Khotbah XV D. Tninitatis 08 September
2024
Markus 7:24-37
Topik: Yesus Menjadikan Segalagalanya
Baik
I.
Pengantar
Untuk
memahami teks Markus 7:24-37 dan menggali kata kunci dari bahasa Yunani
serta maknanya, kita dapat memulai dengan beberapa bagian penting dari perikop
ini.
1. Analisis Teks: Markus 7:24-30
(Perempuan Siro-Fenisia)
Markus 7:26 - "Perempuan itu seorang Yunani
bangsa Siro-Fenisia."Kata Kunci (Yunani): “Hellenis” Kata
ini berarti "orang Yunani," yang dalam konteks Alkitab merujuk pada
orang non-Yahudi atau kafir. “Surophoiníkissa”Ini menunjukkan asal usul
etnis perempuan tersebut, dari wilayah Fenisia di Suriah. Penggunaan kata
"Yunani" di sini menekankan bahwa perempuan ini adalah orang
non-Yahudi, yang dianggap berada di luar lingkup penyelamatan Yahudi pada masa
itu. Namun, tindakannya yang penuh iman menunjukkan bahwa kasih karunia dan
penyembuhan dari Yesus terbuka untuk semua orang, tidak peduli latar belakang
etnis atau agama mereka. Kisah ini menekankan inklusivitas dalam pelayanan dan
kasih Allah.
Markus 7:27 - "Tidak patut mengambil roti
yang disediakan bagi anak-anak dan melemparkannya kepada anjing." “Kynarion”:
Ini adalah kata Yunani yang digunakan untuk "anjing kecil" atau
"anak anjing." Yesus menggunakan istilah ini sebagai metafora, tetapi
penting untuk dicatat bahwa kata ini lebih halus daripada kata untuk
"anjing liar," yang sering memiliki konotasi negatif. "Anjing
kecil" atau "anak anjing" mungkin terdengar merendahkan,
namun di sini Yesus menggunakannya dalam konteks rumah tangga, yang berarti
bahwa meskipun prioritasnya adalah bangsa Israel, ada tempat juga bagi yang
bukan Israel. Ini menunjukkan bahwa kasih karunia Allah bersifat progresif dan
inklusif.
2. Analisis Teks: Markus 7:31-37
(Penyembuhan Orang Tuli dan Gagap). Markus 7:34 - "Ia menengadah ke langit dan
menarik nafas dalam-dalam lalu berkata kepadanya: 'Efata,' artinya:
Terbukalah!" “Anablepó” Ini
berarti "menengadah ke langit" atau "melihat ke atas."
Tindakan Yesus menengadah ke langit menunjukkan hubungan-Nya dengan Bapa dan
ketergantungan-Nya pada kuasa ilahi. “Stenazo”
Ini berarti "menarik nafas dalam-dalam" atau "menghela
nafas." Ini adalah ekspresi emosi yang mendalam, yang mungkin mencerminkan
rasa belas kasihan Yesus terhadap penderitaan manusia. “Efata” Ini
adalah kata dalam bahasa Aram yang berarti "terbukalah." Kata
"Efata" adalah kata penting yang tidak hanya menggambarkan mukjizat
fisik tetapi juga mukjizat rohani. Yesus membuka telinga dan lidah orang yang
tuli dan gagap, tetapi juga mengajak kita semua untuk membuka hati dan pikiran
kita terhadap firman Tuhan. Panggilan untuk "terbuka" adalah undangan
bagi semua untuk menjadi lebih peka terhadap kebutuhan orang lain, suara Tuhan,
dan kebenaran-Nya dalam kehidupan kita sehari-hari.
