I. APA DAN BAGAIMANA: ARTI APOKALIPTIK, CIRI-CIRI
APOKALIPTIK, DAN THEOLOGIA APOKALIPTIK
1.1.
Latar Belakang
Menjelang akhir abad
ke 3 sM banyak sastra yang dihasilkan dunia Yunani termasuk munculnya sastra
apokaliptik. Pada masa ini juga terjadi proses penulisan
kitab suci tulisan Ibrani ke
terjemahn Yunani (septuaginta). Kanon kitab suci yang ditulis di Palestina dalam bahasa Ibrani atau Aram, beberapa
diantaranya tergolong Apokaliptik, yang kemudian hari diterjemahkan ke dalam
bahasa Yunani dan dikenal di
kalangan orang-orang Yahudi diaspora (perantauan) yang berbahasa Yunani. Kemudian diantaranya masuk ke dalam septuaginta yang akhirnya diambil alih
gereja Kristen. [1]
Pada dasarnya unsur-unsur muatan tentang apokaliptik telah muncul dalam dunia Kanaan, mitos-mitos zoroaster, peramal-peraal
Babilonia, mitos-mitos Yunani, sejarah-sejarah Helenis, keyahudian, orang-orang
bijaksana dan kemungkinan dimunculkan
oleh pengarang-pengarang masa lampau.[2]
Menurut Herbert: naskah-naskah atau tulisan
apokaliptik berasal dari karya
tulisan-tulisan Yahudi dan Kristen yang
di tulis di Mesir dan di Palestina
selama periode dari tahun 200 sM sampai dengan tahun 200 M.
Kata apokaliptik berasal dari bahasa Yunani yang berarti “wahyu”. Adapun
tulisan apokalaiptik adalah sebuah jenis
tulisan yang muncul diantara orang Yahudi dan Kristen untuk menunjukkan sebuah
ratapan, kisah-kisah tentang surga dan duniawi, kemanusiaan dan Tuhan,
malaikat-lmalaikat, setan-setan/iblis,
hidup dunia pada masa kini dan
masa yang akan datang. Tulisan
apokaliptik mungkin muncul dalam
tradisi kenabian Israel, namun
diperkirakan muncul beberapa abad setelah masa peran kenabian dalam Israel.
Nabi terakhir dari Israel adalah
Maleakhi tahun 450 sM. Dalam Alkitab
ada dua buku apokaliptik
yakani buku Daniel dalam PL dan Wahyu dalam PB, dua contoh
buku tesebut merupakan
bentuk tulisan apokalptik yang baik yang
mengikuti tradisi buku-buku Yahudi dan Kristen[3]
Secara khsus Dalam PL sastra Apokaliptik ditemukan
dalam Yesaya 24-27, Yer 24:1-3,
Hesekiel 1-37, dan puncak
apokaliptik ditemukan dalam kitab Daniel (200-64 sM), namun banyak buku-buku yang bersifat apokaliptik yang tidak termasuk
dalam kanon. [4]
Memang banyak tulisan-tulisan Apokaliptik sebenarnya masih dipertimbangkan, misalnya tulisan yang ditemukan di Qumran (laut Mati) dan komentar-komentar tulisan orang Yahudi. Adakalanya tulisan-tulisan apokaliptik sulit untuk dimengerti
dan dibuktikan secara duniawi, oleh sebab itu nubuatan tentang Apokaliptik hanya dapat diterima dalam sikap iman dan
pengharapan. Dalam hal ini nubuatan tentang masa
depan dipahami sebagai perbuatan
Tuhan atas kejadian-kejadian yang terjadi dalam sejarah dunia (Yes 7).
Walaupun mungkin apokaliptik tidak
dapat dibuktikan dengan perpekstif
apokaliptik eskatologi yang berhubungan dengan kehidupan masa sekarang,
dimana apokaliptik tersembunyi dalam
apokaliptik yang akan datang. Namun
pandangan tersebut dibiarkan
saja bertumbuh. Sejarah dan
kondisi sosial boleh-boleh saja menunutun setiap kelompok masyarakat dalam perspektif ke
ideologi yang berlawanan antara pengharapan
dan sejarah kenyataan yang
dihubungkan dengan kondisi sosial politk[5]
Dari paparan diatas dapat disimpulkan bahwa pengaruh dan
perkembangan apokaliptik dilatar belakangi oleh dua faktor yakni pertama: pengaruh gerakan Juadaisme dan
Helenisasi dan kedua; pengaruh
perkembangan dan tekanan politik yang
menimpa orang Yahudi.
1.2.
