Raja yang dinantikan
(Mikha 5:1-5a Luk 2:11)
Harapan nampaknya sebagai suatu suatu kebutuhan
biologis apabila seseorang memandang ke masa depannya. Walaupun tidak ada
dasar- dasarnya manusia toh tetap berharap. Harapan sering digambarkan sebagai
suatu keadaan yang gemetar, pingsan, lemah,putus asa dan maya. Contohnya
pembajak harus membajak dalam pengharapan dimana pengharapannya akan memperoleh
upah dan itulah yang membuat pekerjaan terasa manis. Harapan selalu mengarah
kepada keinginan yang lebih baik. Harapan selalu berkaitan dengan iman dan
keselamatan atau kebebasan. Harapan tidak tergantung pada apa yang dimiliki
seseorang, juga tidak tidak pada apa yang dapat ia perbuat bagi dirinya.,
demikian juga tidak pada apa yang dapat dibuat oleh orang lain bagi dia. Tapi
karena ia percaya pada TUHAN, maka seseorang dapat berharap juga. Orang yang
tidak mempunyai pengharapan adalah orang yang tidak mempunyai TUHAN atau hidup
tanpa TUHAN.
Kita sebagai orang percaya perlu untuk mempunyai
harapan yang akan mendorong kita untuk maju ke masa depan. Setiap persoalan
hidup yang melintas dan berada didalam diri manusia itu sendiri merupakan hal
yang sudah sering dialami oleh manusia . Dan oleh sebab itu sangat dibutuhkan
kekuatan di dalam diri untuk dapat mengatasinya 
dan itu adalah dari Tuhan. Dalam hal ini permasalahan hidup merupakan
dasar atau fondasiyang dapat menimbulkansuatu pengharapan kepada yang lebih
baik. Kita sebagai umat Allah sangat memerlukan pengharapan akan peran Allah
untuk membebaskan  atau untuk memperkuat
dalam menjalani hidup yang penuh dengan problema. 
.                    
I.                  
ISI
a.    Perjanjian lama
Perjanjian Lama menggunakan susunan kata-kata
pengharapan yang mana asal katanya adalah dari kata batah (lebih dari 100 kali diucapkan ), kata asli mitbah (15 kali), betah (43 kali), dan juga bittahon.
Gagasan itu dari kepercayaan, perlindungan atau keamanan adalah sangat jelas
disini. Tiga asal kata yang lain disebutkan sebanyak 40 kali yang masing-
masing adalah kata qawah, untuk masa penantiandan itu berasal dari kata tiqwah,
pengharapan (32 kali), hasah, mencari tempat perlindungan dan itu adalah dari
kata asli mahseh, tempat perlindungan(20), yahal, untuk masa penantian dan itu
berasal dari kata tohelet, pengharapan(6 kali). Kata-kata  lain yang jarang terdapat adalah kata sabar,
kepada pengharapan, kesel, kislah, kepercayaan(5 kali).               
            Fakta-
fakta ini adalah ciri-ciri yang mana mereka menunjukkan kepada perjanjian lama
yang merupakan tidak konsepan murni dari kata Yunani yaitu kata έλπίς, yang
mana hanya memperlihatkan suatu pengharapan, jadi dalam pengharapan akan
dikualifikasikan dalam penghitungan dari kebaikan dan keburukan sebagai suatu
pengharapanatau sebuah ketakutan atau kekhawatiran. Dan sebaliknya kepada
pengharapan dan kepada ketakutan (dengan masa depan dalam  sebuah pandangan). Untuk sebuah pengharapan
merupakan awal dari harapan dari apa yang baik dengan pengumpulan, pengambilan
yang terbuka terhadap kepercayaan dan juga pengharapan merupakan keinginan yang
amat besar untuk memandang  keluar.
Penantian yang amat panjang baik itu untuk mencari tempat perlindungan dan
dapat juga menjadi tekanan ataupun menjadi perhatian. Kemudian pengharapan akan
selalu mengharapkan untuk sesuatu hal yang baik dalam penantian yang sangat
panjang seperti seseorang yang hidup, dia berharap tetapi tidak dengan
pertimbangan seperti sebuah angan- angan atau khayalan yang menyenangan dan
menenangkan imajinasi yang dapat melupakan bahwa ia sedang berada dalam keadaan
yang sulit atau itu adalah suatu pemberitaan yang tidak mungkin. Sebaliknya itu
adalah sebuah kesungguhan dalam pengharapan bahwa hidup dengan baik adalah
pasti. Mempunyai sebuah pengharapan dan sebuah masa depan adalah pertanda bahwa
seorang manusia ada dalam jalan kesejahteraan. Tentu itu adalah pengharapan
pasti dalam TUHAN. Pengharapan itu nampak dari atau jelas ketika seorang
manusia menemukan dirinya sendiri dalam sebuah keadaan yang sulit kemudian
keluar dan berharap untuk memperoleh dan pertolongan melalui Allah, dan
pengharapan itu adalah bersamaan dengan kepercayaan. Tetapi pengharapan yang
penuh kepercayaan dalam Tuhan adalah permintaan dalam setiap situasi, di dalam
masa keselamatan akan yang baik. Terutama sekali ketika kita refleksikan bahwa
mazmur cocok menjadi buku doa dari masyarakat, itu adalah jelas bahwa iman
pengharapan yang penuh dalam Tuhan adalah permintaan yang absolut. Dengan baik
manusia mengetahui bahwa dia selalu mempercayai apa yang akan Tuhan lakukan,
jadi pengharapan tidak selalu mengharapkan sesuatu yang nyata, tidak juga
sebagai model dari gambaran akan masa depan, tetapi sesuatu yang tetap dalam
keseluruhan  kepercayaan yang sudah biasa
didalam perlindungandan pertolongan Tuhan. Dapat juga dikatakan bahwa Tuhan
adalah pengharapan itu, yang merupakan kepercayaan yang sangat baik. Tetapi
ketika pengharapan itu adalah tidak sebuah pengharapan dalam Tuhan, dan tidak
mempunyai kepercayaan dan keyakinan maka itu akan menjadi sebuah ketakutan
ataupun sebuah kengerian. Seseorang tidak harus percaya dalam kekayaannya
(Mazmur 3: 9; Ayub 31: 24 ), didalam kebenarannya(Yezhekiel 33: 13), dalam
manusia (Yeremia 27:5 ), dalam agamanya(Habakuk 2:18). Dalam penuh kepercayaan
pengharapan dalam Tuhan adalah diperoleh dari rasa takut(Yes 7:4) tetapi itu
harus dilakukan dengan usaha keras.Dan oleh sebab itu manusia harus tenang dan
menunggu di dalam Tuhan. Saat pertolongan Tuhan yang pertama adalah membebaskan
seluruh kesusahan atau persoalan, itu memang sudah betul-betul dipertimbangkan
yang akan mengarah kepada pertolongan keselamatan yang akan mengangkat semua
kesusahan untuk diakhiri. Inti dari kepercayaan akan masa penantian dan
pengharapan yang penuh keyakinan akan lebih menghasilkan dan kesadaran bahwa
segala sesuatu dengan dunia dan saat ini untuk sementara waktu lama
sekali.                             
            b.    Perjanjian
Baru
            Konsep
perjanjian baru tentang pengharapan adalah pada dasarnya sering terlihat di
dalam perjanjian lama. ελπίζειν Berarti pengharapan dengan nuansa dari
perhitungan di dalam lukas 6:34, 1 korintus 9:10 dll. Di dalam 1 kor 3:7,
pengharapan dengan saling mengasihi menunjukkan kepada manusia sebagai suatu
hubungan yang alami dengan Tuhan. Jika pengharapan adalah pasti didalam Tuhan
itu mencakup pada saat tiga bagian dari pengharapan akan masa depan,
kepercayaan, kesabarandalam masa penantian. Pengharapan orang-orang kristen
ditenangkan di dalam tindakan Tuhan akan keselamatan yang cukup pandai di dalam
kristus yang diperkirakan sebagai eskatologi, pengharapan itu sendiri ada di
dalam berkat penyelamatan, dan sekarang adalah masa dari kita mempunyai
kepercayaan.    
            Kata
ελπις dan πιςτος mudian menjadi unsur pokok dari keberadaan kekristenan.
Pengharapan  tidak ditunjukkan dengan
realisasi dari sebuah mimpi dari masyarakat akan masa depan tetapi dengan
kepercayaan yang menunjukkan jalan dari dunia kepada Tuhan yang dengan sabar
menanti. Pengharapan sebenarnya akan masa depan hanya terpikir di dalam kitab
Yohanes(Yoh 5: 45) . Gambaran kepercayaan akan masa depan dapat dilihat dari
ciri-ciri kepercayaan dalam tindakan Tuhan sebagai unsur penting dari harapan
dan kesabaran akan masa penantian.       
            Pengharapan
dalam kekristenan adalah nama dari sebuah anugerah yang mana adalah
karakteristik dari keagamaan dalam Alkitab. Apapun itu pengharapan itu ditulis
untuk dipelajari bahwa kesabaran dan pertolongan akan Tuhan dapat memiliki
pengharapan (Rom 15:4).  Dalam perjanjian
lama harapan akan pimpinan Allah adalah hadiah dari pengharapan(Rom 15:13).
Pengharapan Israel dapat dipahami dalam pengertian yang berbeda. Untuk itu
Paulus tidak hanya memasukkan kepercayaan penuh saja tapi juga pujian dari
setiap orang selama hidup dan ini adalah keunikan dari Dia  dan hubungannya dengan Israel. Pengharapan,
juga kepercayaan dan kasih adalah gambaran dari kebenaran  harapan kita. Objek pengharapan itu adalah
masa depan yang baik, kebenaran akan berkat itu dari seseorang manusia adlah
sanggup. Harapan dapat menjadi kesungguhan dari kekristenan. Penyelamatan dari
Tuhan dalam kristus, membuat kita mengetahui ciri-ciriNya, disini teologi
kebenaran, kepercayaan, pengharapan, dan masih menjadi disebutkan karena mereka
membawa manusia dalam sebuah kebenaran hubungan Tuhan dan komunikasi Tuhan
kepadanya. Paulus menggambarkan ‘kenikmatan dari kedamaian dalam
mempercayai”(Rom 15:13), dan iman adalah jaminan bahwa tuhan akan mengendalikan
dan mengeluarkan kita dari setiap permasalahan dan memberikan semua kebaikan,
dan seluruhnya bekerja bersama-samauntuk sesuatu yang baik kepada mereka dalam
kasih Allah di dalam doa. Pengharapan tanpa doa adalah mustahil, dengan itu
pengharapan membuat seseorang berdoa di dalam kesusahan dan keagamaan. 
I. Latar belakang penulisan  kitab
mikha dan hubungannya dengan pasal 5 
1.1. Peran sentral kenabian  Mikha dalam hubunganya dengan Kitab Mikha
Mikha adalah penduduk asli dari
Moresyet dan salah seorang pemuda yang hidup lebih lama dari nabi Yesaya.[1] Nabi
Mikha menyampaikan berita kenabiannya melalui khotbah-khotbah berupa ikhtisar
dari nabi-nabi yang mendahulinya. Dalam khotbahnya, nabi Mikha memberitakan
tuntutan Allah tentang hak yaitu ( Amos ), tentang kasih yaitu ( Hosea ), dan
ketataan dengan rendah hati, yaitu ( Yesaya ) kepada Allah. Dalam kenabiannya,
nabi Mikha menunjukkan bahwa Allah memerangi Israel dengan menggunakan Asyur
sebagai alat siasatnya.[2] Di antara
nabi Mikha dan nabi Yesaya sendiri, ada suatu hubungan rohani yang sangat erat.
Akan tetapi, hubungan itu dipengaruhi oleh nabi Amos. Nabi Mikha memprotes
“Kekurangan Keadilan Sosial” serta memberitakan pemberitaan bahwa Yerusalem dan
Bait Allah akan dihancurkan terdapat pada pasal 3:12.[3] Nabi-nabi
pertama adalah Yesaya (740–700 sM) dan rekan se-zamannya, Mikha orang Moresyet.
Nabi Mikha juga memerangi
ketidakadilan sosial, terutama penindasan terhadap orang sengsara. Nabi Mikha
adalah nabi pertama yang menubuatkan kehancuran Bait Allah di Yerusalem.[4]
Nama Mikha tersebut adalah salah
satu bahasa Ibrani yang paling umum dimana seorang dosen individu membawanya
dalam salah satu dari perjanjian lama yang lainnya, bahwa Mikha itu terdiri
dari 3 bagian dari perkenalan yang telah lama. Dapat dibagi yaitu pasal 1–3 ayat
4 dan 5 dan ayat 6–7 pasal 1–7 berisi pemberitaan yang secara khusus dari  dosa dari proklamasi dari pengajaran akan
hukuman, pada pasal 4 dan 5 adalah pada saat menjelang abad 4 dan 5 dan 6
menghubungkan pada elemen -elemen.[5] Beberapa
kenabian dalam PL diteliti oleh pekerjaan mereka atau oleh nama ayah mereka.