Markus 7:37 - "Orang-orang itu takjub dan
berkata: 'Ia menjadikan segala-galanya baik, yang tuli dijadikan-Nya mendengar,
yang bisu dijadikan-Nya berkata-kata.'" “Ekpléssó” Ini berarti "takjub" atau
"tercengang." Reaksi ini menunjukkan bahwa orang-orang menyadari
betapa luar biasa dan berkuasa tindakan Yesus. Yesus dikenal sebagai pribadi
yang menyembuhkan dan membawa kebaikan dalam setiap hal yang Dia lakukan. Ini
mengingatkan kita bahwa keselamatan dan pemulihan total hanya bisa datang dari
Tuhan yang "menjadikan segala-galanya baik." Pengakuan dari orang
banyak mengajarkan untuk selalu menghargai dan mengakui kuasa Tuhan terutama tindakan
kebaikan dan penyembuhan Jadi kesimpulannya Teks Markus 7:24-37 membawa
pesan bahwa Yesus bukan hanya menyembuhkan secara fisik, tetapi juga secara
spiritual. Ia tidak membatasi kasih karunia-Nya hanya untuk kelompok tertentu,
tetapi terbuka bagi semua orang yang menunjukkan iman. Kata-kata dalam bahasa
Yunani seperti kynarion (anjing
kecil) dan efata (terbukalah) mengandung makna mendalam tentang
hubungan antara iman, belas kasihan, dan keterbukaan terhadap Tuhan. Secara
praktis, ajakan untuk meneladani Yesus dengan bersikap rendah hati, penuh iman,
dan peka terhadap kebutuhan orang lain.
II.
Penjelasan Nats
Markus
7:24-37
menceritakan dua peristiwa penting dalam pelayanan Yesus: penyembuhan anak
perempuan seorang perempuan Siro-Fenisia dan penyembuhan seorang pria tuli
dengan gangguan bicara.
1.
Perikop 1: Penyembuhan Anak Perempuan Perempuan Siro-Fenisia (Markus 7:24-30).Yesus pergi ke daerah Tirus dan Sidon,
tempat Dia bertemu dengan seorang perempuan Yunani (non-Yahudi) dari
Siro-Fenisia. Perempuan itu meminta Yesus untuk mengusir roh jahat dari anak
perempuannya. Pada awalnya, Yesus mengujinya dengan menyatakan bahwa
“anak-anak” (yakni orang Yahudi) harus diberi makan terlebih dahulu, bukan
"anjing" (metafora yang sering digunakan untuk non-Yahudi). Namun,
perempuan itu menunjukkan imannya dengan menjawab bahwa "anjing-anjing di
bawah meja makan remah-remah anak-anak." Karena imannya yang besar, Yesus
menyembuhkan anaknya.
Pesan
Utama:
·
Iman
yang rendah hati dan tekun:
Perempuan ini tidak tersinggung oleh perkataan Yesus tetapi dengan rendah hati
menerima bahwa dia layak hanya untuk remah-remah. Namun, kepercayaannya yang
besar kepada Yesus membuatnya menerima penyembuhan.
·
Keterbukaan
anugerah Allah bagi semua orang:
Meskipun Yesus pertama-tama datang untuk orang Yahudi, kasih dan kuasa-Nya
tidak terbatas pada satu bangsa atau kelompok. Tuhan membuka pintu keselamatan
bagi semua orang yang percaya kepada-Nya, terlepas dari asal-usul mereka.
2.
Perikop 2: Penyembuhan Seorang Tuli dan Gagap (Markus 7:31-37)
Yesus kemudian melakukan perjalanan ke wilayah Dekapolis. Di sana, beberapa
orang membawa seorang pria tuli yang juga mengalami gangguan bicara dan memohon
kepada Yesus untuk meletakkan tangan-Nya padanya. Yesus memisahkannya dari
orang banyak, memasukkan jari-Nya ke telinga orang tersebut, meludah, dan
menyentuh lidahnya. Kemudian Dia berkata, "Efata," yang berarti
"terbukalah!" Telinga orang itu terbuka, dan lidahnya pun lepas
sehingga ia dapat berbicara dengan jelas. Orang-orang sangat takjub dan
berkata, "Ia menjadikan segala-galanya baik."
Pesan
Utama:
·
Kuasa
Yesus dalam penyembuhan fisik dan rohani: Yesus tidak hanya memulihkan kemampuan
fisik pria itu, tetapi juga memulihkan martabatnya di tengah masyarakat.
Penyembuhan ini menunjukkan kuasa Yesus atas segala aspek kehidupan manusia,
termasuk penyakit fisik dan keterbatasan.
