Minggu, 21 April 2013

MAZMUR/Psalmn 148:1-14

BAHAN SERMON EPISTEL
MAMUR 148:1-14

PUJILAH TUHAN HAI SELURUH CIPTAANNYA


Pendahuluan:
Dalam Mazmur 148, semua ciptaan dipanggil untuk memuji Tuhan (bnd. Kej 1). Mazmur ini kemungkinan besar ditulis pada masa setelah pembuangan. Panggilan untuk memuji Tuhan adalah merupakan respon atas pembebasan yang dilakukan oleh Tuhan dari sejarah perjalanan umatNya (Mesir-Babel) dan panggilan untuk membangun kembali Bait Allah pada masa Nabi Hagai dan Zakaria. Dasar pujian ini adalah untuk bersyukur, merayakan kuasa Allah atas ciptaaNya dan membangun motivasi umat pada waktu itu untuk memuji Allah setelah pada masa pembuangan terjadi kealpaan dalam memuji Tuhan. Mazmur ini adalah panggilan yang paling serius dan sungguh-sungguh untuk semua makhluk, sesuai dengan kapasitas mereka, untuk memuji Pencipta yang berkuasa dan yang abadi, kuasa Allah yang tak terlihat diwujudkan dalam hal-hal yang terlihat. Tujuan pemazmur untuk mengekspresikan kasih sayang yang besar untuk tugas pujian, pemazmur meyakini dan mengalami “kepuasan dan ketenangan batin ketika memuji Tuhan dan dimampukan dalam menghadapi segala pergumulan. Seruan untuk memuji Tuhan disampaikan  pada  mahluk yang lebih tinggi (Malaikat), makhluk yang ditempatkan di atas dunia, baik yang adalah makhluk intelektual, dan mampu melakukannya secara aktif (ay 1, 2), dan mereka yang tidak, namun mampu melakukannya secara obyektif (ayat 3-6).  Mazmur ini juga seruan untuk memuji pada kelompok  makhluk dari dunia ini yang lebih rendah, baik yang hanya dapat memuji secara materi/eksistensinya (ayat 7-10) dan bagi yang diperlengkapi dan  mampu  untuk mempersembahkan pujian  (ay. 11 -13), terutama umatNya sendiri, yang memiliki lebih banyak alasan untuk melakukannya, dan lebih peduli untuk melakukannya, daripada yang lain (ayat 14).

Ayat:1-2: Haleluya[1]!.Artinya menyanyi, merayakan, memuji nama Tuhan. Kata haleluya selalu menjadi pernyataan awal dan akhir dalam Mazmur pasal 146-150, hal ini menandakan/menegaskan pentingnya memuji dan memuliakan Allah. Dalam ayat ini pemazmur dengan jelas melihat dengan “mata imannya” bahwa para malaikat senantiasa memuji dan memulikan Allah. Pujian para malaikat di Sorga merupakan gambaran dalam hidup kita untuk memuji nama Tuhan, para mailaikatpun tundak untuk memujiNYa. Memuji Tuhan bukan hanya ditujukan bagi mahluk yang hidup, namun juga ciptaaan yang tidak bernapas/material (mati), yakni matahari, bulan dan bintang, semuanya melakukan sesuai dengan kehendakNya dimana planet dan bintang menaati Allah  dengan tetap dalam orbit mereka dan berfungsi sebagaimana Allah menciptakannya. Langit menceritakan kemuliaan Allah dan cakrawala menyatakan karya tangan-Nya (Mazmur 19:1). Jika kita merenungkan ciptaan Allah yang luasr biasa, maka kita semakin menyadari siapakah kita ini sehingga kita layak memuji Tuhan. Memuji dan memuliakan nama Tuhan merupakan peneguhan bagi kita bahwa dalam pengharapan iman kita akan menerima, menantikan pengangkatan untuk memasuki kemuliaan yang akan dinyatakan kepada kita (Rom 8:18-23) Dengan kata lain, semua ciptaan yang terlibat dalam penebusan jiwa kita oleh Yesus Kristus, dan juga harus berubah seperti kita diubah oleh kemahakuasaan-Nya dan kedaulatanNya