Bukan pekerjaan Mikha juga bukan nama ayahnya yang diberikan. Dia tak pernah
disebut seorang nabi dalam buku ini. Nama tersebut dikenal dari ayahnya Yesaya,
Yeremia, Yehezkiel, Hosea, Yoel, Yunus, Zefanya, dan Zakharia tetapi nama
ayahnya Mikha seperti Nahum dari Ekoshite dan Amos dariTekoa terkenal dari
negara asalnya. Ketika seorang menjadi dikenal oleh lokasinya dari
sumber-sumber, terdapat 2 unsur yang biasanya terlibat. Naskah yang luar biasa menyarankan
waktu dari sejarah Mikha selama pemerintahan Yotam (742–735), Ahaz (735–715)
dan Yehezkiel (715–687). Bentuk-bentuk lain mengikuti periode yang maxsimal
dari 55 tahun untuk sejarah Mikha tetapi ini tidak lebih senang bahwa dia aktif
sebagai seorang nabi selama waktu atau massa tersebut. Perintah ke Samaria
untuk dewa dan ke Omri dan Ahab memimpin beberapa perdebatan tentang sejarah
Mikha mulai darir runtuhnya Samaria pada tahun 722 sM. Perikop ini mungkin
menggambarkan dari Sanherib dari Lachish ke Yerusalem pada tahun 710 sM. Jika
pasal ini dari Mikha, yaitu memiliki bukti bahwa dia meramalkan sedikitnya
akhir dari abad ke 8 SM mengenai Mikha memperkirakan akan runtuhnya Yerusalem
(Mikha 3 : 12) selama pemerintahan dari Yehezkiel pada tahun    715 – 687 sM.[6]
Mikha datang dari desa Moresyeth,
tinggal di kota kuno Palestina yaitu Gath. Nabi. Status sosial Mikha
berebeda  dengan Amos seorang peternak,
Hosea seorang  petani kebun dari Israel,
Yesaya berasald dari kalangan keluarga bangsawan dari kota Yerusalem. Mikha
nampaknya berasal dari sebuah kota yang kecil dimana ia   berasal dari rakya jelata yang bekerja  sebagai upahan (pekerja tangan).[7] Mikha
mungkin akan memulai cerita sejarahnya sebelum Samaria yang dilindungi oleh
Asyria pada tahun 722 sM, tetapi disana 
tak ada tanda bahwa Mikha berkotbah di kerajaan Utara (Mikha 1:5–7). Di
melanjutkan pekerjaannya pada periode saat Asyria diancam untuk menangkap
Yerusalem (Mikha 1, 9, 12). Nabi Mikha percaya bahwa Yerusalem akan dihancurkan
(Mikha 3:11) Nubuatan ini mengingatkan lebih dari abad kemudian sewaktu
Yeremia. Nubuatan dari Mikha sama sekali berbeda dari pesan Yesaya. Banyak
murid percaya bahwa pesan tersebut merupakan pengharapan dalam buku, dimana
pengharapan itu datang dari sumber-sumber lain dan ditambah lagi pendapat dari
perkataan Mikha. Perkataan dari Mikha 4:1-5 diulangi dalam Yesaya 2 :2–4 dan
datang dari beberapa sumber lain. Mikha 4:10 menjelaskan pembuangan di
Babylonia. Menurut Mikha 5:5–6, Asyria akan menolak Yehuda dan raja Yehuda akan
kembali pada kemenangan.[8]
Menurut George, Fohrer,
mengatakan bahwa masalah penulisan kitab Mikha terbagi atas 4 bagian,
yaitu: [9]
v  Pasal 1-3: Pasal sal ini
merupakan keaslian dari Mikha sendiri. Pasal 1:2-9 berisikan ucapan nabi
tentang penghakiman bagi Israel dan Yehuda. Pasal 2:1-3 berisikan makian dan
ancaman bagi bangsa Israel.
v  Pasal 4-5: Pasal ini
berisikan ancaman yang diikuti dengan janji dimasa pembuangan.
v  Pasal 6:1-7:7: Pasal ini
berisikan penghakiman yang kasar ( 6:1-8 ), diikuti dengan pengumuman akan
kedatangan Tuhan.
Pasal 7:8-20: Pasal ini berisikan
pengakuan nabi yang diberikan kepercayaan dalam bernubuat dan pembebasan. Berdasarkan
struktur, buku ini terbagi atas 2 bagian, skema Eskatologi. Eskatologi yang
pertama dalam pasal 4-5 adalah mengenai makian Mikha. Sedangkan pasal 1-3,
merupakan ancaman. Persamaan antara sebelum dan sesudah adalah ulangan dalam
bagian pasal 6:1-7:7 dan 7:8-20.[10]
Masalah penulisan juga terjadi
pada penulisan pesan-pesan nabi Mikha. Dalam pasal 1-3 merupakan pesan Mikha
mengenai keadaan sosial di Yerusalem. Nabi Mikha memberikan gambaran akan
misinya dengan menggunakan kekuatan Tuhan untuk mengancam Israel. Nabi Mikha
menyerang keamanan yang salah diamana orang-orang berpikir mereka pada kebaikan
Allah. Dan oleh karena itu, bangsa Israel kembali dilindungi. Dengan adanya
pesan nabi Mikha, dapat menghancurkan kebejatan moral bangsa Israel.[11] 
Kitab Mikha berisikan bahan-bahan
yang tidak berasal dari nabi Mikha sendiri. Diantaranya, pasal 5:9-13,
berisikan nubuat dan ancaman serta pasal 6:2-8, berisikan sebuah khotbah
pengajaran. Kedua bagian pasal ini memiliki latar belakang zaman kerajaan
pemerintahan Manasye. Sementara itu, bagian yang asli dari nabi Mikha sendiri
adalah pasal 4:9-5;5, berisikan nubuat penghiburan dan pasal 7:8-20,
berisikan tata ibadah kenabian yang mencerminkan suasana zaman pembuangan.
Beberapa bagian lain, yaitu nubuat nabi-nabi anonim dari zaman penjajahan
Persia sampai nubuat pemulihan Yerusalem ( 6:9-16, 2:12-13, 4:1-5, 4:6-8, 5:6-8
).[12]
Para ahli juga mengusulkan pasal
5:1-6  merupakan nubuatan yang
berasal  pada tahun  701, ketika 
Yerusalem sedang mengalami perang. 
Oleh sebab  itu isi nats  terebut diusulkan berasal dari Mikha sebab
salah satu  ciri khas  nubuatan Mikha adalah “perkabungan” (bnd  1:8, 10, 16, 3:7; 4:9, 1:10-16). Kemudian
ayat ini  dihubungkan dengan  ramalan yang sejajar atau paralel dengan
pengajaran Yesaya pada zamannya. Kemudian 
pasal 5:10-15 merupakan 
nubuatan-nubuatan tema tambahan yang dimasukkan dalam pasal 5 [13]
1.2. Waktu Penulisan 
Kitab Mikha itu sendiri terdiri
dari Firman Tuhan (Mikha 1–5) dengan penyisipan redaktur yang aman dan nubuatan
penyesalan dikemudian hari  (Mikha
6:1-7:6 ), serta tambahan penerbit yang berpengharapan itu sendiri (Mikha
7:7–20 ). Mikha hidup pada masa pemerintahan Yotam, Ahas, dan Hizkia ( 755–700
sM ). Seperti yang tertera dalam Mikha 1:1. Tidak dapat dipungkiri bahwa Mikha
bernubuat tidak lama sebelum dan setelah jatunya kerajaan Israel Utara     (
Mikha 3:1-12, 5:4-5 ).
1.3. Kesatuan Penulisan
Hampir sebagian besar para ahli
menerima Mikha 1-3 sebagai ucapan asli dari Mikha, sedangkan Mikha 4-7 dianggap
ditulis setelah Mikha itu sendiri, yakni hasil penyuntingan pada masa
pembuangan atau sesudah pembuangan.[14]
Masalah penulisan menurut D. C. Mulder
adalah sebagai berikut:
v  Pasal 1- 3 pada umumnya diterima
sebagai bagian yang authentik ( asli ) dari nabi Mikha. Keadaan yang
digambarkan dalam pasal ini tepatnya tahun 701 SM, yaitu ketika Yerusalem
dikepung oleh Assyur, dan keadaan ini cocok dengan nabi Mikha itu sendiri. 
v  Pasal 4 dan 5 menunjuk kearah masa
pembuangan.
v  Pasal 6:1-7:6 diterima sebagai bagian
yang authentik dari nabi Mikha. 
v  Pasal 7:7-20, keasliannya disangkal
oleh banyak ahli karena dalam pasal ini menunjukkan zaman pembuangan atau zaman
sebelum nabi Nehemia.[15]
            Inti dari
kitab Mikha itu terdapat didalam pasal 
1-3, yaitu peringatan bagi Israel Utara dan Yehuda akan datangnya
malapetaka. Pada waktu itu Israel Utara belum jatuh ketangan Assyria. Didalam
pasal 1:6, nabi Mikha menubuatkan kejatuhan kota Samaria. Didalam pasal 2:1-5,
Nabi Mikha menghardik para tuan tanah di Yerusalem. Didalam pasal 2:5, nabi
Mikha menubuatkan bahwa tanah-tanah itu akan dibagi lagi menurut sistem
kesukuan Israel. Didalam pasal 3:5-8, nabi Mikha juga mengecam para nabi yang
menipu rakyat. Ucapan nabi Mikha ini merupakan sumber keterangan yang
mengemukakan tentang adanya nabi palsu di Israel. Didalam pasal 3:9-12, nabi
juga menubuatkan bahwa kota Yerusalem sendiri pun akan hancur dan bahkan bait
suci Allah akan menjadi puing-puing.[16] 
1.4.  Pembentukan Kitab Mikha
            Kitab Mikha  mengalalami tahap dan
proses yang panjang hingga  terbentuk
menjadi satu buah kitab yang diakui dewasa ini, untuk itu beberapa hal yang
perlu diperhatikan adalah: 
a. Perkataan yang asli dari nabi
Mikha (Kumpulan Pertama)
            Pasal
1-3 adalah ucapan yang authentik dari Mikha, yang  dikembangkan hanya beberapa tambahan kemudian
dan janji dalam 2:12-13, yang sudah ada pada zaman pembuangan atau sesudah
pembuangan. Kumpulan pertama itu diatur menurut bahan pokok yang bermula pada
pasal 1 dengan pasal 2, yang merupakan perkataan umum, yang secara langsung
melawan Israel dan Yehuda, yang diikuti dalam pasal 2:1-3:8 oleh perkataan yang
melawan putusan golongan dan pemujaan nabi di Yerusalem. Perkataan itu
disimpulkan dengan seluruh yang termasuk ancaman (3:9-12).
            Dalam
pasal 1:2-9, terdapat pidato penghakiman dari nabi melawan Israel dan Yehuda
yang terdiri dari tiga bagian: Pengumuman dari pencobaan, Tuduhan dan
Penghakiman Yahweh, Ratapan nabi. Kesatuan ini tidak seharusnya terbatas pada
2-7 atau di analisa ke dalam beberapa kesatuan yang lebih kecil.
            Pasal  1:10-15 adalah ancaman dari desa-desa di
negara bukit Yehuda yang dibuat untuk menyatakan sebuah arti permainan kata
yang akan menimpa mereka saat daratan itu dihancurkan. Hal ini tidak
menggambarkan suatu kemajuan menyerang tentara, dan hal ini merupakan nyanyian
peratapan yang benar, dimana Mikha meratapi perpisahan negeri Yehuda oleh
Sennacherib pada tahun 701. Pengamatan itu rupanya serampangan batas utara dari
tempat-tempat yang disebutkan sesuai pada batas daratan yang diputuskan
Sennacherib dibantah oleh pengamatan batas selatan, melebihi tambahan wilayah
juga diputuskan, itu dibuatnya untuk menjalankan secara serampangan. Pandangan
Mikha dengan jelas pindah dari timur ke barat; utara dan selatan tidak
menempatkan peran semuanya. Pasal  1:16
adalah tambahan kemudian. Pasal 2:1-3 (celaan dan penjelasannya dalam
pasal  4-5 adalah tambahan kemudian),
makian dan ancaman , seperti 3:1-4. Pesan 2:6-9 (dengan pasal 10 sebagai
tambahan kemudian) adalah makian meninggalkan diskusi, melawan kelas yang
berkuasa. Dalam pasal 2:11 kita temukan makian dan dalam 3:5-8 yaitu makian dan
ancaman melawan pemujaan nabi-nabi, melawan Mikha dalam menuntut kuasanya
sendiri.
            Kesimpulan,
3:9-12 adalah ancaman dengan motivasi mengumumkan secara lengkap mengenai
kebinasaan Yerusalem; menurut Yer 26:18, ancaman ini masih menunjukkan memori
mata pencaharian setelah lebih dari seabad.[17]
b. Perkataan yang tidak berasal
dari nabi Mikha (Kumpulan Kedua)
            Kumpulan
ini berisikana ncaman-ancaman nabi Mikha dan janji-janji dari perkataan (4-5).