Etimologi
Istilah Apokaliptik
berasal dari kata Yunani apokaloptein apokaloptein artinya penampakan
(to reveal) dan apokalufij apokalupsis artinya membukakan rahasia (revelation) Arti kata
tersebut dapat ditemukan dalam Wahyu 1:1;
Mat 16:17, Efesus 3:1-5 (Parousia); Luk 17:30; Rom 2:5; 2 Tess 1:7; 1
Pet 4:13. Panggilan sebagai Rasul yang
langsung diterima dari Allah : Gal 1:11-17. Dalam PB sejarah keselamtan itu
“dinyatakan” atau dibuka, namun tidak dijelaskan
perbedaan antara apokaliptik dengan eskatologi, hal ini menjadi
problematika dalam PL. [6]
Lazimnya Apokaliptik mengacu pada suatu hal yang sebelumnya tersebunyi namun kini telah disingkapkan. Istilah apokaliptik pada awalnya merupakan suatu ungkapan teknis yang dipakai
oleh gereja sejak abad ke 2 sM untuk menunjukkan suatu jenis
sastra yang erat hubungannnya dengan Wahyu
kepada Yohnnes dalam PB, dan
kemudian menjadi sebutan untuk gaya
bahasa peneulisan seperti itu.
Oleh sebab itu pada awalnya
“apokaliptik” adalah satu kata yang sulit
dibuat batasannya.[7]
1.3.
Mengenal Sastra Apokaliptik.
Sastra
apokaliptik merupakan jenis tulisan penyataan ilahi yang dihasilkan dari
lingkungan keyahudian sekitar tahun 250 sM
dan tahun 100 sM yang kemudian diambil alih dan dipertahankan oleh
gereja. Gaya pengkungkapannya nampaknya
sulit diterima, sebab isinya akan membawa pembaca pada satu dunia khayalan dan mimpi yang gaib dan menakjubkan, ada binatang-binatang dengan
tanduk yang panjang, ular naga yang menyemburkan api, binatang-binatang yang berjatuhan, orang
yang berkuda yang misterius, gunung-gunung yang gaib, sungai-sungai suci,
gempa-gempa bumi yang menghancurkan, raksasa-raksasa yang mengerikan, anak-anak
setan, persalinan yang dasyat, pertanda
di sorga dan pertanda dilangit. Gaya
penulisan apokaliptik yang paling jelas ditemukan dalam Kitab Daniel
dan Wahyu. Untuk kedua kitab tersebu, H.H. Rowley
merumuskan “Bukan hanya kebetulan saja
dimana yang satu dimasukkan dalam PL dan
satu lagi dimasukkan dalam PB, sebab keduanya memiliki makna yang lebih khusus dari semua kitab lainnya[8] yang
ada diantara keduanya”.
Untuk memperoleh ruanglingkup tentang apokaliptik,
maka perlu membuat batasan apokaliptik
berdasarkan tanda-tanda atau ciri-ciri
sastra apoaliptik meliputi:[9]
Ø Ada gagasan tentang
dunia luar
Ø Adanya
mitos
Ø Penglihatan-penglihatan tentang jagat raya
Ø Pemahaman
sejarah yang tanpa pengharapan
Ø Dualisme
Ø Pembagian
sejarah kurun-kurun waktu
Ø Pengajaran
mengenai dua zaman, masa kini dan masa yang akan datang.
Ø Angka-angka
sebagai simbol
Ø Penegasan
yang dibuatbuat atas atas pengilhaman
Ø Pemakaian
nama penulis samaran, dan sikap mental
yang tertutup terhadap kalangan luar (esoterisme)
Ø Sastra
apokaliptik bersifat esoteric
Ø Bentuknya berupa
sastra
Ø Tuliasna
apokaliptik juga menuliskan tentang
“Surga baru dan dunia baru”. Tulisan apokaliptik menuliskan tentang penciptaan kembali. Surga akan datang sebagai
sebuah surga yang baru dan dunia yang
baru dan menggantikan dunia yang lama dengan penciptaan dunia yang baru oleh hukum dan
ketetapan Allah (Wahyu 20-22; 2 Henokh 65:7-10; 2 Barukh 48)[10]
Ø Memakai
bahasa simbolik dan penulisnya
memakai bahasa simbolik dan
penulisnya memakai nama samaran. Herbert mengatakan bahwa “penggunaan simbol
dalam buku-buku apokaliptik memiliki maksud dan tujuan. Simbol menjadi
kekuataan, simbol-simbol yang dipergunakan
penulis buku apokaliptik adalah
beraneka ragam. Adapun maksud dari simbol tersebut adalah untuk membuat
perbedaan antara yang baik dan yang
jahat yang besumber dari kekuatan iblis.[11]
Ø Tentang
kerajaan Allah (bnd Henokh 41), dimana dunia
akan diadili oleh Allah sebagai hakim. Apokaliptik lain menekankan tentang kerajaan Allah seperti hukum
di dalam penciptaan baru (Henokh 84:3, Wahyu 11:15, Dan 4:17). Hampir seluruh buku-buku apokaliptik mengggambarkan tentang kerajaan atau hukum daripada Allah sebgai pusat. Dan
seluruh peristiwa adalah berasal dari Allah.[12]
Seorang Mesias akan datang sebagai mediator antara Allah dan
manusia dalam rangka keselamatan dunia[13]
Ø Tulisan
apokaliptik juga menekanakan tentang
sukacita manusia pada masa yang akan datang. Sukacita akana
membawa manusia kepada Allah dan manusia akan merasakan kehidupan yang penuh arti dalam
kehidupan yang baru[14]
(bnd Yes 25-26:16)
Sehubungan dengan
ciri apokaliptis di atas maka unsur-unsur yang terdapat dalam agama para nabi meliputi:[15]
1.