Ayat 4: menegaskan bahwa Allahlah yang berkuasa atas segalaNya
Ayat 5-6: Allah telah memberi perintah maka semuanya tercipta. Kata mencipta (baraq:kata kerja) yang arti nya membentuk, mengukir, membuat, tetapi kata tersebut digunakan untuk menciptakan sesuatu dari energy atau menciptakan sesuatu yang tidak ada menjadi ada. Allah menetaptakan ciptaanNya dalam hukum yang tidak akan berubah untuk selamanya, ciptaan Allah begitu sempurna, sehingga pengetahuan manusia tidak mampu mengukur bagaimana pengaturan Allah atas bulan, bintang matahari, planet2 lainya yang berjalan sesuai dengan fungsinya. (Yer 33:25-26a)

Ayat 7-10: Panggilan memuji Tuhan bagi alam
Pujilah bumi hai ular-ular naga (tanniyen: berarti naga besar), mahluk yang di kenal dalam dunia kuno, yang juga dipanggil untuk mmemuji Allah. Dalam ayat 7-8 disebut ada 6 yang harus memuji Allah: Kata pertama adalah gesh berarti api (Imamat 01:07) Petir (. Kej 19:24 Kel 9:23-24);dan sering digunakan untuk berarti api supranatural, kehadiran Yahweh atau kehadiran theofani (Kel. 3:2; 13:21). Dalam konteks, ini akan menunjuk pada penerang. Kata kedua Barad yang berarti hujan es. Salah satu wabah yang Allah kirim pada Mesir yang sangat menghancurkan (Kel. 9:18). Allah juga menggunakan es untuk membantu Yosua dalam pengambilan Kanaan (Yosua 10:12). Yang ketiga adalah sheleg yang berarti salju disebutkan beberapa kali dalam Alkitab (misalnya, Ayub 37:6, 10 38:29 Mazmur 147:16-17). Yang keempat adalah qîyþôwr ( dibaca kee-TOHR) yang berarti asap tebal. Kata ini digunakan untuk merujuk kepada awan gelap badai. Tuhan disebutkan beberapa kali dalam Alkitab dalam hubungannya  dengan badai. Salah satu contoh adalah Mazmur 135:7: Ia menyebabkan uap untuk naik dari ujung bumi; Siapa yang membuat petir untuk hujan, yang membawa keluar angin dari gudang-Nya. Lihat juga Mazmur 107:25 Yunus 01:04. Kelima kata benda adalah tunggal feminin rûwach yang berarti angin, nafas, semangat,penampakan. Keenam çejârâh (diucapkan seìaw-RAW) yang berarti badai, badai-angin. Ayub 37:9-13 "
Keenam hal materi di atas disebut  harus melakukan sesuai dengan perintah Alah , tidak hanya bertindak namun bertindak sesuai dengan kehendakNya. Hal ini menunjukkan bagaimana ciptaanNya tundak kepadaNya dalam penyerahan yang sempurna kepadaNya dalam hukum-hukum dan ketetapan yang diperbuat Allah, dan semua itu untuk menujukkan tindakan pujian dan penghormatan kepada Allah atas keagungan dan supremasi dan kuasaNya. Pemazmur juga menyatakan agar semua alam memuji Tuhan, baik gunung2, binatang-binatang, mahluk hidup di darat dan di laut agar berkontribusi dalam memberitakan kebijaksanaan, kekuatan dan kebaikan Allah.
Ayat: 11-12: Panggilan untuk memuji Tuhan bagi manusia, yang meliputi baik penguasa (eksekutif, legislatif, Yudikatif), yang menekankan bahwa Allahlah sesunggunya yang menjadi penguasa atas hidup manusia oleh sebab itu para pemimpin dari tingkat atas sampai bawah hendaknya taat pada hukum dan kehendak Allah. Kemudian panggilan untuk semua kategori, baik yang tua, muda, anak-anak harus bersatu dalam memuji dan memulikan nama Tuhan

