAN HATI YANG MENGIRINGINYA
10 April 2008

Nats : ... supaya kamu seia sekata dan jangan ada perpecahan di antara kamu, tetapi sebaliknya supaya kamu erat bersatu dan sehati sepikir (1Korintus 1:10)
Bacaan : 1Korintus 3:1-9
Pengalaman hidup menyaksikan bahwa di mana-mana terjadi perselisihan; baik di rumah tangga, di kantor, apalagi di dunia politik. Termasuk juga di tempat yang seharusnya terjadi "damai sejahtera", yakni di dalam gereja. Bahkan di tempat yang terakhir ini, terkadang perselisihan sulit didamaikan atau diselesaikan.
Kita belajar dari Paulus tentang hal ini. Menurutnya, perselisihan atau perpecahan menunjukkan ketidakdewasaan dalam Kristus (ayat 1), sebab manusia duniawi masih mengemuka di situ (ayat 3). Apabila seseorang masih hidup dengan lebih mengutamakan keakuannya dan tidak mengusahakan hidup yang rohani, maka hidupnya masih dapat diliputi oleh keirihatian dan perselisihan (ayat 4).
Untuk menyelesaikan perselisihan atau perpecahan, kedua pihak mesti berusaha hidup secara "rohani" dengan bercermin pada kehidupan Yesus Kristus; baik dalam perkataan, perasaan, pikiran, maupun tindakan. Selebihnya, Paulus menasihati jemaat di Korintus (ayat 7,8), juga kita, agar dalam hidup bersekutu kita berusaha untuk selalu seia sekata, serta sehati sepikir. Dengan hati yang sama-sama rindu dan sepakat untuk memiliki hidup yang rohani, anak-anak Tuhan akan lebih erat dan bersatu, sehingga tidak terjadi perselisihan.
Perselisihan kerap kali terjadi karena ego manusia hendak saling mengemuka. Padahal bila direnungkan, siapakah kita, sehingga ada keangkuhan di antara saudara? Bahkan Yesus Kristus yang adalah Tuhan, menjadi teladan bagi kita dengan rela menanggalkan ego-Nya, dan turun menjadi manusia untuk mati secara nista di kayu salib. Sebab itu, untuk menghindari perselisihan, landasi segala sesuatu dengan kasih-ENO
SERIBU TEMAN TERASA KURANG
SETENGAH MUSUH TERASA LEBIH!
18 Mei 2008

Nats : Tetapi aku takut, kalau-kalau pikiran kamu disesatkan dari kesetiaan kamu yang sejati kepada Kristus (2Korintus 11:3)
Idep-idep nandur pari jero (Lebih baik menanam pari jero). Dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Jawa, ungkapan ini kerap diucapkan untuk menyiratkan sebuah kesadaran bahwa mereka tidak berani memastikan sesuatu yang belum terjadi. Pari jero adalah sebuah varitas padi lokal yang enak rasanya dan berbau harum, tetapi masa tanamnya agak panjang, sehingga dalam setahun hanya bisa dipanen dua kali. Ungkapan nandur pari jero hendak menandakan sikap atau tindakan yang disadari akan lama membuahkan hasil, sehingga untuk itu kita harus sabar dan setia menanti.
Menanti sesuatu tentu membutuhkan kesabaran dan kesetiaan. Itulah pesan Paulus kepada jemaat Korintus, dan juga kepada kita, agar sabar dan setia menanti kedatangan Tuhan, sekalipun masa penantian itu bisa panjang. Paulus takut kalau-kalau pikiran kita akan disesatkan dan berpaling dari Yesus (ayat 3). Apalagi di dunia ini akan banyak tawaran tentang "Yesus yang lain", "Injil yang lain", "roh yang lain" dari yang Paulus beritakan (ayat 4). Pikiran kita memang bisa disesatkan oleh beberapa hal, khususnya bila kita tak tahu kapan penantian itu akan berakhir. Kadang mungkin kita merasa seperti orang yang sedang nandur pari jero; kita tak tahu kapan Tuhan datang. Terlebih dalam hidup yang serbainstan ini, kita bisa mudah menjadi tak sabar, segera ingin menerima janji-janji-Nya.
