JAMITA/KHOTBAH
MINGGU 22 JULI 2012 EFESUS 2:11-22
Teks Khotbah
|
Kata-Kata Kunci
|
2:11
Karena itu ingatlah, bahwa dahulu kamu -- sebagai orang-orang bukan Yahudi
menurut daging, yang disebut orang-orang tak bersunat oleh mereka yang
menamakan dirinya "sunat", yaitu sunat lahiriah yang dikerjakan
oleh tangan manusia, --
|
Ingatlah
masa lalumu yang lahiriah (bnd. Ay 1-9)
|
2:12
bahwa waktu itu kamu tanpa Kristus, tidak termasuk kewargaan Israel dan tidak
mendapat bagian dalam ketentuan-ketentuan yang dijanjikan, tanpa pengharapan
dan tanpa Allah di dalam dunia.
|
Hidup
Tanpa Kristus dan Pengharapan (Kematian)
|
2:13
Tetapi sekarang di dalam Kristus Yesus kamu, yang dahulu "jauh",
sudah menjadi "dekat" oleh darah Kristus.
|
Namun
karena Darah Kristus (Penebusan)
|
2:14
Karena Dialah damai sejahtera kita, yang telah mempersatukan kedua pihak dan
yang telah merubuhkan tembok pemisah, yaitu perseteruan,
|
Ia
Mempersatukan kita (Reconsialiasi Allah)
|
2:15
sebab dengan mati-Nya sebagai manusia Ia telah membatalkan hukum Taurat dengan
segala perintah dan ketentuannya, untuk menciptakan keduanya menjadi satu
manusia baru di dalam diri-Nya, dan dengan itu mengadakan damai sejahtera,
|
Ia
menjadikan kita Manusia Baru (Status baru)
|
2:16
dan untuk memperdamaikan keduanya, di dalam satu tubuh, dengan Allah oleh
salib, dengan melenyapkan perseteruan pada salib itu.
|
Ia
Memperdamaikan kita dengan Allah (Reconsiliasi)
|
2:17
Ia datang dan memberitakan damai sejahtera kepada kamu yang "jauh"
dan damai sejahtera kepada mereka yang "dekat",
|
Ia memberi kita Damai Sejahtera
|
2:18
karena oleh Dia kita kedua pihak dalam satu Roh beroleh jalan masuk kepada
Bapa.
|
Menjadi
kita Satu Roh (Diperdamaikan)
|
2:19
Demikianlah kamu bukan lagi orang asing dan pendatang, melainkan kawan
sewarga dari orang-orang kudus dan anggota-anggota keluarga Allah,
|
Menjadi
kita Keluarga Allah (gereja)
|
2:20
yang dibangun di atas dasar para rasul dan para nabi, dengan Kristus Yesus
sebagai batu penjuru.
|
Karena
Kristus Batu Penjuru (Kristus kepala Gereja)
|
2:21
Di dalam Dia tumbuh seluruh bangunan, rapi tersusun, menjadi bait Allah yang
kudus, di dalam Tuhan.
|
Maka
kita Menjadi Bait Allah (gereja)
|
2:22
Di dalam Dia kamu juga turut dibangunkan menjadi tempat kediaman Allah, di
dalam Roh.
|
Tempat
Kediaman Allah(gereja)
|
I.
Pengantar
Tema utama dari surat Paulus
kepada jemaat Efesus adalahmenyoroti tentang “Kristus dan Gereja”. Surat ini tidak ditulis sebagai jawaban
terhadap suatu kontroversi doktrinal atau persoalan pastoral seperti banyak
surat lain, sebaliknya Efesus memberikan kesan akan luapan penyataan yang
melimpah sebagai hasil dari kehidupan doa pribadi Paulus. Paulus menulis surat
ini ketika dipenjara karena Kristus ( Ef 3:1; Ef 4:1; 6:20), kemungkinan besar
di Roma. Tujuan Paulus dalam menulis surat ini tersirat dalam Ef 1:15-17. Dengan tekun ia berdoa sambil
merindukan agar para pembacanya bertumbuh dalam iman, kasih, hikmat, dan
penyataan Bapa yang mulia. Dia sungguh-sungguh menginginkan agar hidup mereka
layak di hadapan Tuhan Yesus Kristus (mis. Ef 4:1-3; 5:1-2). Oleh karena itu,
Paulus berusaha untuk menguatkan iman dan dasar rohani mereka dengan menyatakan
kepenuhan maksud kekal Allah dari penebusan "dalam Kristus"(Ef
1:3-14; 3:10-12) untuk gereja (Ef 1:22-23; 2:11-22; 3:21; 4:11-16; 5:25-27) dan
untuk setiap orang (Ef 1:15-21; 2:1-10; 3:16-20; 4:1-3,17-32; 5:1-6:20). Secara
khusus teks khotbah ini menekankan bagaimana kita yang ditebus oleh Allah.
Di bagian ini Paulus menekankan bahwa dalam penebusan karena kasih karunia oleh
iman, Allah memperdamaikan kita dengan diri-Nya (Ef 2:1- 10) dan dengan sesama
umat tertebus (Ef 2:11-15), dan sedang mempersatukan kita di dalam Kristus
dalam satu tubuh, yaitu gereja (Ef 2:16-22). Tujuan penebusan adalah
"mempersatukan di dalam Kristus sebagai Kepala segala sesuatu baik yang di
sorga maupun yang di bumi," (Ef 1:10).