Pasal  4:14; 5:1-5 berasal dari periode
sebelum Mikha yang lainnya kelihatan dalam 4-5 pada masa pembuangan dan
sesudah pembuangan. Dalam kenyataan hampir tidak menjadi kalimat pribadi dari
perkataan dalam 4-5 mungkin pada periode sebelum pembuangan. Sebagian besar
ide-ide dan ucapan-ucapan yang terjadi di tempat lain untuk sebagian besar
bagian atau semata-mata dalam ucapan yang pasti sudah ada pada periode
kemudian. Gambaran runtuhnya kota Yerusalem (4:8), masa pembuangan dan
penyebaran (4:6-7); dinasti Daud adalah sesuatu yang telah berlalu (5:1-3).
            Jatuhnya  kota Yerusalem, runtuhnya  bait suci, berakhirnya  kepemimpinan 
oleh raja-raja keturunan Daud, dan 
mayoritas umat Israel/Yahudi  
sudah terpencar ke pembuangan pada tahun 
587 sM. Namun ditengah  problema
tersebut nabi-nabi  masih berkarya di
dalam pembuangan (bnd Hagai, Zakharia). Nubuatan nabi Mikha juga  termuat dalam pasal 5 yang  menyatakan tentang  nubuat-nubuat 
pemulihan tahta  Daud, dilihat
dari isi dan zamannya pasal 5 merupakan tambahan dikemudian hari[18]
            Oleh
karena itu, kumpulan dari perkataan pribadi tidak dikenal nabi-nabi dari
periode sesudah pembuangan. Nabi menubuatkan bahwa kota akan dibangun kembali
dan disana-sini orang dikumpulkan (4:6-7, 8) bahwa permusuhan bangsa akan
dihancurkan (4:9-12, 13-14; 5:4-5) bahwa keturunan Daud akan memerintah sebagai
Mesias (5:1-3) bahwa Israel akan menguasai musuh-musuhnya (5:6-8) dan bahwa
alat instrumen dari kekuatan manusia dan penyembahan berhala akan dihapuskan
(5:9-14). Demikian 4:1-5 dan 5:9-14) merupakan kerangka yang homogen untuk
segala bagian.[19]
c.      
Kumpulan Ketiga
            Kumpulan
ketiga 6:1-7:7 dimulai dengan pidato pendapat yang lama                 (6:1-8), dimana terdiri dari
pengumuman mengenai percobaan, tuduhan Yahwe, penawaran dari pengorbanan secara
pribadi, dan permintaan Tuhan, ringkasan nabi untuk keadilan, cinta dan taat
menyalurkan (pernyataan yang diambil dari tradisi kerajaan). Ini diikuti oleh
makian dan ancaman melawan kota yang hebat (6:9-16) dan pada bunyi seperti
perluasan Isa 57:1-2, ratapan akan tantangan dari orang dan ancaman singkat
(7:1-6).  Tidak ada disana fakta yang
konkret untuk penulis Mikha; celaan yang keras menyalurkan dan menuntut
kebenaran adalah sesuai dalam satu peride. Teologi kebijaksanaan dengan
tekanannya pada peran pribadi (6:1-8) dan gambaran dari kehancuran sosial
(7:1-6) menyarankan tanggal pada abad ke-5 sebelum penampilan Nehemia.[20]
d. Kumpulan Keempat
            Bagian
keempat (7;8-20) merupakan bagian dari seorang nabi liturgi. Bagian ini terdiri
dari lagu kepercayaan (8-10), sebuah ramalan pembebasan (11-13), seorang pendoa
yang sama pada ratapan umat (14-17) dan pernyataan jaminan bahwa pendoa akan
mendengar (18-20); keseluruhan bagian tersebut mendasarkan pada personifikasi
Zion. Bagian ini tidak bisa digabungkan dengan 7:1-7 pada bentuk teks liturgi
menghadapi penderitaan dan pemulihan raja (Reicke), sejak 7:1-7 adalah teks
mengenai kemerdekaan.[21] 
e.      
Susunan Buku
            Dari
sudut bangunannya, Kitab mikha mengikuti  pola eskatologi yang diulang kedua kalinya.
Pertama janji-janji eskatologi dalam 4-5 melampirkan makian dan ancaman Mikha
dalam 1-3 menghasilkan urutan bencana pembebasan. Sama seperti “Sebelum  dan sesudah” diulang dalam bagian-bagian
6:1-7:7 dan 7:8-20 yang dilampirkan kemudian.[22]
1.5. Pembagian Kitab
Mikha
Kitab Mikha terbagi atas 4
bagian, yang terdiri dari:
Ø  Pasal 1-3          Makian dan ancaman menentang Israel
dan Yehuda 
Ø  Pasal 4-5          Janji-janji
Ø  Pasal 6:1-7:7    Nasehat, Makian, Ancaman
Ø  Pasal 7:8-20     Janji-janji
II. Latar belakang Zaman Kenabian
Mikha
2.1.  Sosial politik
Secara politis aktivitas nabi Mikha
seharusnya dimulai sebelum kejatuhan Samaria tahun 722 sM. Sedangkan nabi Mikha
sendiri tidak diperkenalkan pada saat penyerangan Assyur di tahun 711. Oleh
karena itu, pelayanan nabi Mikha mulai sekitar tahun 725 sM sampai waktu
sebelum tahun 711 sM. Hal ini membuat nabi Mikha sezaman lebih muda dari nabi
Yesaya. Dimana, pelayanan nabi Mikha mengikuti urutan kronologis dizaman Hosea
di Israel. Oleh karena itu, tidaklah heran kalau nabi Mikha akrab dengan
ucapan-ucapan nabi Yesaya. Sama halnya dengan nabi Yesaya yang akrab dengan
ucapan nabi Amos, yang telah mendahuluinya. Akhirnya, 2 dari ucapan-ucapan nabi
Mikha dipengaruhi oleh nabi Yesaya.[23] 
Menurut George, aktivitas kenabian Mikha terbagi atas 3 bagian didalam
pemerintahan raja Yehuda, yakni:[24]
v  Masa  pemerintahan raja Yotam: Nabi mikha mulai
bekerja pada zaman raja Yotam ( 745-742 SM ) 
v  Masa pemerintahan raja Ahas:
Pada masa pemerintahan raja Ahas, nabi Mikha bernubuat pada tahun 741-726 SM )
v  Masa pemerintahan raja Hizkia:
Pada masa Hizkia, nabi Mikha bernubuat pada tahun 725-697 SM. Hal ini cocok
dengan pasal 1:1
Dari tiga  zaman pemerintahan raja-raja tersebut
menunjukkan bahwa masa  pelayanan  Mikha sezaman dengan  nabi Yesaya yang memuliai   pelayanan sejak zaman Yotam, Ahas dan
Hiskia. Sejarah
pemanggilan  Yesaya ditandai dengan
datang krisi politik  yang hebat di
Yehuda.  Peristiwa krisis itu  terjadi 
pada tahun  735-732 SM.  Pemanggilan 
Yesaya bertepatan dengan tahun 
kematian Raja Uzia.[25] Raja usia pada masa pemerintahannya  dapat mempertahankan  tradisi keagamaan yang bebas dari
peneyelewengan selama lebih setengah abad masa pemerintahannya. Ibadah terhadap
Yahwe ditegakkan hamnpir  diseluruh  wilayah Yerusalem, dan juga di bukit-bukit
pengorbanan.[26] Secara politik Uzia membangun koalisi
kekuatan militer dengan negara-negara kecil untuk menghempang kakutan Asyur
Estapet kepemimpinan kemudian beralih kepada Yotam anak Uzia yang melanjutkan
kebijakan politik anti Asyur, namun sayangnya 
pemerintahan Yotam hanya berlansgung singkat. Peraliha  kepemimpinan Yehuda kemudian di pegang oleh
raja Ahas, yang kemudian merobah kebijakan politiknya dengan melakukan kontrak
politik dengan Asyur. Sikap raja Ahas ini kemudian mendapat kritakan terhadap
negara-negara kecil  seperi kerajaan
Aram(Damakus), dan kerjaan Utara dan bersekongkol untuk menggulingkan
pemerintahan Ahas dan menggantikannya dengan seorang raja boneka yakni anak
Tabeel (Yes 7:6). Dalam situasi tersebut Yesaya tampil mengahadap Raja Yehuda
dengan meyakinkan  raja, bahwa serangan
Aram-Israel  tidak perlu dikawatirkan (
bnd Yes 7:3-11), Akan tetapi raja Ahas menolak penghiburan dan masukan  Yesaya dan 
meminta bantuan dari Asyur untuk mematahkan serangan Aram-Israel. [27] Asyur 
berhasil  menggagalkan  serangan Aram-Israel unyuk menindas Yehuda
tahun 732 sM Asyutr kemudian menyerang Israel dan  mencaplok sebagian wilayahnya dan memaksa
Israek Uatara tunduk kepada Asyur.[28] Pasa masa pemerintahan Raja Ahas Yehuda
jatuh pada praktek penyembahan behala. Ketika raja Ahas kunjungan  kenegaraan 
untuk menghormati Tiglat-Pileser (Raja Asyur), Ahas membawa mezbah
kultus Matahari ke Yerusalem dan menggantikan Mezbah Allah di bait Suci.[29] 
Dengan demikian pada masa pemerinatah raja Ahas Yehuda berada dalam
jajahan Asyur baik secara politik, ekonomi dan keagamaan.[30] Pada tahun 724 Israel Utara kembali
melakukan pemerontakan terhadap Asyur bersama dengan negara-negara kecil, namun
hal menjadi menambah malapetak. Setelah pengepungan yang cukup lama  akhirnya ibu kota Samaria ditaklukkan
oleh  Asyur pada tahun 7221 sM dan
sebagaian besar penduduk israel di buang. Sementara itu Raja Yehuda telah diganti  Hizkia anak raja Ahas.  Hizkia melakukan reformasi nasioanal dan
memperbaharui kebijakan politik dalam dan luar negeri. Pada  awalnya 
ia masih mendukung Asyur namun kemudia ia ikut  melawan Asyur. Akhirnya Sanherib raja Asyur
melakukan penyerangan terhadap Yehuda dan melakukan pengepungan tas Yerusalem
tahun 701 sM.[31] Namun hanya dengan melakukan pembayaran
upeti akhirnya  Yerusalem lolos dari
gempuran Asyur. Di sisi lain lolosnya Yerusalem diakibatkan wabah yang
mebimba  pasukan tentara Sanherib yang
kemudia menarik  diri.  Peristiwa tersebut  dianggap sebagai  mujizat yang dikerjakan Allah.[32]  Selama masa krisis politik itulah nabi
Mikha    menyampaikan khotbahnya  terhadap Yehuda[33]
2.2. Sosial ekonomi
            Pada
zaman nabi mikha terjadi ketimpangan sosial ekonomi dan  penderitaan atas  orang-orang desa. Para  peminpin eksekutif melakukan suap,  para pemimpin 
agama juga   melakukan
penyelewengan, nabi-nabi palsu juga  
mengutamakan    gaji dan jasa. Para bangsawan 
menindas yang lemah dan  memeras
kaum miskin dan  menimbulkan kemelaratan
dan kemiskinan (bnd  Mikha  2:2; 3:2, 9-11)[34] Mikha
meyaksikan  penderitaan berat  dan kejam 
yang terjadi pada orang-orang miskin. Tanah mereka dirampas  oleh penguasa di Yerusalem untuk   mendirikan 
tempat  penjagaan, karena  Moresyet 
menjulang   di atas  dataran tengah dan mengalami   berragam 
peristiwa militer, damk agresi milietr 
Asyur terhadap Samaria terimbas pada   
lingkungan sekitar Moresyet.  Oleh
sebab itu  Mikha  sangat keras 
menentang  ketidakadilan sosial
dan   sknadal rel;igius karena  para pemimpin    mengalihkan perhatian pada pertahanan  militer ketimbang  memperhatikan   penderitaan orang miskin[35] Dari
nubuatan Mikha dapat disimpulkan ia 
sangat simoati bagi orang miskin, orang lemah, dan  barangkali ia 
lebih senang hidup tinggal bersama dengan rumah para  pekerja-pekerja upahan dibanding dengan  hidup dalam 
rumah mewah.[36] 
Secara sosial ekonomi Mikha hidup di masa revolusi ekonomi, yang sedang
membuktikan suatu hal yang memiliki untung dan rugi. Sayangnya, banjir dari
kemakmuran material telah menelurkan suatu materialisme yang mementingkan diri
sendiri.[37]
2.3. Keagamaan
Kondisi keagamaan di Yehuda mengalami krisis iman, dimana rakyat tidak
lagi  mengindahkan khotbah-khobah yang
bersifat teguran dan didikan, namun rakayat hanya  suka medengra khotbah-khotbah yang enak di
dengar dan menimbulkan rasa aman tanpa adanya ancaman. Rakyat hanya mendengar
oknum yang maun  menuruti  moral yang rusak dan  memnetingkan diri sendiri (bnd Mikha 2:11,
3:5)[38]
Secara sosial keagamaan peran Mikha untuk bertindak sebagai komentator religius di Yerusalem,
terutama di dalam bidang sosial zaman itu sendiri. Sebagai seorang nabi, satu
orang Allah di Yehuda, ia berbicara sebagai suatu wakil dari Allah. Nabi Mikha
menunjukan dirinya kepada teokrasi yang nominal dari Yehuda, dengan menyerang
penetapan untuk menunda standar ditetapkan Allah menuju ke kepentingan diri,
dengan tujuan untuk pelalaian atau dengan aktif yang serba kekurangan. Nabi
Mikha melihat bangsa Yehuda mendekati bencana. Di dalam pertunjukan profetik
termasuk yang umum bukan sama semata-mata politis tetapi sebagai yang mengenai
agama dalam hati. Sebenarnya, Yehuda berjalan sempoyongan di dalam setelah 701 sM krisis untuk abad yang lain atau di hadapan ancaman-ancaman
Allah yang mengerikan melalui  nabi
Mikha. Setelah 587 sM, ketika Yerusalem jatuh dan
Yehuda itu dikembalikan kepada Babel, orang harus telah melihat dengan mata
yang baru pada ramalan yang diberi alasan dari Mikha yang kiamat, bordered oleh
harapan di sisi ayah.[39]
III. Zaman pemerintahan Raja-raja Seleukhus Dan hubungannya dengan  Mikha 5:1-5a
            Setelah  masa pembuangan  berakhir 
maka  keberadaan bangsa Yahudi
kemudian berada dalam naungan  Raja
Alexander Agung, masa pemerintahan Aleksander Agung kemudian  berakhir dan dilanjutkan oleh  masa pemerintaha  raja Seleukhus. [40]
Pada masa pemerintah  Seleukhus
keberadaan bangsa Yahudi mengalami berbagai 
dilema dan tekanan politik.  