Sesungguhnya, masa penantian akan kedatangan Tuhan ini menguji kesetiaan kita. Musuh ketidakpastian adalah ketidaksabaran, dan sahabat ketidakpastian adalah kepercayaan dan iman kita kepada Kristus -AGS
MESKI KADANG TAMPAK LAMBAT
NAMUN KENYATAANNYA ALLAH TAK PERNAH TERLAMBAT
31 Agustus 2008

Nats : Orang yang menabur kecurangan akan menuai bencana (Amsal 22:8)
Bacaan : Esther 7
Seorang bapak membawa anaknya ke sebuah lembah. "Nak, coba kamu teriakkan sebuah kata," ujarnya. "Untuk apa, Pak?" tanya sang anak. "Coba saja," kata bapak itu lagi. Sang anak menurut. Ia beranjak ke ujung lembah. "Hai!" teriaknya. Sejenak sepi. Tetapi tidak lama kemudian terdengar suara gema dari arah lembah, "Hai... hai... hai..." Begitu pula dengan setiap kata yang diteriakkannya setelah itu. Kembali dengan kata yang sama. Bapak itu pun membukakan hikmah yang hendak ia ajarkan. "Nak, seperti itulah hidup kita. Apa yang kita tabur, itu juga yang akan kita tuai," katanya.
Bacaan hari ini mencatat kejadian yang membuktikan tentang hukum tabur tuai tersebut. Haman-seorang pejabat tinggi negara, sangat membenci Mordekhai-seorang pria Yahudi (Ester 3:5). Ia pun mendirikan tiang untuk menggantung Mordekhai. Lalu menyarankan kepada raja supaya mengadakan upacara penghormatan bagi orang yang telah berjasa kepada raja (ayat 7-9). Sangka Haman, dirinyalah yang akan dianugerahi kehormatan itu. Namun yang terjadi justru sebaliknya. Raja memberikan kehormatan kepada Mordekhai (ayat 10). Sedang tiang yang Haman dirikan, akhirnya justru digunakan untuk menggantung dirinya (Ester 7:10).
Menabur dan menuai adalah dua hal yang saling terkait. Tidak saja dalam dunia pertanian, tetapi juga dalam hidup sehari-hari. Ketika kita menanam benih padi yang baik, biasanya kita pun akan menuai padi yang baik. Bila kita menabur kebaikan, pada saatnya kita akan menuai kebaikan. Sebaliknya bila kita menabur keburukan, maka pada saatnya juga kita akan menuai keburukan. Seperti Haman. Dan semoga bukan seperti kita -AYA
HIDUP BAGAI BUMERANG, APA YANG KITA LEMPARKAN
ITU JUGA YANG KEMBALI
Top of Form
Bottom of Form
                             
Kasih ibu
Satu tubuh
Perubahan itu menyakitkan  (11 Aug 05)
Renungan Natal  (25 Des 04)
100% -- Saya kerjakan  (21 Des 04)
Telaga hati  (19 Des 04)
Nilai untuk masuk sorga  (7 Nov 04)
Anjing kecil  (17 Sep 04)
Buku yang berkesan  (6 Sep 04)
Apa yang anda lakukan, bukan kapan anda melakukan (20 Ags 04)
Kedamaian yang sejati (13 Ags 04)
Ubahlah dia Tuhan (13 Ags 04)
Ekor kebahagiaan (5 Ags 04)
Gadis sempurna (5 Ags 04)
Rumah dengan seribu cermin (5 Ags 04)
Arti sebuah kemenangan (4 Ags 04)
Berapa banyakkah yang orang perlukan? (4 Ags 04)
Siapakah aku? (22 Jul 04)
Membeli kebahagiaan (4 Apr 04)
10 aturan untuk suatu hari yang berbahagia (22 Feb 04)
Terima kasih atas kesusahan (22 Feb 04)