·
Perhatian
Yesus terhadap kebutuhan individu:
Dalam proses penyembuhan, Yesus memperlakukan orang tersebut dengan sangat
personal. Ia memisahkannya dari kerumunan, menggunakan tindakan fisik
(sentuhan, air liur), dan berbicara kata-kata pengharapan. Ini menunjukkan kepedulian
Yesus terhadap setiap individu.
Makna Teologis
·
Keselamatan
dan penyembuhan bagi semua orang:
Kedua peristiwa ini menunjukkan bahwa Yesus datang untuk semua orang, bukan
hanya untuk orang Yahudi. Perempuan Siro-Fenisia mewakili bangsa-bangsa
non-Yahudi yang juga memiliki bagian dalam janji keselamatan, dan pria tuli di
Dekapolis menunjukkan bahwa kuasa Tuhan bekerja di tengah-tengah semua suku dan
bangsa.
·
Iman
sebagai kunci dalam pengalaman penyembuhan dan keselamatan: Iman perempuan Siro-Fenisia menjadi
sarana melalui mana Tuhan bekerja. Ini menunjukkan bahwa iman yang
sungguh-sungguh dan kerendahan hati membuka pintu bagi campur tangan Tuhan
dalam hidup kita.
III. Refleksi/Penerapan Kehidupan
Teks Markus 7:24-37
menekankan tentang: kerendahan hati, iman, kesabaran, keterbukaan, dan
kepedulian terhadap sesama.
1.
Kerendahan
Hati dan Iman. "Kerendahan hati adalah fondasi sejati dari segala
kebajikan."(Konfusius).
Kerendahan hati perempuan Siro-Fenisia dalam menerima perkataan Yesus, meskipun
tampak menantang, menunjukkan bahwa dia rela untuk mengakui posisi dirinya,
tetapi tetap percaya pada kuasa dan kasih Yesus. Hal ini membawa pengharapan
bagi anaknya yang disembuhkan. Kerendahan hati membuka pintu bagi
kuasa Tuhan untuk bekerja dalam hidup kita. Dalam kerendahan hati, kita
mengakui keterbatasan kita dan memohon belas kasih Tuhan, yang akan membawa
penyembuhan dan pengampunan. Dalam kehidupan sehari-hari, kerendahan hati
membuat kita siap untuk menerima bimbingan dan pertolongan dari Tuhan serta
dari sesama. Ini juga mengajarkan kita untuk tidak cepat tersinggung, tetapi
bersikap terbuka terhadap kritikan maupun pelajaran dari orang lain.
2.
Kesabaran
dan Ketekunan dalam Doa "Kesabaran adalah teman dari kebijaksanaan.(Agustinus dari Hippo) Kesabaran
perempuan Siro-Fenisia dalam memohon kesembuhan bagi anaknya, meskipun awalnya
Yesus tampak menolak, menunjukkan bahwa doa yang gigih dan iman yang teguh
dapat mendatangkan mukjizat. Doa yang dilandasi oleh kesabaran
dan iman merupakan sarana bagi Tuhan untuk bekerja dalam hidup kita. Meskipun
jawaban Tuhan tidak selalu datang segera, kita diajak untuk tetap berdoa dan
percaya bahwa Dia mendengar kita. Kesabaran dalam menghadapi tantangan atau
penundaan mengajarkan kita untuk tidak mudah putus asa. Dalam
pekerjaan, hubungan, dan kehidupan spiritual, kesabaran membantu kita melihat
hasil yang lebih baik dalam jangka panjang. Kesabaran dan Ketekunan dalam
Doa: Seperti perempuan Siro-Fenisia, kita mungkin menghadapi penundaan atau
tantangan dalam doa-doa kita. Namun, kita harus terus beriman dan tidak
menyerah, karena Tuhan mendengar doa-doa kita. Ketekunan dalam iman dan doa
dapat menghasilkan keajaiban. Meskipun doa kita mungkin tidak dijawab seketika,
ketekunan dan kerendahan hati adalah kunci dalam mencari pertolongan Tuhan. Kita
diundang untuk melihat kasih Tuhan yang melampaui batasan etnis, agama,
dan sosial. Kita harus berusaha untuk tidak membatasi kasih Allah kepada
kelompok tertentu, melainkan membuka hati kita bagi semua orang.
3.