Keadaan bangsa Yahudi pada Masa pemerintahan Raja Selekhus
Pada zaman
pemerintahan  Seleukhus orang-orang
Yahudi Palestina berusaha untuk mendirikan kembali Negara merdeka dan hidup
sesuai dengan kesadaran keagamaan mereka. Ma asehubungan dengan itu pula ,
orang-orang Yahudi yang berada di luar Palestina dipaksa untuk menggumuli
kehidupan mereka sendiri dan untuk memikirkan cara yang paling baik dan tetap
mentaati agama Yahudi serta mempersaksikan iman di tengah-tengah dunia dan
kebudayaan lain di mana mereka tinggal. Perjuangan untuk  membebaskan diri dari tekanan bangsa lain
merupakan sebuah gerakan nasionalisme Israel. [41]
Secara  geografis 
dan politik daerah Palestina selalu merupakan ajang pertarungan bagi
politik kekuasaan dari golongan Selleuka dan Ptolemeus. Sementara itu,
ketegangan baru timbul di masyarakat Yahudi, dua keluarga terkemuka di
Yerusalem yaitu keluarga Tobiade dan Oniade bersaing. Salah satu akibatnya
adalah timbulnya dua partai di tanah Yudea, yang satu mewakili ortodoksi kaku
Yahudi dan yang lainnya lebih bersimpati kepada kebudayaan Hellenisme.[42] Kemelut
antara kedua golongan ini kusut dan berkaitan dengan “politik-dalam” Yahudi dan
kecemburuan antara keluarga dengan gerakan di tengah-tengah Yahudi “liberal”
yang ingin menganut kebiasaan-kebiasaan dan patokan-patokan hidup dunia Yunani.
Antiokhus mengetahui bahwa ini bukan sekedar pergelutan politik, tetapi juga
perselisihan di antara umat Yahudi sendiri mengenai agama mereka.
Karena keadaan
ini menimbulkan masalah, Antiokhus bertekad bahwa pengaruh agama itu harus
dikurangi. Di samping melakukan penganiayaan yang sangat kejam kepada penduduk
Yerusalem, ia juga melarang pengudusan hari Sabat, pelaksanaan sunat, serta
pembacaan Hukum Taurat pada hari Sabat, dan bagi siapa yang melaksanakannya
akan dihukum mati. Sebagai gantinya ia melakukan korban kafir dan menjalankan
persundalan dijalankan di Bait Suci serta menjadi tempat ibadah kepada dewa
Yunani, Zeus. Orang-orang Yahudi yang taat dihina sekasar-kasarnya, dan dipaksa
menerima kelompok ras lain yang hidup bersama mereka untuk masuk ke Bait Suci,
termasuk orang-orang non Yahudi.
3.1.Gerakan  politik memalui  revolusi Makkabe
Penindasan
menjadi fenomena  sosial yang  menimpa orang-orang Yahudi pada waktu itu. Kondisi
penindasan dan pelecehan inilah yang tidak dibiarkan oleh Matatias, dan ketika
ia disuruh mempersembahkan korban di mezbah kafir, ia menolak, namun seorang
Yudea lain maju menggantikannya, sehingga Matatias membunuh baik Yahudi yang
melakukan pembakaran persembahan di atas mezbah dan pegawai Antiokhus IV yang
memberikan perintah.[43] Setelah
peristiwa pembunuhan itu dia mengungsi ke pegunungan beserta dengan
anak-anaknya dan orang-orang yang setia kepada Taurat. Keberangkatan dan
pengungsian mereka menjadi awal dilakukannya atau dimulainya apa yang disebut
revolusi Makkabe. Pegunungan Yudea sangat cocok sekali untuk perang gerilya, banyak
orang Khasidim menyertai Matatias dan anak-anaknya. Mula-mula mereka sudah
merasa puas dengan melakukan terror kepada orang-orang yang murtad, memusnahkan
mezbah-mezbah dan mengawasi pelaksanaan Taurat. 
Pada waktu Matatias
meninggal, ia digantikan anaknya yang bernama Yudas, yang kemudian membuktikan
dirinya seorang pemimpin yang menyerupai kepribadian Gideon. Tujuan pertama
dari perlawanan mereka adalah memperoleh kembali kebebasan untuk menaati
hukum-hukum Yahudi, menguasai dan menyucikan kembali Bait Suci. Kelompok
Makkabeus membangun tembok keliling Bait Allah dan menempatkan penjaga-penjaga
di sana. Hal
yang sama mereka lakukan terhadap kota
Bethzur di sebelah selatan Yerusalem. Pada tahun 163 sM Kelompok Makkabeus
melancarkan usaha-usaha untuk membantu orang-orang Yahudi yang tinggal di
tengah-tengah masyarakat Yunani (non-Yahudi).[44] 
Hal yang
menarik adalah kelompok Makkabeus selalu mendapatkan kemenangan yang gemilang
melalui tentara-tantaranya yang gagah berani, walaupun jumlah mereka sangat
sedikit dibandingkan dengan tentara Aram. Kelompok Makkabeus tinggal di
kota Mikhmash, sebuah benteng yang kuat di
sebelah timur kota
Yerusalem. Yonatan Makkabeus memimpin kelompoknya dan melakukan tugasnya
seperti para hakim zaman dahulu. Ia menjadi pemimpin militer, agama dan
sekaligus pemimpin politik.[45]
Ketika
Antiokhus masih sibuk dengan peperangan-peperangan yang lebih besar melawan
orang Partia, walinya Lucias mengadakan perdamaian dengan Yudas dan membatalkan
keputusan-keputusan yang menjijikkan yang diambil pada tahun 165 sM.[46] Dengan
modal perdamaian ini, Yudas beserta dengan kelompoknya dengan gembira memasuki
Yerusalem, dan dengan hikmat ia membersihkan dan menahbiskan Bait Suci kembali,
dan memulihkan kebaktian kepada Allah. Peristiwa penahbisan ini diperingati
dalam hari raya Khanukkah atau hari raya penahbisan Bait Allah (Yoh 10 : 22).
3.2.Perjuangan agama dan dampak politiknya
bagi  keberadaan orang Yahudi 
Kelompok
Khasidim merasa berbahagia, karena mereka telah memenangkan kemerdekaan untuk
menjalankan kehidupan agamawi dan hukum-hukum mereka. Tetapi keluarga Yudas
(Hasmoni). Hasmoni adalah salah satu kelompok dari wangsa Makabe yang tidak
puas hanya dengan kebebasan agamawi namun tetap memperluas wilayah kerajaan
secara politik [47]
belum puas, mereka ingin lebih berkuasa lagi, dan mendirikan wangsa mereka
sendiri di Yudea. Di bawah kepemimpinan mereka, Yudea menikmati suatu periode
yang secara politis relatif independent sampai jenderal Romawi menaklukkan kota Yerusalem. Wangsa
Hasmoni tidak selalu mengingat pergumulan agamawi yang pada mulanya telah
memberi mereka kekuasaan, dan sebagai akibatnya mereka kemudian kehilangan
dukungan dari kaum Hasidim.[48]
Kemenangan
Makabe ini juga menimbulkan penganiayaan yang dasyat sekali terhadap golongan minoritas Yahudi di kota-kota yang
penduduknya campuran. Yudas meneriakkan seruan; “Bertempurlah hari ini demi
saudara-saudaramu”. Sedangkan adiknya Yonatan berhasil melakukan
ekspedisi-ekspedisi pembalasan di Transyordan, sedangkan Simon melakukan hal
yang sama di Galilea. Pada tahun kematian Antiokhus Epifanes (164/163 sM),
Yudas mengepung benteng Akra, yaitu benteng pasukan Aram di Yerusalem, yang
merupakan lambang pertuanan raja Selleuka.[49]
Beberapa dari
kaum Khasidim menemukan bahwa korupsi dan hellenisasi dari raja-raja Hasmoni
tidak dapat ditoleransi dan mereka kemudian mengundurkan diri ke padang gurun Yudea
sebagaimana yang telah mereka lakukan pada masa Antiokhus. Mungkin gerakan
seperti inilah yang menghasilkan dasar bagi kelompok masyarakat Esene di Qumran di pantai Laut Mati. Orang-orang Khasidim lainnya
tidak bertindak sejauh itu, tetapi membentuk kelompok-kelompok sebagai gerakan
protes di dalam arus utama masyarakat Yahudi.[50] Mereka
hanya mengecam dan menentang mereka. Pertikaian besar antara orang-orang Farisi
dan Saduki di kemudian hari adalah hasil perkembangan pertikaian antara kaum
Khasidim[51]
dengan kaum Makkabe.[52]
IV. Latar belakang Teologi Kitab Mikha
Kitab Mikha  terdiri atas 
nubuat-nubuat  Mikha yang sezaman
dengan Yesaya (kira 740-700 sM), tetapi hampir  
separuh  isi kitab Mikha  merupakan nubuat-nubuat tambahan pada
kemudian hari. Pasal 5 ditempatkan pada posisi dimana  pasal sebelumnya memberitakan   keselamatan bagi Sion, pusat kerajaan damai
yang kekal (4:1-5) umat  Israel yang
terpencar akan dipulihkan kembali seperti dahulu kala (4:6-8), dan putri
Sion  akan memperoleh pembebasan dari
pembuangan (4:9-10) dan  putri Sion
akan  diperlengkapi untuk  memperoleh kemenangan (4:11-14). Dalam pasal
5 dilanjutkan dengan   penyelamatan Sion
dari ekuasaan penjajah  dari “Asyur” yang
dipakai sebagai simbnol kekuasaan  segala
penguasa asing yang akan hancur (5:4-5), yakub akan menjadi unggul dan jaya
(5:6-8),  alat-alat perang dan
penyembahan akan dilenyapkan (5:9-14). 
Dari iktisar Mikah 4-5, jelas bahwa   
pasal 5:1-3, diapit oleh 
ucapan-ucapan  yang semunya  mempunyai latar belakang  dan tujuan yang sama makna  nats tersebut hanya  dapat dipahami  menurut  
konteksnya. [53]  
Penjelasan  Mikha 5:1-3 dapat dipahami jika bertitik
tolak dari ungkapan “ Ia membiarkan mereka” (5:2). Dalam Pasal 4 dijelaskan
bahwa  Tuhan   mneyerahkan 
umatnya   ke dalam  tangan musuh-mushnya dan akhirnya
Yerusalem  menjadi puing, raja dan
segala  penasehatnya sudah lenyap, dan  bersama rakyat dibawa  ke 
babel” putri sion disergap  kesakitan 
seperti perempuan  yang melahirkan
(bnd  4:9-10.14) Namun krisis yang yang
mengerikan yang terjado pada tahun  587
sM akan berakhir juga bia “ permepuan 
yang akan melahirkan  telah
melahirkan” dan saudara-saudaranya  telah
kembali kepada orang Israel artinya 
telah pulang  dari tempat
pembuangan (5:2). Sehubungan dengan penyelatamn Sion itu,  maka kerajaan yang berpusat pada  kota itupun akan dipulihkan kembali (bnd
4:6-8). Pemulihan itu ditandai dengan kebangkitan seorang raja yang berasal dari
Betlehem, tempat asal Daud (5:1), demikian juga nubuatan yang  disebut oleh nabi lain “tunas   dari tunggul Isai   orang Betlehem itu (Yes 11:1). Raja  itu akan memerintah   sebagai gembala yang baik seperti daud (Mzm
78:70-71) dan akan berkuasa sampai ke ujung 
bumi (5:3 bnd  Mzm 72:8).[54]
Jika isi nats tersebut
diperhadapkan pada zaman  sesudah
pembuangan  nampaknya nubuatan
penyelamtan itu  tidak kunjung digenapi.