II.
Ulasan Teks Efesus 2:11-22
Istilah kata ingat sangat penting
dalam nats ini (Yunani: mnemoneuo,
Ing: remember, kata kerja), kata ingat, atau mengingat dalam hal ini merupakan
evalusi diri, upaya mengenal diri akan hidup masa lalu (hidup dalam dosa, hidup
tanpa kristus, tanpa pengharapan, hidup menekanakan hal lahiriah), namun disi
lain hal mengingat juga melihat sisi positif bagaimana Tuhan memberikan
anugerahnya oleh iman atas hidup masa lalu tersebut. Disinilah kita melihat
anugerah Tuhan (charis), di dalam dan
melalui Kristus manusia telah “diatarik, diangkat, ditebus” dengan harga yang
mahal melalui darah Kristus yang tercurah di kayu Salib. Penebusan oleh Kristus
telah membawa “syalom” dari hakikat diriNya sehingga kita dipersatukan satu
dengan yang lain di dalam Tuhan, sehingga oleh penebusanNya tembok pemisah
telah dihancurkan. Tembok pemisah yang menjadi perseteruan antara orang Yahudi
(yang menekankan Sunat) dengan orang yang non Yahudi). Sunat secara lahirian
tidak lagi menjadi jalan dan penentu “legalitas” seseorang menjadi benar di
hadapan Tuhan.
Melalui kematiaNya, maka kita
telah ikut mati dalam kematianNya dan bangkit di dalam kebangkitanNya, dengan
demikian di dalam kematianNya Yesus telah mengenapi Hukum Taurat, dan Hukum
Taurat tidak lagi menjadi ukuran dan penentu manusia dibenarkan, karena hanaya
oleh anugerah Tuhanlah kita memperoleh status baru oleh iman.
Melalui anugerahNya juga kita
tidak lagi mempersoalkan antara orang yang dekat (Yahudi) dengan orang yanag
jauh (non Yahudi), sebab damai sejahtera Tuhan (syalom) diberikan secara
universal dan personal. Dengan demikian maka kita menjadi SATU ROH (satu sumber
kehidupan), satu Bapa, kita menjadi satu KELUARGA ALLAH (Family Dei), relasi
kita dibangaun dalam kasih persaudaraan, yang dibangun dalam dasar para rasul
dan nabi, dengan KRISTUS SEBAGAI BATU PENJURU, sehingga semua orang percaya
menjadi tubuh Kristus, BAIT ALLAH dan tempat KEDIAMAN ALLAH. Disinilah hakikat,
fungsi dan peranan kita sebagai “gereja” yang hidup.
III. Refleksi dan renungan:
1.
Jika
kita mengingat bagaimana kita ditebus oleh Allah melalui kematian Kristus, maka
kita diingatkan bahwa hidup kita ini adalah hanya karena anurerah Tuhan semata.
Maka tidak ada yang perlu kita “sombongkan” dari hidup kita dihadapan Tuhan dan
juga bagi sesame manusia. Setiap saat kita perlu merenungkan berkat Tuhan bagi
kita, setiap saat kita juga perlu mengevaluasi sikap dan tindakan kita.
2.
Di
hadapan Tuhan kita adalah sama, maka sikap yang perlu kita bangun adalah
bagaimana kita membangun relasi yang baik atas anugerah Tuhan, tanpa
membedabedakan satu dengan yang lain, menghilangkan sikap primordialisme,
bagaimana kita menempatkan diri kita terhadap orang lain
3.
Bagaimana
kita membangun kasih persaudaraan sebagai keluarga Allah (oikos), kesatuan dan
persekutuan sebagai hakikat Gereja. Tantangan yang paling sulit sekarang adalah
kita sulit untuk berbeda pendapat, sehingga memicu konflik dan melahirkan
kelompok dan golongan. Allah tidak menyukai adanya tembok, perseteruan diantara
kita dengan meng klaim kita yang palin layak, dan paling benar dari pada orang
lain. Baiklah kita menghilangkan paradigm lama dan hidup dalam paradigm baru
sebagai anggota tubuh kristus.
4.
Dasat
kesatuan kita hanya didalam Kristus yang telah mendamaikan dan mempersatukan
kita dengan Allah dan sesama melalui darah Kristus. Dengan demikian orang yang
percaya dengan Kristus, maka kita juga dapat menerima orang lain dengan segalaa
kelebihan dan kekurangannya. Kita pasti memiliki perbedaan, baik latar belakang
social, budaya, pendidikan, ekonomi, profesi dan sebagainya, namun bagaimana
hal itu telah menjadi alasan bagi kita untuk membangun tembok, dan kelompok
yang memicu perseteruan. Perbedaan bukan sesuatu yang harus kita perbincankan ,
apalagi memperdebatkannya karena akan memicu kaos dan konflik. Kita tidak perlu
mengklaim diri kita lebih baik dari orang lain yang membangun sikap sombong.