Keterbukaan
terhadap Kasih Universal. "Kasih tidak mengenal batas; ia menyentuh segala
sesuatu dengan kebajikan."
(Francis de Sales). Kisah perempuan non-Yahudi yang menerima kasih dan kuasa
Yesus menggambarkan bahwa kasih Allah tidak terbatas pada bangsa tertentu.
Kasih Tuhan melampaui perbedaan etnis, budaya, dan status sosial. Kasih
Allah universal dan tersedia bagi semua orang yang mencari-Nya dengan iman.
Injil membawa pesan keselamatan bagi setiap individu, tidak peduli
asal-usul atau latar belakang mereka. Keterbukaan dalam berinteraksi dengan orang
lain, tanpa memandang suku, agama, atau latar belakang, menunjukkan
bahwa kita meneladani kasih Tuhan. Dalam kehidupan sehari-hari, kita diundang
untuk membangun hubungan yang penuh kasih dan pengertian tanpa diskriminasi.
Keterbukaan terhadap Kasih Allah untuk Semua Orang: Kita diajak untuk tidak
membatasi kasih Tuhan pada kelompok tertentu saja. Setiap orang, apa pun latar
belakangnya, adalah objek kasih Tuhan dan layak mendapatkan pengharapan dan
penyembuhan-Nya. Kita diundang untuk datang kepada Yesus dengan segala keterbatasan
kita, baik fisik maupun spiritual, karena Dia berkuasa menyembuhkan dan
memulihkan. Penyembuhan fisik mungkin tidak selalu terjadi, tetapi penyembuhan
rohani dan hubungan dengan Tuhan selalu tersedia. Kita dipanggil untuk peka
terhadap kebutuhan individu di sekitar kita, sama seperti Yesus peduli
pada pria tuli dan gagap ini. Kita harus berusaha memberikan perhatian dan
kasih yang personal kepada mereka yang menderita.
4.
Kepedulian
terhadap Sesama "Orang yang paling mulia adalah mereka yang bersedia
membantu orang lain tanpa pamrih." (Mahatma Gandhi). Yesus menunjukkan
perhatian pribadi terhadap pria tuli dan gagap, memberikan penyembuhan dengan
cara yang sangat personal. Ini menunjukkan kepedulian Yesus yang mendalam
terhadap setiap individu. Kepedulian Yesus terhadap orang-orang
yang terpinggirkan menunjukkan bahwa setiap orang memiliki nilai di mata Tuhan.
Dia memanggil kita untuk melayani dan memberikan perhatian kepada mereka yang
membutuhkan, terutama yang sering diabaikan. Dalam kehidupan sehari-hari,
kita diundang untuk memberi perhatian kepada orang-orang di sekitar kita,
terutama mereka yang mungkin tersisih atau mengalami penderitaan. Tindakan
kebaikan, meskipun kecil, memiliki dampak yang besar bagi mereka yang
menerimanya. Kepedulian kepada Orang-orang yang Terpinggirkan: Seperti
Yesus yang memperlakukan pria tuli dengan penuh kasih, kita dipanggil untuk
memperhatikan orang-orang yang terlupakan dan terpinggirkan di sekitar kita.
Tindakan kebaikan dan perhatian personal dapat menjadi sarana penyembuhan bagi
mereka.
5.
Iman
sebagai Kunci Mukjizat. "Iman adalah kekuatan yang bisa menggerakkan
gunung."
(Martin Luther). Perempuan Siro-Fenisia dan pria tuli menunjukkan iman mereka
kepada. Yesus sebagai penyembuh. Iman yang teguh membuka jalan bagi kuasa Tuhan
untuk bekerja. Iman adalah dasar utama dalam hubungan
dengan Tuhan. Tuhan menghargai iman yang tulus, dan melalui iman itulah
kita dapat menerima mukjizat dan berkat. Dalam
kehidupan kita, iman mendorong kita untuk tetap teguh dalam harapan,
meskipun situasi tampak mustahil. Iman memberi kita kekuatan untuk terus
berjalan dan percaya bahwa Tuhan bekerja dalam segala hal untuk kebaikan kita.
Salam Pdt. Remanto Tumanggor (HKBP
Kirab Remaja, Cileungsi Bogor)