Kata-kata bijak (2)  (12 Feb 04)
Aku memohon Tuhan  (12 Feb 04)
Rahasia 90/10  (18 Jan 04)
Untuk hari ini! (10 Jan 04)
Membeli waktu ayah (10 Jan 04)
Tukang cukur dan Tuhan (10 Jan 04)
Cara membuat hari bahagia (13 Nov 03)
Wanita bijaksana (1 Nov 03)
Sikap ceria walau sedih  (11 Okt 03)
Beberapa nubuat Perjanjian Lama tentang Yesus  (3 Okt 03)
Keputusan sang ayah (13 Juli 03)
Terbaik untuk dirinya sendiri (10 Mar 03)
Surat dari Yesus (19 Feb 03)
Pertobatan yang sempurna (11 Feb 03)
Penghalang di tengah jalan (11 Feb 03)
Adil di sini, adil di sana (11 Feb 03)
Jigsaw puzzle (11 Feb 03)
Martabat dan makna (27 Jan 03)
Bagian Alkitab yang menolong bila kita  ...  (1 Jan 03)
Hubungan pribadi dengan Tuhan (28 Des 02)
Nyanyian rindu pada Natal (23 Des 02)
Malaikat di depan pintu (22 Des 02)
Pikirkan sebelum menjawab (14 Des 02)
Perjalanan Kristiani seorang ilmuwan (8 Des 02)
Ilmu pengetahuan menemukanTuhan (8 Des 02)
Tempat bagi Tuhan? (6 Des 02)
Itu bagus! (28 Nov 02) 
Masalah sebenarnya adalah ...(27 Nov 02) 
Sebutan untuk Allah (26 Nov 02) 
Memberikan darahnya (26 Nov 02) 
Maukah Anda mendoakannya? (26 Nov 02) 
Bila kubilang ... "Aku Kristen." (23 Nov 02) 
Menyembah Yesus (16 Nov 02) 
Roma 6:23 (16 Nov 02) 
Kata-kata bijak (1) (16 Nov 02) 
Efek gelombang (15 Nov 02) 
Bila Anda dianugerahi umur 70 tahun (15 Nov 02) 
Kekuatan kata-kata (13 Nov 02) 
Mazmur 23 (12 Nov 02) 
Cerita tiga buah pohon (08 Nov 02) 
Bagaimana jika (07 Nov 02) 
Berapa saya harus bayar? (21 Okt 02) 
Hari terindah dalam hidup saya (20 Okt 02) 
Mengapa Tuhan datang sebagai manusia (7 Okt 02) 
Perumpamaan anak kembar (16 Ags 02) 
Socrates dan pengetahuannya (16 Ags 02) 
Belajar mendengarkan  (5 Mei 02) 
Doa Bapa Kami (12 Apr 02)
Serigala dalam diri saya (12 Apr 02)
Perumpamaan sebuah pensil (12 Apr 02)
Kisah kepahlawanan dan Mazmur 23  
Hadiah Natal bagi seorang tua
Dapatkah seseorang melihat Tuhan?
Seorang anak dan anjing kecil
Suatu malam di sebuah hotel  
Kata yang menyenangkan adalah obat mujarab
Tujuh keajaiban dunia
Segala sesuatu sering tidak seperti yang terlihat 
Apa kabar
Kebijaksanaan
Bulatan hitam
Sudahkan kau gunakan seluruh kemampuanmu?
Ember yang bocor
Aborsi
Tapak kaki di pasir
Lukisan yang tercoreng
Senyum
Kupu-kupu dan kepompongnya
Apakah perlu pergi ke gereja?
Yang manakah Anda?
Batu, kerikil dan pasir
Resiko memberi
Nilai waktu
Mendengarkan Tuhan
Tahukah Anda?
Selembar uang ribuan dan limaratusan
Menafsirkan kehendak Tuhan
Pemborong bangunan  
Pohon itu mati  
Kasih Bapa  
Di tangan siapa?
Siapa yang tidak?
Jangan bergantung pada harta di bumi
Kisah Sukses, Rejeki dan Kasih
Toserba SORGA  
Yang tak dapat dibeli oleh uang  
Kaisar dan benih tanaman  
Uang kelip untuk Tuhan  
Tuhan selalu memberikan jawaban positif  
Bagikan kebahagiaan Anda  
Kekuatan pengampunan  
Kalung kesayangan  
Salib yang dipendekkan