Dualisme; Para
nabi menempatkan penyelamatan terakhir dalam dunia
ini. Dunia baru yang akan datang tidak terlepas dari dunia yang terus berjalan, walaupun dalam
dunia baru tersebut segala kejahatan akan dihapuskan. (Yes 11:6-9). Dunia baru
yang akan datang adalah akibat dari
kedatangan Ilahi, bukan akibat dari proses-proses alami yang bekerja dalam sejarah ( Yes 26:21, 24:1-4). Oleh
sebab itu para penulis apokaliptik
mengembangkan ide tentang adanya
dua zaman, yakni masa kini dan masa yang akan datang.
2.
Determinisme yakni
kedatangan zaman baru tergantung dalam
kuasa Allah, manusia dalam hal ini mampu untuk menjegah atau menentukan.
3.
Pesimisme.
Penulis apokaliptik mendambakan
kemenangan akan kedatangan kerajaan Allah pada akhir zaman, namun mereka pesimis tentang hal itu. Dalam hal ini segala pergumulan yang sulit
dijawab oleh manusia hanya dapat melalui pengharapan akan masa akan datang
4.
Sikap etis
pasif. Penulis
Apoliptik tidak menekankan tentang hukuman seperti yang ditekankan oleh para nabi. Namun penulis
melihat bahwa Israel masih menderita yang dipahami tidak layak. Penulis apokaliptik tidak
menyoroti secara tegas tenetang persoalan moral dan
etis, terkecuali dalam
wasiat dua belas
bapak leluhur.
Klaus Koch
memperjelas dengan membedakan apokalipsis
dan apokaliptik. Apokalipsis dibatasi jenis
sastra, dan apokaliptik dipahami sebagai gerakan intelektual. Apokaliptik
ditulis dalam bahasa Ibrani dan Aram dan yang termasuk dengan apokaliptik adalah kitab Daniel, I Henokh, II Barukh, IV Ezra,
Apokalipse Abraham dan Kitab Wahyu Yohanes.[16]
Kemudian
P.D. Hanson mengusulkan pembedaan dan pembagian menjadi tiga yakni[17]
a.
Apokalipsis, yakni satu jenis
sastra yang ditemukan bersama-sama
jenis sastra lainnya seperti
kitab wasiat, ucapan kenabian yang memaklumatkan penghakiman
dan keselamatan dan perumpamaan
yang digunakan oleh penulis-penulis
apokaliptik
b.
Eskatologi apokaliptik, yaitu
perspektif tentang rencana-rencana Allah dalam hubungannnya
dengan kenyataan-kenyataan dunia.
c.
Apokaliptisisme dibatasi sebagai gerakan sosial keagamaan yang mengambil alih wawasan eskatologi
apoaliptik, tetapi karena
“gerakan” seperti itu mengungkapkan dirinya
dengan cara-cara lain
sebagai akibat dari keadaan-keadaan kesejarahan yang terus berubah, maka tidaklah
mungkin untuk memberikan ‘batasan
pemikiran yang resmi terhadap apokaliptisisme”.
Namun
pembagian rangkap tiga ini ditolak oleh
Knibb dan juga Micahel Stone, sebab apoakaliptisime tidak dapat dipisahkan dengan apokalipsis itu sendiri. Mereka memberi saran untuk meninggalkan isitilah apokaliptisisme dan mempertahankan istilah eskatologi
apokaliptik dan apokalipsis.[18]
Collins merumuskan bahwa
“Apokalipsis”
adalah jenis sastra mengenai penyataan ilahi yang
disampaikan dalam kerangka cerita.