Abad  demi abad beralu ,  maka 
umat  pembaca Mikha  tetap mengharapkan   kedatangan 
raja  dari betlehem “pada
hari-hari terakhir”. Dalam hal ini terjadilah 
pergeseran makna nubuat tersebut yang 
semakin terpisah dari  konteks
nya  yang mula-mula dan tokoh raja itu
juga semakin  ajaib hingga melewati
zaman  kerjaa dahulu kala.  Kemudian para penulis Injil  kemudian 
menuliskan bahwa   penggenapan itu
nyata di dalam Kristus yang  lahir di
Betlehem (bnd luk 2:11).[55]
V. Tafsiran 
5.1. Tafsiran Menurut P.K. Pilon
Ayat
1:  Tetapi engkau.. ungkapan ini identik
dengan  permulaan pasal 4:8 yang memiliki
nada yang sama.  Ungkapan tersebut
dipakai untuk  menyatakan tentang
keselamatan. Dalam konteks kehidupan yang mengalami krisis Allah akan
membangkitkan   seorang yang memerintah
Israel. Raja yang memerintah itu akan datang dari Betlehem. Nama Betelehem  Efrata 
berarti  rumah roti, dimana  di kota itu banyak ditanm gandum. Nama
Betlehem  dan Efrata harus dibedakan (
bnd  1 Sam  17:12) dimana Daud disebut anak seorang Efrata
dari Betlehem-Yehuda. Kota Betlehem merupakan pusat   suatu daerah   bernama Efra yang terletak di Yehuda.  Betlehem disebut juga yang terkecil dari kaum
Yehuda. Kaum Yehuda dapat diterjemahkan 
ribuah Yehuda, Yehuda yang terdiri dari bagian-bagain yang penduduknya   kurang 
lebih seribu. Betlehem  ialah yang
terkecil dari kaum Yehuda  artinya yang
terkeciul  yang tidak akuta   yang dianggap rendah dan tidak
berharga.   Ungakapan  Raja yang akan datang menurut interpretasi
penafsir  menyatakan pra eksistensi
(adanya sebelum penciptaan) dan kongkritnya digenapi dalam diri Yesus. Namun
jika  ungkapan nini ditempatkan dalam
konteks zaman  Mikha maka ayat ini
merupakan  evaluasi kepada  israel 
untuk mengingat  masa lamapau pada  masa 
pemerintahan raja Daud. Dan kemudian 
Tuhan  kembali mengambil prakarsa  untuk  
memanggil seorang raja  dari
keturunan Daud untuk menyelamatkan 
Israel. Secara politis Israel pada 
waktu itu ditekan oleh Asyur, dengan demikian ungkapan dalam ayat
ini  merupakan janji pemuliha Allah  sebagaimana yang telah dilakukan oleh
Allah  pada masa lampau dan  masa 
yang akan datang ( bnd  1 Sam
16:1). Disatu sisi  ungkapan ini
merupakan   nubuatan yang bersifat eskhatologis
(bnd  4:1). Dalam PB penulis  Injil menyatakan bahwa  di dalam Kristus nubuat  Mikha tesebut 
merupakan  permulaan  Israel yang baru (bnd  Mat 2:6, Yoh 7:42)[56]
Ayat 2:
Ayat ini nampkanya bertentang dengan ayat 1 sebaba  dalam ayat 2 ada  terjadi perubahan  subjek , dalam ayat 1 menggunakan kata ganti
orang pertama, sedangkan dalam ayat 2a menggunakan kata ganti orang ke tiga
tunggal ia.  Penafsir  menyimpulkan 
bahwa ayat 2 merupakan sisipan antara ayat 1 dan ayat 3. Ada  juga mengatakan bawah ayat 2b merupakan  tambahan 
pada zaman  pembuangan  oleh seorang yang berada dalam
pembuangan  yang mengharapkan  dipulangkan dan  dipersatukan 
dengan bangsa  Israel. Istilah
kata “membiarkan  dalam  ayat 
ini diartikan   dengan kata
menyerahkan (menurut bahasa Ibrani “memberikan). Konteksnya  Israel berada dalam naungan musuh (bnd
4:9,10). Karena Dia  membirakan mereka
dalam pembuangan oleh musuh termasuk bagian dari rencana  Allah (bnd 
4;12). Namun penderitaan akan segera berakhir pada saat perempuan akan
melahirkan    raja mesianis. Konsekuensi
dari   munculnya raja  itu adalah pemulihan Israel kembali  yakni sisa-sisa  dari pembuangan (bnd 2;12) yang dipersatukan  menjadi satu kesatuan dibawah
pemerintahan  seorang raja yang
menjadi   gembala[57]
Ayat 3-4a:  Bagian
ini menekankan bahwa raja yang akan bangkit itu adalah berfungsi sebgai
gembala. Istilah  gembala merupakan
gagasan yang  lazim digunakan  (bnd  
Mzm 23,  Yeh 37:24). Pernyataan
dalam ayat ini juga merujuk pada 
Daud   selakugembala- raja
kata   dm;ª['  (ämad) artinya
berdiri dalam terjemahan lain diterjemahkan “bertindak”. Artinya raja Mesianis
akan mengambil alih   pimpinan  bangsa Israel, namun  bukan atas dasar kekuatan sendiri   tetapi  
melalaui kekuatan  Allah. Oleh
sebab itu eksisnetsi raja Mesianis selalu tergantung pada   Allah.[58]  
Ayat 4b-5: Dalam ayat ini penekanan tentang pengharapan
mesianis  bertitik tolak adari  ancaman 
yang nyata  dari pihak Asyur
terhadap  Yerusalem dan Yehuda, hal itu
menjadi konteks   umum dalam  kitab nabi Mikha. Keberadaan Asyur secara
politik merupakan ancaman besar bagi 
bangsa Israel. Namun  Apabila
Asyur   masuk ke negeri  kita , ketika 
Asyur mulai  menyerbu    daerah 
Yehuda dan Yerusalem, maka Israel akan  
membangkitkan   tujuh gembala,
bahkan  delapan pempimpin     manusia untuk melawan Asyur. Pernyataan
ini  merupakan kisan yang bersifat
Apokaliptis. Angka tujuh    memiliki arti    sesuatu yang cukup, sedangkan angka  delapan  
berarti   lebih dari cukup.
Istilah  angka tersebut  memiliki arti 
“suatu kekuatan” untuk melawan Asyur. Istilah gembala dan pemimpin  dapat disejajarkan dengan     raja 
(ayat 3). Oleh sebab itu jika 
ayat ini dihubungkan dalam  kopsep
apokaliptis maka raja yang dimaksud adalah 
raja Mesianis, sebagai raja yang 
memberi kelepasa, dengan demikian maka 
ayat  4b ini dipahami  bahsa  
krdatangan raja Mesianis serta kusanya 
maka  kuasa Asyur akan
ditaklukkan.[59]
Pandangan lain 
mengasumsikan bahwa pemahaman 
tujuh   gemba adan   delapan 
pemimpin diangkat dari sebuah mitologi. Pemahaman mitologi terhadap  angka tersebut adalah suatu zat -zat
ilahi    yang  memberikan  
pertolongan  untuk  mlerepaskan manusia. Interpretasi lain
mengatakan bahwa   ayat  4b ini merupakan ssipan yang berasal
dari  zaman raja-raja Seleukid yang  dotentang Israel   melallui gerakan Makhabeus. Dalam arti  tujuh gembala dan  delapan pemimpin merujuk pada   pemimpin manusia   yang berasaldari  keturunan Makkabi. Namun dalam ayat 5,
metafora    kuasa Mesianis.  Fungsi tujuh 
gembala dan delapan     pemimpin
manusia “akan mencukur   negeri Asyur
dengan pendang”. Sebenarnya    kata
“kerja  gembala dalam hal ini kemungkinan
diartikan  dengan  :”menguasai” 
artinya   negeri  asyur akan ditaklukkan dengan pedang,
kuasa  mesianis  tidak 
hanya sebatas   Israel saja,
tetapi  daerah  Asyur sediri.[60]
Sebutan  nama
Nimrod dalam ayat  ini   adalah 
istilah lain  untuk negeri Asyur.
Nimrod adalah deklarator  kerjaan Asyur
(walaupun ia mendirikan   kerajaan Babel,
bnd  Kej 10:10-11). Penaklukkan  Asyur 
mencapai  pusat pusat kota  yang disebut dengan istilah “di dalam pintu
gerbang”, artinya siapa yang menguasai pintu gerbang berarti menguasai seluruh
kota. Hal yang menarik pada  bagian akhir
ayat 5 ini adalah menyororti kembali tentang raja Mesianis.[61]
5.2. Tafsiran Menurut George  Arthur Buttrick (ed)
Ayat 1: Penulis 
dalam  ayat ini   mengambil 
pandangan  lain dalam tinjaunannya  kembalai terhadap kerjaan Yahudi, yakni
kembali melihat pada masa lalunya  (4:8).
Waktu yang digunakan adalah masa  yang
akan datang karena penulis  menggabungkan  tujuan ramalan (pada masa yang akan
datangh)  dari tuhan terhadap  kota Betlehm pada   waktu daud  
dipanngil  menjadi Raja. Ayat ini
menekankan  tujuan   Allah pada masa lampau  terhadap Betlehem  yang diorientsikan pada masa yang akn datang.
Kota Betlehm terletak  sekitar 5 mil  dibagian Selatan barat Daya dari Yerusalem
Efrata, hal ini menunjukkan    daerah itu   yang spesifik dimana   lokasinya (kota Betlehem) itu.
Perpeaduna   petunjuka  membeadakan  
Efrata  dari kota-kota  lain dengan nama Betkehem dalam  bagian-bagian 
dari palestina. Istilah Betlehem merupakan yang terkecil dari Yehuda  menunjukan kota  itu terdiri dari ribuan  orang. Pada masa  daud, ketika Palestina berkembang dengan  maju, eksistensi  kota Betlehem sangat dikucuilakn
diantara  kota/desa  di Yehuda. Namun pada masa Daud puta Isai,
ia  menyemimbangkan  kerjaan Israel  dengan dasar yang kuat dan menjadi   penemu dari Dinasto kerjaan  yang mengatur Israel selama berabad-abad,
sampai pembuangan  paada tahun 587 sM.
Penulis sungguh-sungguh   mengagumi  betapa besarnya  perubahan 
yang datang  dari temapat yang
dikucilkan itu. Tuhan raja Daud   dan
pengikut-pengikutnya berpikir  bahwa   bulir-bulirnya dapat   mengatur 
bangsa Israel. Pada  bait yang
terakhir ditekanakan bahwa pemulihan kerjaan Israel, akan kembali  pada 
masa  kerajaan Daud pada masa
lampau.[62]
Ayat 2: Dalam 
ayat ini yang menjadi pusat 
perhatian adalah  pandangan
tentang    perubahan waktu  dari zaman 
Daud. Ayat ini merujuk pada masa pembuangan. Ayat inil lebih jauh    menekankan tentang ramalan  terhadap 
umat Israel  tentang  pergantian 
kedatangan dan tujuannnya yang dilajutkan  pada masa  
yang akan datang. Pada  bagian
pertama ayat  tiga  ditekankan 
tentang philosophi  dari masa
pembuangan. Israel  akan jatuh ketangan
bangsa-bangsa  oleh kehendak Allah
sendiri, dan  akan mengalamai   penderitaan nyang mengerikan dan
kemudian  seorang raja yang baru kemudian
 akan memulihkan  kerajaan mereka. Sebuatan tentang wanita
dalam  ayat ini adalah menunjukkna pada
Israel sendiri yang digambarakan seperti 
perempuan yang akan melahirkan dalam artian israel akan mengalami suatu
proses penderitaan (bnd  4:9-10).