Ayat 13-14: ayat ini merupakan kesimpulan yang menegaskan semua ciptaan harus memuji dan merayakan karya Allah yang luar biasa. Dalam ayat 13 ini juga ditegaskan bahwa “ sebab hanya namaNya saja yang tinggi luhur (mazm 8:1), ini menunjukkan pada raja yanag akan datang (Mesias), Dia adalah refresentasi dari Allah yang oleh Dia (Yesus) manusia telah diselamatkan ( Kis 4:12)

Ayat 14: Panggilan memuji Tuhan bagi orang-orang Kudus
Allah telah meninggikan “tanduk”… tanduk menunjukkan”kekuatan dan kekuasaan ( Ul 33:17) kesombongan (Mazmur 75:4-5), dan kekuatan militer (Daniel 8:20-21) dalam nats ini kekuasaan dan otoritas adalah berhubung dalam konteks kekuasaan, wewenang, pemerintahan (Mazmur 75:10). Allah telah memberikan umatNya seorang yang menjadi pemimpin Israel, penyelamat yakni Yesus Kristus (Mesias) yang mati di kayu salib yang ditinggikan Allah dan setiap orang percaya kepadaNya akan memperoleh hidup yang kekal (Yoh 3:14-15). Nats ini juga merupakan panggilan bagi orang-orang percaya (orang kudus) untuk memuji Tuhan, bukan pujian pada manusia. Hanyalah Allah yang patut dipuji (thehîllâh: kata benda feminin tunggal).

Renungan
  1. Memuji dan memulikan nama Tuhan adalah bagian dan panggilan hidup kita dan seluruh ciptaan  Tuhan
  2. Mengacu pada nama Minggu Kantate yang mengajak kita menyanyikan “nyanyian baru bagi Tuhan” apakah nyanyian baru itu? Marilah kita hidup baru dalam Kristus, nyanyian baru dalam nats ini adalah memuji dan memuliakan karya Tuhan atas ciptaanNya, bersyukur, merendahkan diri di hadirat Tuhan, tidak sombong, karena pujian kepada Tuhan akan membawa kita pada pengenalan diri siapakah diri kita ini dihadiranNya
  3. Hendaklah kita senantiasa mengandalkan Tuhan, semua harus takluk, dan taat pada kehendak Tuhan. Bagaimana kita mengimplementasikan itu dalam  tugas dan panggilan kita, baik sebagai hamba Tuhan, para pemimpin: eksekutuf, legislative,yudikatif, apapun pekerjaan dan profesi kita semua harus sesuai dengan tujuan sang Pencipta.
  4. Tapabagas ma. mauliate




Pardomuan; 22 April 2013

Pdt.Remanto Tumanggor,M.Div
081361199159





[1] Dalam bahasa Ibrani, kata “Haleluyah” terdiri dari dua kata: “Hallelu” dan “Yah”. Kata “Halelu” (akhiran "-u" menandakan perintah untuk orang pertama jamak, semacam "marilah kita") berasal dari kata "Halel" (= memuji) yang terdiri dari dua huruf Ibrani “he” (ה) dan “lamed” (ל). Huruf “he” awalnya adalah gambar seorang laki-laki dengan tangan menengadah ke atas melihat ke suatu penglihatan yang menakjubkan. Sedangkan huruf “lamed” pada mulanya gambar sebuah tongkat gembala. Tongkat dipakai sang gembala untuk menggerakkan kawanan binatang ke suatu arah. Dengan demikian penggabungan dua huruf “he” dan “lamed” itu berarti “melihat ke arah”. Sedangkan kata “Yah” merupakan kependekan dari nama sebutan Tuhan, YHWH atau dalam bahasa Inggris Yahweh atau Jehovah. Dengan demikian "Haleluya" dapat diartikan "melihat ke arah Tuhan".