Kemudian Ibu Israel yakni Allah sendiri sebagai   penolong akan    menolong 
proses  kelahiran   seorang raja 
yang akan   memperbaharui pemuliha
bangsa  dan   kerajaannya. Pemulihan umat Allah dalam  penekannan ayat ini implikasinya adalah  pemulihan 
Israel  ketika  mereka kembali  ke palestina ke tempat  tanah  
mereka yang Kudus.  Kembalinya
umat Israel dari pembuangan merupakan sebuah 
peristiwa yang spektakuler dalam penyatuan kembali  bangsa 
Israel ke tanah ait mereka.[63]
Ayat 3 Ayat ini menekankan  tentang tindakan  raja yang baru. Hal ini bertentangan
dengan  harapan pada masa sesudah   pembuangan ( Yes 40:10-11), dimana Allah
sendiri yang bertidak menjadi gembala yang baik, disisni Allah sendiri akan
mendelegasikan  kuasa-Nya   kepada raja yang akan datang yang
memelihara  dan  memberi perlindungan  dalam 
kepemimpinan yang teokrasi yang memberikan sebuah harapan dimana
kebenaran sebagai dasar perimbangan. Di Dalam 
kepemimpinan yang baru itu 
dintadi dengan ciri   kekuatan dan  keagungan Allah. Raja yang akan  datang itu  
datang sebagai raja yang memberikan pembaharuan (restorasi) dimana   kedatangan kerajaannya tidak akan berakhir
untuk selam-lamanya, bukan hanya  
setelah masa pembauangan, tetapu juga   
namun pemerintahannya  adalah
untuk sepanjang masa. Dalam ayat ini ditekankan harapan terhadap raja yang akan
datang itu, dimana  setiap orang
akan  hidup  didalam 
sesetiaan dan ketaaan  karena  kebesaran 
dan kesempurnaan tindakan yang diperbuat oleh raja yang akan datang itu.[64]
Ayat 4: 
Kedatangan   Raja (sebagai
manusia) akan   membawa suatu  masa 
dan kedamaian. Bagian ini nampaknya 
sebuah sisipan yang dimasukkan  
pada  waktu kemudian setelah
dinyatakan harapan-harapan  yang
dinyatakan dalam satu dokumen yang terdapat dalam  pasal 4:9-5:5a. Bagin  ini merupakan sisipan yang  berasal dari 
masa  akhir zaman Makkabeus, sebab
pada masa  itu tidak ada seorang raja
dalam komunitas   bangsa Yahudi, dan
nampaknya   orang yahudi pada  waktu itu mengalami keputusasaan tentang
harapan  raja yang  dinantikan itu tidak kunjung menjadi  kenyataan. Di dalam bagian ini , istilah-istilah Asyur 
dan negeri Nimrod, acuan sepertinya adalah yang digunakan pada Syiria
(timur lautnya dan Utara dari Palestina) dan Seleukus sebagai rajanya. Oleh
sebab itu maka sisipan ini berasal dari masa 
tahun 312 dan 65 sM. Penulis menyisaratkan  bahwa 
para penguasa pada waktu itu 
telah menimbulkan  depresi oleh
peristiwa-peristiwa yang terjadi pada waktu itu, dimana sebagian orang tidak
mencatatnya  pada zaman pemerintahan  raja Seleukus sebelumnya. Mungkin ini
mengacu  pada penaklukan  Palestina  
oleh raja Antiokhus III yang sedang 
dalam proses pada tahun  218 sM
sampai  dengan tahun 198 sM, pada  masa 
itu terjadi gerakan untuk memulihkan 
orang-orang Yahudi dari imbas krisis yang terjadi di Palestina. Kemudian
Karl Marti, Paul  Haupt, dan  Hermann Guthe 
berasumsi bahwa peristiwa itu 
mengacu pada tahun kemudian yakni 
masa  gerakan Makabeus,
setelah  perampasan Bait Suci tahun 170
sM, yang berusaha merebut kemenangan komunitas Yahudi  yang ditaklukkan oleh  Antikhus 
Ephipanias. Dengan demikian maka ayat ini menunjukan  pada waktu terjadinya  krisis nasional pada waktu itu[65]
Ayat 5: Ayat ini memiliki
makna  dimana akan ada pembebasan dari
tangan musuh, dan mush akan dihancurkan. Musuh yang disebut dalam ayat ini
disebut sebagai  Asyur, dan negeri Nimrod
yang mengandalkan kekuatan militer. Istilah 
Asyur  jika dihubungkan dalam  konteks ayat ini merujuk pada  tindakan Seleukhus yang hancur karena
mengandalakan  kekuatan mileternya. Ayat ini
pada dasarnya memiliki makna pembebasan umat yang dikasih Allah.[66] 
5.3. Tafsiran Menurut Carroll Stuhlmuller
Ayat 1: Istilah Efrata
merujuk pada  sebuah nama tempat di  Utara 
Yerusalem  dekat Rama, ditempat
itulah  Rahel  meninggal (1 sam  10:2; Yer  331:15). Efrata juga    menunjukkan   nama sebuah 
suku, yakni keturunan  Efrat,
istri kedua kaleb ( bnd  1 Taw 2;18-19,
24-55, yang menyebut   tentang
bangsa  yang bernama  Bet-Gader 
dan Betlehem). Dalam perkembangan selanjutnya   Betlehem Efrata   menjandi  
sejarah dinasti Daud yang pernah memerintah  selama 
350 tahun lamanya.[67]
Ayat 2: Seperti  nabi Yesaya (7:14), nats  ini juga 
mengangkat  perempuan dari
keturunan  yang akan  melahirkan seorang raja. Dalam ayat ini tidak
disebutkan  siapakah ayah. Para  penafsir
memehami ayat ini   menekankan konsep
Mesianis  yang dijanjikan   dari 
seorang perempuan perawan. Kemudian dalam  ayat 3  
menceritakan    misteri   dan janji-janji terhadap   keturunan Daud.[68]
Ayat 4-5: Pernyataan   tentang “Dia akan   menjadi 
damai sejahtra”  dipahami merujuk
pada    Raja Daud  yanga baru 
yang  datang dari kota Betlehem.  Dalam teks 
Ibrani   ayat ini    digabungkan 
dengan  ayat  berikutnya (ayat 5) yanag mewartakan    para   
gembala    dan pemimpin   mendatang   
yang akan    dibangkitkan
Allah  untuk membebaskan Israel
dari penjajan Asyur.  Sebutan tentang
Nimrod  merujuk pada   nenek moyang   bangsa Mesopotamia  (Kej 
10:8-12), namun penejelasn  
mengenai  Nimrod dalam ayat  ini sulit untuk dipahami.  Kemudian oernyataan tentang tuju gembala  dan 
delapan  pemimpin manusia,
nampaknya memiliki arti simbolis ketimbang makna  harafiahnya, sebab  nabai Mikha juga   lebih menekankan    tentang simbolis.[69]
VI. Makna   Teologi  yang baru Mikah 5:1-5a
Dari uraian  penafsiran 
di atas penafsir tertarik menarik kesimpulan sebagaimana asumsi dasar
yang  kemudian menjadi kesimpulan  yang dirumuskan oleh PK Pilon, bahwa perikop
ini  merupakan satu  naskah 
Mesianis yang  identik  dalam   
pemeberitaan nabi Yesaya (bnd  Yes
7:14; Yes  8:23-9:6). Namun yang menjadi
dialetikanya adalah apabilan nats tersesebut 
merujuk langsung kepada Yesus Kristus, maka jika demikian,
problematikanya adalah interpretasi 
demikian nampaknya menganbaiakan 
sejarah konteks dimana   kata-kata
itu dikhotbahkan. Sebab  pada
dasarnya    konteks  dan situasi 
kongkrit dimana   nats tersebut
diucapkan menjadi titik tolak   untuk
mengiterpretasikannya. 
Cerita tentang Asyur
dalam  perikop ini menunjukkan bahwa  pada zaman Mikha   terjadi suatu krisis politik dimana Asyur
menjadi ancaman bagi Yehuda (4:4; 5:2). Jika 
perikop tersebut ditempatkan pada zaman Mikha  maksud dan tujuan  perkataan tersebut adalah memberikan  harapan kepada umat Yahudi  ditengah krisis yang menipa umat Yahudi.
Namun Ahli lain juga  memahami bahwa ayat
tersebut berasal  pada masa pembuangan
dan setelah zaman  pembuangan. Pada
dasarnya tujuan dari  nats tersebut
meberikan suatau pengharapan  terhadap
umat yang mengalami musibah, dimana umat  
dihiburkan  dengan  kabar gembira 
tentang   suatu kerajaan  yang menyerupai  kerajaan Daud 
dan yang akan   mengalahkan  Asyur. Akan tetapi  perlu dipahami bahwa     lukisan yang dipakai  oleh Mikha 
mempunyai  unsur-unsur eskatologi,
dalam hal ini dipahami bahwa kongkritisasi tentang raja yang akan memulihkan Israel
tersebut tidak dipahami secara politis.[70]
Pada dasarnya tema  yang ditekankan dalam  perikop 5:1-5a adalah tentang “pembebasan”
melalui kedatangan seorang raja dari keturunan Daud yang menjadi   raja dame sejahtera. Jika   perikop ini ditempat pada konteks  zaman Mikha, dan kemudian  pada masa 
pembuangan dan sesudah pembuangan, maka  
pernyataan perikop ini tidak kongkrit. Oleh sebab beberapa para ahli
mengatakan bahwa perikop ini  tidak
berasal dari  Mikha namun merupakan  sisipan untuk menceritakan  dan memberi pesan dan harapan kepada umat
Yahudi yang mengalami krisis pada zaman Seleukhus. Oleh sebab   sebutan  
tentang  Asyur dalam  perikop ini merujuk kepada  Selekhus[71].
Oleh sebab itu makna teologia  yang
dikembangkan dalam  perikop ini adalah teologia
Mesianis dan eskatologis, dimana bagi orang Kristen termanispestasi di
dalam diri Yesus Kristus sebagai raja yang telah datang dan akan datang untuk
keduakalinya ( eskatologis). 
Oleh sebab itu bagi orang
Kristen implementasi dari raja dari keturunan Daud diwujudkan  dalam diri Yesus Kristus sebagai raja damai
(ayat 4). Akan tetapi realisasi  secara
total belum  terpenuhi sebagaimana   maksud dan tujuan dari nats ini dalam
konteksnya. Namun inti pokok dari perikop ini adalah menekankan tentang  “harapan dalam kepastian   bahwa Tuhan 
Allah  akan  melepaskan  
dan  menyelamatkan  umat-Nya yang mengacu pada zaman eskatologis.
Dengan demikian, secara iman   perikop
ini merupakan  refleksi bagi kehidupan
umat  manusia dalam menghadapi kriris
dalam  kehidupannya. 
3.2 Tinjauan Historis Injil
Lukas
            3.2.1 Konteks Sosial 
v  Suasana Sosial-Politik
Dalam periode Yunani-Romawi, umat Yahudi yang
telah terpencar di seluruh penjuru disebut keyahudian Hellenis (di Palestina).
Kaum ini (diaspora; keyahudian hellenistis) masih tetap membayar upeti mereka,
bila pergi berjiarah ke Yerusalem.
Masyarakat Yunani-Romawi mengharapkan perilaku
tertentu dari anggota-anggotanya. Apakah orang merdeka atau budak, laki-laki
atau perempuan, warga negara maupun bukan, semua orang dituntut untuk
menghormati yang berkuasa (entah raja, kaisar, atau hukum) untuk menyumbangkan
pengabdian sesuai dengan kemampuan mereka yang mungkin mencakup tugas militer
atau kerja bakti atau sumbangan-sumbangan finansial untuk membiayai pengeluaran
masyarakat, dan ikut serta dalam ibadah-ibadah bersama masyarakat[72].
Pada saat itu Pejabat Romawi menindas rakyat dan
rakyat memberontak kepada raja. Herodes memperlakukan rakyat dengan sadis, dan
semua hak orang Yahudi di eksploitasi habis-habisan oleh penguasa setempat yang
jahat, sehingga saat itu telah banyak rakyat yang terdesak melakukan
perampokan, kejahatan, dan pemberontakan menyebar. Pihak pemerintahan Roma
bukan saja tidak mampu mengatasi masalah tersebut dengan baik, malah sebaliknya
pihak pemerintah Roma mengandalkan kekuatan militer mereka untuk menindas dan
membunuh serta menguasai lahan-lahan yang dimiliki oleh rakyat[73]. Inilah yang menyebabkan
semakin banyaknya orang-orang yang miskin dan tertindas pada masa itu.
v  Suasana Ekonomi
Kekayaan materi dari dunia Yunani-Romawi dibagikan
secara sangat tidak merata. Kaum bangsawan menghabiskan banyak uang dalam
kampanye-kampanye pemilihan umum dan kemudian menghabiskan  banyak uang pada masa jabatan mereka.
Konsumsi yang berlebihan adalah sebuah gaya hidup yang dituntut dari kelas atas[74].
Pajak-pajak tidak langsung dikenakan kepada warga
negara Romawi, tetapi semua itu dikumpulkan dari wilayah-wilayah taklukan
provinsi, dan bea cukai serta pembayaran non uang yang diberikan kepada pejabat
penting Romawi. Yang menanggung pajak adalah rakyat miskin, dan mereka harus
membayar upeti kepada Roma, sehingga mereka tidak mungkin hidup secara layak[75].
           3.2.2 Konteks Historis
Injil Lukas ditulis di luar Palestina untuk umat
Kristen bukan Yahudi dimana perselisihan tentang adat dan hukum bangsa Yahudi
tidak penting lagi. Menurut waktu dan tempat, jemaah ini sudah jauh dari Yesus.
Oleh sebab itu Lukas ingin meyakinkan jemaahnya bahwa iman mereka di tengah
ketidakpastian akan kedatangan kembali Tuhan yang tertunda, mempunyai dasar
yang kuat. Mengenai tahun penulisan umum dapat diterima bahwa Injil Lukas
ditulis antara tahun 80-90 M[76]. Dan mengenai penulis kitab Injil Lukas,
menurut cerita-cerita kuno Lukas adalah salah seorang teman seperjuangan
Paulus. Dan Lukas termasuk orang-orang yang disebut dengan sebutan ‘kami’ dalam
Kisah Rasul, dan yang disebut juga dalam Kolose 4:14, Filemon 23 dst; 2 Tim
4:9-12. maka memang bisa diduga bahwa Lukas yang telah menulis kitab Injil
Lukas[77].
Injil Lukas menceritakan tentang riwayat Yesus
sebagai sejarah. Ia menjelaskan
kelanjutan antara pelayanan Yesus dan timbulnya gereja mula-mula, dengan
demikian membuat Yesus menjadi bagian sejarah gereja. Maksud Lukas bukan untuk
mengatakan bahwa kehidupan Yesus semata-mata sebagian dari sejarah gereja,
tetapi adalah tindakan rahmani Allah terhadap manusia, didahului oleh sejarah
Israel dan merupakan permulaan zaman gereja; sejarah akan disudahi dengan
kedatangan Yesus yang kehidupan duniawinya adalah adegan utama dalam penebusan[78]. Lukas ingin menyampaikan kepada
pembacanya bahwa pelayanan Yesus adalah masa dimana semua orang sungguh-sungguh
menerima keselamatan yang daripada-Nya 
dan untuk bersama-sama bergabung ke dalam kerajaan Allah. 
Injil Lukas menyampaikan bahwa keselamatan adalah
adalah untuk semua orang. Jadi dalam hal ini Lukas memperlihatkan bagaimana
Yesus membawa keselamatan kepada orang-orang rendah di Yudea, yaitu orang-orang
miskin, kaum perempuan, anak-anak dan orang-orang yang paling berdosa. Dengan
demikian jelas bahwa orang-orang miskin adalah orang yang akan menerima
anugerah keselamatan dari Allah melalui anak-Nya Yesus. 
Dalam Lukas 4:18-19, Allah melalui anak-Nya Yesus
ingin memberitakan kebar baik bahwa tahun rahmat Tuhan telah datang, dan ini
terutama kepada orang-orang miskin dan orang-orang yang tertindas, karena
merekalah yang akan mewarisi kerajaan Allah yang telah dijanjikan kepada
manusia.  
DAFTAR PUSTAKA
Pfeiffer, Robert, H. Introduction To The Testament, New
York, 1948
Madian. J.
dkk, Pengetahuan tentang Isi Alkitab,
Jakarta: BPK– Gunung Mulia, 1952
Blommendal, J. Pengantar
Kepada Perjanjian Lama, Jakarta: BPK– Gunung Mulia, 2007           
Fohrer, George, Introduction To The Old Testament,
USA, 1968
Merlin Dowis Smith, Jhon PhD, dkk, The Internasional Critical Commentary, Micah,    Zephaniah, Nahum, Habalank, Obadiah and Joel, New
York, 1948
Smith, Ralph, L. Word Biblical Commentary Volume 32, Mikha – Malachi, Amerika
:   Word Inccurporated, 1984
George Arthur Buttrick
(ed), The Interpretr Bible, The  Holy
Sciptures: In The  King Jmaes And  Revised Standart Version With Geberal
Articles And  Introduction, Exegetis,
Exposition For  Each Book Of The Bible,
New York: Abingdon Press Nashville, 1967
Hinson, David, F. Old Testament Introduction 2, The Books
Of The Old Testament,  London: SPCK, 1974
Barth, C. Teologia Perjanjian Lama 4, Jakarta: BPK- Gunung
Mulia, 2005
Lasor, W. S. Pengantar
Perjanjian Lama II, Jakarta:
BPK- Gunung Mulia, 2000
Wahono, S. Wismoady. Disini
Kutemukan, Jakarta:
BPK- Gunung Mulia, 2004
Vriezen, Th. C. Agama Israel
Kuno, Jakarta
BPK Gunung Mulia, 2000
Boyd, Frank M. Kitab nabi-nbai Kecil, Malang: Gandum Masa,  1953
Stuhlmueller, Carrol
“Mikha” Dalam   Dianne  Bergant & Robert J karris (ed), Tafsir  Alkitab Perjanjian Lama,  Penerjemah 
A.S. Hadiwiyata, Yokyakarta: Kanisius, 2002
Allen, Leslie C. The
Books of Joel, Obadiah, Jonah, and Micah, USA: William B, Eerdmans Publishing
Company, 1976
Harrison, R. K.The New Internatinal Comentary On The Old
Testamen, , USA,
1987, 
Mulder, D. C. Pembimbing Kedalam Perdjanjian Lama, , Jakarta: BPK- Gunung Mulia, 1970
Barth, C.Theologia
Perjanjian Lama II, Jakarta:
BPK gunung Mulia, 1985
Dilon, P.K Tafsiran
Mikha, Jakarta:
BPK Gunung Mulia, 1977
Judge E.A.  “ Seleukus”, dalam  J.D. Douglas (ed), Ensiklopedi Alkitab Masa kini
Jilid II, terjemahan  H.A.
Ompusunggu, Jakarta: YKBK, 1995
Harrison R, K,The New
Internatinal Comentary On The Old Testamen, , USA, 1987
Jagersma H., Dari Aleksander Agung Sampai Bar Kokhba,
Gunung Mulia, 2003 
[2] J, Madian. dkk, Pengetahuan tentang Isi Alkitab, ( Jakarta: BPK– Gunung Mulia, 1952),
 hlm 74 – 76
   hlm
134 – 135
[4]  George, Fohrer, Introduction To The Old Testament, (USA, 1968), hlm 443
[5] Jhon Merlin Dowis Smith, PhD, dkk, The Internasional Critical Commentary,
Micah,    Zephaniah, Nahum, Habalank, Obadiah and Joel, (New
York, 1948), hlm 17
[6] Ralph, L. Smith, Word Biblical Commentary Volume 32, Mikha – Malachi, (Amerika
:   Word Inccurporated, 1984), hlm 4 – 5
[7]
George  Arthur Buttrick (ed), The
Interpretr Bible, The  Holy Sciptures: In
The  King Jmaes And  Revised Standart Version With Geberal Articles
And  Introduction, Exegetis, Exposition
For  Each Book Of The Bible, (New
York: Abingdon Press Nashville, 1967), 
hlm 897-898
[8] David,
F. Hinson, Old Testament Introduction
2, The Books Of The Old Testament,  (London: SPCK, 1974), hlm 80 – 84
[9] George,
Fohrer, Op.Cit, hlm 444-447
[10] Ibid
[11] Ibid
[12] C.
Barth, Teologia Perjanjian Lama 4,
(Jakarta: BPK-
Gunung Mulia, 2005), hlm 63
[13]
Leslie C. Allen, Op. Cit,  hlm, 248 
[14] W, S.
LAsor, Pengantar Perjanjian Lama II,
(Jakarta: BPK-
Gunung Mulia, 2000), hlm 243-245
[15] D, C.
Mulder, Op.Cit, hlm 138-139
[16] S,
Wismoady. Wahono, Disini Kutemukan,
(Jakarta: BPK-
Gunung Mulia, 2004), hlm 170-171
[17] George,
Fohrer, Op.Cit, hlm 444-445
[18]
C.Barth, Theologia Perjanjian Lama, (Jakarta: BPK gunung Mulia, 1985),
hlm, 162
[19] George,
Fohrer, Op.Cit, hlm 445-446
[20] Ibid,  hlm, 446
[21] Ibid,  hlm 446-447
[22] George,
Fohrer, Op.Cit, hlm 447
[23] George, Fohrer, Op.Cit, hlm 443-444
[24] Ibid,
hlm, 444
  D, C. Mulder, Op. Cit, hlm 138
[25]
Wismoady Wahono,Disini Kutemukan, (Jakarta:
BPK Gunung Mulia, 2000), hlm, 166
[26] Th. C.
Vriezen, Agama Israel Kuno, (Jakarta BPK Gunung Mulia, 2000), hlm,  236
[27]
Wismoady Wahono, Op. Cit, hlm,  166
[28] Ibid, hlm,
169 
[29] Th. C.
Vriezen, Op. Cit, hlm, 237
[30] John J
Collins, Op. Cit, hlm, 509
[31]
Wismoady Wahono, Op. Cit, hlm, 169
[32] Th. C.
Vriezen, Op. Cit, hlm,  237
[34] Ibid
,hlm,  102
[35] Carrol
Stuhlmueller, “Mikha” Dalam   Dianne  Bergant & Robert J karris (ed), Tafsir  Alkitab Perjanjian Lama,  Penerjemah 
A.S. Hadiwiyata, (Yokyakarta: Kanisius, 2002) , hlm, 675
[37] Leslie
C. Allen, The Books of Joel, Obadiah, Jonah, and Micah, (USA: William B,
Eerdmans Publishing Company, 1976), hlm 240
[38]
Ibid, hlm, 103
[39] R,
K.Harrison,The New Internatinal
Comentary On The Old Testamen, , USA, 1987, hlm 239-241
  D, C. Mulder, Pembimbing Kedalam Perdjanjian Lama, , Jakarta:
BPK- Gunung Mulia, 1970, hlm 137-140
[40]
Seleucus I adalah merupakan  pendiri dari Kerjaan  Seleucids setelah masa  pemerintahan 
Alexander Agung. ia menjadi penguasa Aram dan semakin besar bagian dari
Asia Kecil. Dan  memperluas wilayahnya
pada tahun  312 sampai 280 BC, sedikitnya
zaman Seleucid yang sepertinya disebut dalam 1 Macc 1:16 dihitung dari Seleucus
I, 312 BC kepada 65 BC, ketika Pompey mengurangi kerajaan Aram dari  suatu provinsi Roma secara umum  Ia mengikuti kebijakan dari Alexander di
dalam menyebarkan  peradaban Yunani. Ia
membangun  pelabuhan nya Seleucia, dan dikatakan
oleh Josephus, untuk memiliki berunding kewarganegaraan mengistimewakan atas
Bangsa Yahudi. (Dan 11:5 ) biasanya dipahami untuk menjadi pada  penguasa.
 Antiochus I (293-261)
Ia lahir
pada tahun  323 BC; dan  meninggal 261, putra Seleucus Nicator. Ia
jatuh cinta kepada ibu tiri nya, Stratonike, dan menjadi sangat penyakit. ayah
Nya, ketika ia menemukan penyebab penyakit miliknya putra, memberi nya kepada
nya dalam tahun 293, dan menyerah kepada dia kedaulatan  atas semua negara-negara di luar Efrat,
seperti juga jabatan raja. Ketika Seleucus kembali ke Makedonia dalam 281, ia
dibunuh oleh Ptolemeus Ceraunus. Antiochus seperti itu menjadi penguasa
keseluruhan kerajaan Aram.
Ia peperangan  di Eumenes dari Pergamum, namun  tidak 
keberhasilan. Pada masa pemerintahanya ia dapat menguasasi Asia, namun dalam suatu pertempuran ia eninggal paada
tahun 261 BC
Antiochus II 
I               Anak dan pengganti Antiochus
(261-246 BC). Ia membuat suatu peperangan yang sangat sukses di Ptolemy
Philadelphus dari Mesir, tetapi boleh;berkewajiban membeli damai sejahtera
dalam 250 dengan perceraian, istri nya, Laodice, dan dengan menikah putri
Ptolemy, Berenice. Setelah kematian dari Ptolemy, "raja selatan"
(Dan  11:6) 248 BC, ia memanggil kembali
Laodice dan anak sulung nya bernama (Seleucus Kallinikos) yang kemudian
menjadi  pengganti nya naik tahta; hanya
Laodice (mungkin karena dia menakutkan suatu penolakan hutang,  yang kedua mempunyai Berenice, anak nya, dan
Antiochus semua  dibunuh (246 BC).
Milesians memberinya nama panggilan dari Theos di dalam ucapan syukur atas
pembebasan nya mereka dari kekejaman dari Timarchus. 
Antiochus III
Ia adalah
Anak dari Seleucus Kallinikos; yang digantikan kepada tahta dari Aram dalam
tahun  222 BC; umum yang dibunuh nya,
Hermeas, dan lalu memimpin satu pasukan; bala tentara melawan terhadap Mesir.
Theodotus menyerah kepada nya Tyre,
Ptolemais dan armada angkutan laut nya. Rhodes dan Cyzicus, seperti juga Kota
Yunani Kuno dan Aetolia, damai sejahtera yang
diinginkan, tetapi Antiochus menolak untuk menerima istilah-istilah mereka. Ia
memperbaharui peperangan, tetapi dikalahkan pada Raphia tahun  217, dan berkewajiban menyerah Phoenicia dan Coelesyria; Seleucia, namun, ia dinyimpan. Ia mengerjakan
untuk menguasai nya berayun/ mengayunkan lagi; kembali semua wilayah dari
Negara-Negara Timur Jauh. ekspedisi Nya melawan terhadap Bactria dan Parthia memperoleh untuk dia nama
panggilan dari "Great." Dalam tahun 209 ia mengangkut harta dari dewi
Aine di Ecbatana, yang dikalahkan Parthians, dan dalam tahun  208 melawan terhadap Bactrians. Kemudian ia
membuat suatu perjanjian dengan satu Pemimpin orang India, dan lalu kembali ke
Barat melalui Arachosia dan Carmania, memaksa Gerraean Arabs itu untuk
melengkapi dia dengan kemenyan, kemenyan/dupa dan perak. Lalu ia mengambil  Efesus, ia membuatnya sebagai  markas besar nya. Dalam tahun 196 ia telah
menyeberang Hellespont dan membangun kembali
Lysimachia. Hannibal
mengunjungi Antiochus di Efesus tahun kemudian 
dan menjadi salah satu dari penasehat-penasehat raja. Ia mencari
persahabatan juga dari Eumenes dari Pergamum,namun
tidak berhasil  . Roma sekarang meminta
raja bukan itu kepada turut campur tangan Eropa, atau untuk mengenali hak dari
Roma itu untuk melindungi orang Yunani 
di Asia. Suatu peperangan terjadi tiba-tiba dalam 192, dan Antiochus
dibujuk datang kepada Yunani. 