KISAH RASUL 11:15-18

Kisah Para Rasul 11:15-18 (Khotbah Minggu, 28 April 2013)

Memuliakan Allah melalui Pekabaran Injil
Pendahuluan
Dalam Kisah Para Rasul 10 diceritakan bahwa Petrus membaptis Kornelius, seorang perwira pasukan yang disebut pasukan Italia. Kejadian ini terjadi di Kaisarea, ibukota Yudea di bawah pemerintahan Romawi. Kota ini merupakan kota perdagangan yang baik, dihias dengan istana-istana, gedung-gedung umum dan suatu amfiteater yang besar. Kaisarea mempunyai penduduk campuran. Kornelius merupakan seorang non-Yahudi yang dikenal sebagai ‘orang-orang yang takut akan Allah’, yang dalam konteks ini mengacu pada orang nonYahudi yang beribadah kepada Allah Israel. Mereka melakukan praktik-praktik keagamaan Yahudi, misalnya memberi sedekah dan berdoa. Setelah berkhotbah kepada Kornelius di rumahnya, Petrus menyuruh mereka dibaptis.

Kabar ini terdengar kepada para rasul dan orang-orang percaya lain di Yudea. Ketika Petrus tiba di Yerusalem, orang-orang dari golongan yang bersunat berselisih pendapat dengan dia dengan menuduh Petrus telah masuk ke rumah orang-orang yang tidak bersunat dan makan bersama-sama dengan mereka (11:2-3). Menurut hukum Yahudi, perbuatan ini tidak dapat dibenarkan (10:28). Orang-orang Kristen dari golongan bersunat itu mempermasalahkan hal ini. Petrus pun menjelaskan alasannya membaptiskan  Kornelius. Jadi, teks ini adalah bagian kelanjutan dari penjelasan Petrus kepada orang-orang percaya yang bersunat di Yerusalem.
Petrus menceritakan bahwa alasannya menerima Kornelius adalah karena Tuhan telah membuka jalan bagi bangsa-bangsa lain. Tuhanlah yang menyuruh Kornelius untuk memanggil Petrus. Tuhan jugalah yang menyuruh Petrus untuk pergi ke rumah Kornelius. Melalui tiga kali penglihatan makanan haram, Petrus diingatkan bahwa apa yang dinyatakan halal bagi Allah tidak boleh dinyatakan haram. Ini terjadi untuk mengubah pola pikir Petrus yang masih cenderung sempit memandang sasaran pekabaran Injil. Petrus akhirnya sadar bahwa dia tidak boleh menyebut orang najis atau tidak tahir. Dasar keberaniannya untuk pergi ke rumah Kornelius adalah karena Allah telah membuka jalan dan mengubahkan cara berpikirnya.
Penjelasan
Ayat 15-16
Petrus menjelaskan bahwa saat dia mulai berbicara tentang Yesus, Roh Kudus turun ke atas Kornelius dan semua orang yang mendengarkan pemberitaan tersebut. Hal ini Petrus sebutkan sama dengan kejadian saat mereka dipenuhi Roh Kudus di Yerusalem pada hari Pentakosta. Petrus teringat akan perkataan Tuhan Yesus bahwa Yohanes membaptis dengan air, tetapi mereka akan dibaptis dengan Roh Kudus. Tuhan Yesus sendiri yang mengatakannya kepada mereka sebelum Dia naik ke sorga (Kis. 1:5). Orang percaya akan dibaptis dengan Roh Kudus.
Ayat 17
Penjelasan Petrus ini menjadi dasar untuk tidak menolak apa yang Allah sedang kerjakan dalam diri Kornelius. Petrus menjelaskan bahwa sama seperti kepada para rasul saat percaya kepada Yesus, Allah juga memberikan karuniaNya kepada Kornelius dan semua yang mendengarkan pemberitaan Petrus. Dalam diri Petrus terjadi perubahan pola pikir yang amat drastis. Dia dan para rasul lain awalnya berpikir bahwa injil hanya diperuntukkan bagi orang bersunat/Yahudi dan inilah yang mereka lakukan selama ini. Tetapi kemudian, saat Allah membuka jalan bagi bangsa-bangsa lain, Petrus mau terbuka pada karya Allah tersebut dan menjadi alatNya untuk memberitakan Injil kepada bangsa lain. Meskipun mengetahui bahwa dia akan menerima kritik dari teman-teman Yahudinya, tetapi dia berani untuk menghadapi resiko tersebut dengan tetap taat kepada Allah. Injil tidak lagi dipahami sempit dalam golongan Yahudi saja, tetapi menjadi lebih universal. Allahlah yang pertama sekali membuka jalan dan pola pikir tersebut untuk menyatakan karunia keselamatan yang sama kepada bangsa lain secara lebih universal.