 Aetolians memilih dia dan  meminta Acheans itu untuk bersikaf  netral. Tetapi Philopoemen yang patriotik
memutuskan bahwa satu persekutuan dengan Roma adalah untuk lebih disukai.
Antiochus Calchis yang ditangkap pertama; lalu berhasil di dalam memperoleh
posisi yang kuat di Boeotia, dan kemudian diikhtiarkan untuk mendapat harta
benda Thessaly, tetapi mengundurkan diri di pendekatan dari pasukan; bala
tentara Macedonian. Dalam tahun 191 Roma membuat suatu deklarasi yang formal
peperangan di Antiochus, yang, selagi pada waktu itu di Acarnania, kembali ke
Calchis, dan akhirnya berlayar kembali ke Efesus. Roma mendapat kembali harta
benda Boeotia, Euboea dan Sestus; tetapi Polyxenidas mengalahkan armada Roma
itu dekat Samos, pulau yang, bersama-sama dengan Cyme dan Phocaea, jatuh masuk
ke tangan-tangan dari Antiochus. Polyxenidas yang pemenang, namun, segera
stabil suatu penghancuran mengalahkan oleh Roma, dan Antiochus meninggalkan
Lysimachia, meninggalkan satu jalan yang terbuka ke Asia
kepada Roma. Ia akhirnya dikalahkan pada Magnesia dan memberitahukan ke Scipio,
yang dulu pada Sardis,
bahwa ia mau berdamai; tetapi Scipio memerintahkan/memesan dia untuk mengutus
duta-duta ke Roma. Suatu keputusan dicapai dalam 189; Raja yang Asia
boleh;berkewajiban menolak; menyangkal segalanya di sisi Roma itu dari Taurus;
serah semua kapal nya dari peperangan tetapi sepuluh dan membayar 15,000
talenta ke Roma, dan 500 kepada Eumenes. Antiochus berbaris melawan terhadap
memberontak Armenians dalam tahun 187. Untuk mengisi perbendaharaan yang
dilelahkan nya, ia mencoba untuk merampas suatu bait suci dan kedua-duanya ia
dan para prajurit nya dibunuh oleh Elymeans. 
Antiochus IV
Tidak
diketahui secara pasti Apakah ia  putra
Alexander Balas, namun ia  mengklaim
sebagai putra Antiochus Epiphanes. Alexander meninggalkan tahta itu kepada
putra nya dalam 146 BC. Raja yang muda yang dipensiunkan oleh raja Arabia--perhaps melalui paksaan. Ia merupakan Diplomat
yang pintar dan umum mahir, Tryphon, yang digantikan pertama di dalam membujuk
kepada sisi nya kedua para pemimpin Bangsa Yahudi, Jonathan dan Simon, dan
lalu, atas pertolongan lengan, di dalam membuat orang-orang Aram mengenali anak
didik nya. Secepat kerajaan telah dengan kuat dibentuk/mapan, Tryphon membuka
kedok proyek-proyek nya: ia tadinya ambisius hanya bagi diri-Nya; Antiochus
tadinya hanya satu instrumen di dalam tangan-tangan nya. Pada tahun  143; setelah suatu pemerintahan dari suatu
yang kecil lebih dari tiga tahun, Antiochus dibunuh oleh Tryphon, yang menaik
tahta dirinya (1 Macc 13:31) 
Antiochus IV; Antiochus Epiphanes 
Anak dari
Antiochus III yang menjadi raja setelah saudara nya, Seleucus IV, telah dibunuh
oleh Heliodorus. Sebagai seorang anak laki-laki Antiochus tinggal di Roma
sebagai suatu sandera. raja-raja Pergamene, Eumenes dan Attalus, yang
digantikan di dalam menempatkan atas tahta, saudara Seleucus, meski Heliodorus
mempunyai ingin kepada naik takhta dirinya. Raja yang muda bahkan lebih mencoba
usaha baru dibanding ayah nya. Ia ditarik kembali untuk mengatasi suatu
pertengkaran antara Onias III dan saudara nya, Jason, pemimpin fraksi
Hellenizing di Yerusalem, dan Onias 
diusir (2 Macc 4:4-6). Jason menjadi imam tinggi sebagai penggantinya (2
Macc 4:9-16; 1 Macc 1:10-15;). Antiochus dirinya setelah itu mengunjungi
Yerusalem dan secara isyarat menghormati (2 Macc 4:22). Di kematian Ptolemy VI
dalam 173, Antiochus menuntut Coelesyria, Palestina dan Phoenicia; lalu sesudah itu peperangan terjadi
tiba-tiba antara Aram
dan Mesir. Di dalam peperangan ini Antiochus pemenang. Ptolemy Philometor
dipenjarakan, dan Antiochus telah dirinya memahkotai raja Mesir (171-167 BC)
pada Memphis; lalu sesudah itu Alexandria memberontak dan memilih saudara
Ptolemy sebagai  raja mereka. duta besar
Roma Itu, Popilius Laenas, yang dituntut penyerahan dari Mesir dan sarak yang
segera tentangnya diri sendiri melembagakan raja. Antiochus menghasilkan;
menyerah Pelusium dan menarik diri armada nya dari Cyprus,
tetapi menyimpan Coelesyria, Palestina dan Phoenicia. 
 Sekali pun Antiochus di suatu kampanye yang
kedua di Mesir, ia mendengar tentang pengepungan dari
Yerusalem. Ia kembali[kan
dengan segera, membunuh banyak ribuan penduduk/penghuni-penduduk/penghuni dan
merampok bait suci tentangnya harta-harta (1 Macc 1:20-24; 2 Macc 5:11-21).
Oleh larangan nya penyembahan Yahudi itu dan pengenalan atau penggantian nya
penyembahan dari Olympian Zeus (1 Macc 1:54; 2 Macc 6:2;)ia menyempurnakan
pemberontakan/huru-hara Bangsa Yahudi, di bawah Maccabees, kepada siapa ia
membuat satu peperangan yang gagal dalam 167-164 BC. Setelah peperangan ini
Antiochus yang dipensiunkan kepada provinsi-provinsi yang dari timur dan
meninggal, setelah mempunyai gagal dalam satu serangan di bait suci dari
Matahari di Elymais, di Persia.
 
Antiochus V 
 Anak dan pengganti dari  Antiochus Epiphanes, yang dinaikkan tahta
sebagai suatu semata-mata anak laki-laki (163-161 BC) di bawah pengawalan dari
Lysias, yang memimpin satu ekspedisi kepada pembebasan?lukisan timbul dari
Yerusalem, yang telah dikepung oleh Judas Maccabeus (1 Macc 6:18-30;), yang
dulu dikalahkan (1 Macc 6:42). Antiochus lalu mengepung Yerusalem. Damai
sejahtera akhirnya disimpulkan di kondisi yang Yahudi harus tidak dipaksa untuk
mengubah setiap dari bea keluar dan masuk mereka yang nasional (1 Macc 6:55-60;
S). Filipus, saudara angkat laki-laki raja itu (2 Macc 9:29), dikalahkan pada Antioch, hanya segera
setelah itu Lysias dan Antiochus sendiri dikalahkan oleh Demetrius Soter, putra
Seleucus Philopator (1 Macc 7:4; 2 Macc 14:2;)
Antiochus VII
Putra
dari  Demetrius Soter dan saudara
Demetrius Nicator, istrinya, Cleopatra, ia menikah ketika Demetrius
dipenjarakan oleh Parthians. Antiochus menggulingkan dan melakukan kudeta atas
, Tryphon, dan naik tahta pada tahun 139 sampai 130 BC. Ia mengalahkan Yohanes
Maccabeus dan mengepung Yerusalem tetapi menyimpulkan suatu damai sejahtera
yang baik dan  takut akan Roma. Kemudian
pertempuran dengan Parthians  ia  dibunuh di dalam pertempuran (1 Macc
15:2-9,28-31). 
[41]
Wahono. Op. Cit, hlm, 266
[42]
John Drane, Memahami Perjanjian Lama II, Persekutuan Pembaca Alkitab, Jakarta
2002, hlm, 112
[43]
H. Jagersma, Dari Aleksander Agung Sampai Bar Kokhba, Gunung Mulia, 2003
hlm,  80
[45]
Ibid, hlm,  273
[46]
Jagersma, Op. Cit, hlm,  81-82
[47]
Hinson, Op. Cit, hlm  248
[48]
Drane, Op. Cit, hlm,  114
[49]
Dj. Douglas (ed), Op.Cit, hlm, 8
[50]
Drane, Op. Cit, hlm,  114-145
[51]
Khasidim (bhs. Ibrani) artinya orang-orang saleh, adalah nama dari sebuah
golongan yang selama dalam pemberontakan Makabe dan sesudahnya mempunyai
peranan penting.
[52]
Hinson. Op.Cit, hlm, 248
[53]
C.Barth, Theologia Perjanjian Lama, (Jakarta: BPK gunung Mulia, 1985),
hlm, 167
[54]
Ibid, hlm, 168 
[55]
Ibid, hlm, 169
[56]
PK. Dilon, Tafsiran Mikha, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1977), hlm, 87
[57]
Ibid, hlm,  88
[58]
Ibid, hlm  89
[59]
Ibid, hlm, 90
[60]
Ibid, hlm, 90
[61]
Ibid, hlm, 91
[63]
Ibid, hlm, 932
[64]
Ibid, hlm, 933
[65]Ibid,
hlm,  932
[66]
Ibid, hlm, 933
[67]
Carroll Stuhlmuller, Op. Cit, hlm 683
[68]
Ibid, hlm, 683
[69]
Ibid, hlm 683
[70]
Ibid, hlm 92
[71]
Seleukus  merupakan salah seorang
jenderal Aleksander  yang  menguasasi 
bagian pronpinsi  Timur  sesudah Aleksander  meninggal, 
dan menjadi orang pertama yang  
mengusulkan pemisahana kerjaannya. 
Sesudah pertempuran  Ipsus  tahun 301 sM, ia   mendirikan  
pelabuhan  Seleukia (di Pieria),
untuk memperlancar  pelayanan di ibu kota  Antiokia 
yang baru dibagian   barat.  Kerajaan Seleukus    kemudian diperluas  hingga   
meliputi   seluruh Asia kecil. 
Diansti  mereka kebanyakan memakai
nama Seleukus dan  Antiokhus, yang
memerintaha dari Siria  selama   2.5 
abad, hingga dipecat    oleh
penguasa   Romawi. Jumlah penduduk   yang besar  
dan amata heterogen  
memerlukan    politik
helenisasi   aktif, agar   kekuasaan 
mereka tetap  bertahap kuat. Namun
karena palestina  berada pad posisi
daerha perbatasan yang bersengketa dengan 
raja-raja    Ptolomeus dari  Mesir, maka kemudian menimbulkan   kesulitan bagi   orang Yahudi.  Akibat terjadilah pemberontakan   oleh makabeus dengan  lahirnya kerjaa-kerjaan keci;  dan penguasa-penguas   kecil, dan  
juga   munculnya  bidat-bidat keagamaan  yang pada 
zaman Yesus , hal itu adalah akibat dari usaha    Seleukhus  
yang ingin    menguasai  palestina. Lih,  E.A. 
Judge “ Seleukus”, dalam  J.D.
Douglas (ed), Ensiklopedi Alkitab Masa kini Jilid II, terjemahan  H.A. Ompusunggu, (Jakarta: YKBK, 1995), 379
[72] John Stambaugh, Dunia Sosial Kekristenan Mula-mula, BPK-GM, Jakarta, 2004, hlm.49
[73] Lukas Tjandra, Latar Belakang Perjanjian Baru I, Seminari Alkitab Asia Tenggara,
Malang, 1996, hlm. 175
[74]
John Stambaugh, Op. Cit, hlm. 68
[75]
Ibid, hlm. 85-86
[76]
John Drane, Memahami Perjanjian Baru,
BPK-GM, Jakarta,
2005, hlm. 253
[77]
S. Wismoady Wahono, Di Sini Kutemukan,
BPK-GM, Jakarta,
2004, hlm. 376
[78] Artikel
I.H Marshall, Lukas, dalam Soedarmo
(ed), Tafsiran Alkitab Masa Kini 3
(Matius-Wahyu), Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF, Jakarta, 1994, hlm. 185-186
Tidak ada komentar:
Posting Komentar