Ayat 18
Penjelasan Petrus tersebut ternyata bisa diterima oleh orang percaya golongan bersunat/Yahudi. Mereka yang semula berpikiran sempit kini berubah menjadi orang yang bisa menerima bangsa lain ambil bagian dalam keselamatan yang Allah kerjakan. Mereka tidak menggerutu dan terus berselisih paham. Mereka justru memuliakan Allah. Mereka menyimpulkan bahwa kepada bangsa-bangsa lain juga Allah mengaruniakan pertobatan yang memimpin kepada hidup. Mereka juga tidak lagi eksklusif dengan paham etnosentrismenya (berpusat pada suku sendiri). Injil kini telah dipahami luas bahwa keselamatan juga diperuntukkan kepada bangsa-bangsa lain.
Peristiwa ini membuka jalan bagi pekabaran Injil selanjutnya. Orang-orang Kristen tidak lagi menutup diri untuk hanya memberitakan Injil kepada bangsanya saja, tetapi kemudian berani untuk memberitakan injil kepada orang Yunani (11:20). Di kemudian hari, Paulus menjadi pemberita Injil yang konsisten bagi orang-orang nonYahudi di wilayah kekaisaran Romawi, meskipun peran Yahudi Kristen lain tetap menjadi penopang bagi pekabaran Injil di wilayah tersebut.
Refleksi
1.   Allah yang mengerjakan keselamatan kepada manusia ternyata adalah juga yang membuka jalan bagi pekabaran Injil. Dalam peristiwa Kornelius dan Petrus, Allah terlebih dahulu berbicara secara terpisah kepada mereka. Allah membuka kerinduan hati Kornelius terhadap Injil dan Allah membuka cara pandang Petrus tentang sasaran Injil. Dialah yang membuka jalan dan memberkati pekabaran Injil. Karena itu, kita harus terbuka pada cara-cara yang dikerjakanNya dalam pekabaran Injil yang kita lakukan.
2.  Injil harus dipahami secara universal. Artinya pemberitaan Injil haruslah mencakup semua bangsa. Kecenderungan untuk terikat pada kepentingan satu suku saja atau satu denominasi gereja saja kerap membuat pekabaran Injil tidak memiliki kesatuan wajah dan gerakan. Tumpang tindih dan saling tarik-menarik kepentingan bisa memicu kekacauan dalam pemberitaan Injil.
3.    Keberanian Petrus untuk keluar dari tradisi Yahudi mempunyai dasar yang kuat, yaitu perintah Allah. Atas perintah Allahlah dia berani membaptis Kornelius. Ini menjadi refleksi bagi kita untuk tetap konsisten memandang Firman Allah sebagai filter bagi tradisi-tradisi yang tidak alkitabiah.
4.    Kita bisa belajar tentang respons orang Kristen bersunat dan Petrus yang terbuka membicarakan perbedaan-perbedaan pendapat dan juga terbuka untuk saling menerima perbedaan berdasarkan firman Tuhan. Artinya, dasar yang tepat dalam penyelesaian perbedaan pendapat mereka adalah firman Tuhan. Respon orang Kristen bersunat akhirnya adalah memuliakan Allah. Melalui minggu Kantate yang berarti “nyanyikanlah Allah”, kita diajar untuk memuliakan Allah melalui pekabaran Injil yang diprakarsaiNya. Juga melalui epistel dari Mazmur 148:1-14 mengajarkan kita untuk memuliakan Dia  sebagai Pencipta bersama dengan ciptaan lainnya.
Pdt. Walsen Napitu, MA