Penyataan ini sampai kepada
seorang manusia sebagai
penerimanya melalui perantara “oknum” adikodrati. Melalui oknum ini disisipkanlah
kepadanya suatau kenyataan yang luar kawasan dunia, kenyataan
transedndden. Kenytaan ini bersifat
waktu, sejauh yang digambarkannya
adalah keselamtan eskatologi dan bersifat spasial sejauh kawasan lain yang
adikodrati tercakup juga”.[19]
Dari paparan
diatas D.S. Russel menyimpulkan
bahwa apokalipsis sebagai satu jenis
sastra yang mencakup pokok yang
luas, dan memberi gambaran yang lebih rinsi mengenai kawasan sorgawi, sejarah Yahudi dan nasip dunia dan keberadaaan orang yang
tinggal didalammnya dan semua itu telah disingkapkan sebagai penyataan yang diterima langsung dari
Allah melalui mimpi atau penglihatan atau melalui malaikat-malaikat
yang diutus.
Apokaliptik merupakan suatu kawasan keagamaan tertentu atau sekelompok ide yang
diperlihatkan di dalam apokalipsis atau sastra-sastra lain yang berkaitan, suatu wawasan yang lebih luas
daripada eskatologi, namun memiliki ciri perenungan
tentang “hal-hal atau
penghakiman masa yang akan datang”, dan
lebih luas dari kitab-kitab yang
disebut “apokalipsis”.
Eskatologi
apokaliptik merupakan ungkapan kepercayaan mengenai akhir zaman yang ditemukan dalam
tulisan-tulisan yang mengetengahkan
kawasan apokaliptik. Dari aspek latar
belakang, eskatologi kenabian dan eskatologi
apokaliptik memiliki korelasi
satu dengan yang lain. Namun keduannya tidak sama, dan perbedaan
setidaknya dalam dua segi: Eskatologi
kenabian memandang keselamatan bersifat universal yakni untuk sisa umat
yang benar, sedangkan ekatologi apokaliptik
memandang untuk orang perorangan,
eskatologi kenabian memusatkan
perhatian pada kawasan dunia
dan pemulihan Israel, sedangkan eskatologi apokaliptik berpusat pada suatu kawasan di luar dunia yang didalamnya kebahagiaan
dan penghakiman sesudah kematian dialami. [20]
Kitab apokaliptik merupakan dokumen atau catatan-catatan keagamaan yang lahir pada zamannya
sekitar tahun 250 sM sampai 100 sM. Dokumen itu tidak hanya catatan historis
saja, namun merupakan catatan dan
refleksi iman yang diperlihatkan
bangsa Israel ketika mereka
diperhadapankan pada krisis dan
problematika akibat ancaman dari penindas. Kitab itu merupakan catatan pergumulan iman dan
gejolak batin yang berlangsung
selama 3 abad. Sastra apokaliptik mengungkapkan
kehampaaan pengharpan jika ditinjau dari
aspek politik dan sejarah
bagi umat. Oleh sebab itu tulisan apokaliptik melukiskan penderitaan yang menimpa umat adalah “perang
antara Allah dengan dunia kegelapan“
oleh sebab itu maka umat diarahkan
untuk melihat ke sesuatu yang berada
di luar sejarah yakni campur
tangan Allah yang ajaib dan luar bisa, rayakan akan membebaskan segala
ketidakadilan yang telah menimpa umatNya[21]
Latar belakang munculnya sastra apokaliptik sangat
dipengaruhi perkembangan kebudayaan
Yunani dan pengaharpan orang
Yahudi. Kebudayaan Yunani mendapat
perhatian yang istimewa bagai Raja
Aleksander Agung (336-323 sM),
namun apokaliptik Yahudi
sangat bertentangan dengan nilai
yang dibawa oleh kebudayaan Yunani
tersebut. Aleksander sangat giat dan berusaha menyatukan
semua peradaban barat adan Timur
yang mengacu pada kebudayaan Yunani. Oleh sebab itu segala hambatan baik aspek politik dan kebudayaan,
dan kebangsaan diruntuhkan dan
semua latar belakang harus merasakan
bagian dari “dunia yang didiami” (Oikumene). Proses helenisasi sinkritisme, melibatkan pengaruh agama-agama Timur Kuno dari Babel dan Persia
memiliki pengaruh yang besar. Ketiak
Aleksander merebut Kerajaan Babel dan kemudian Persia, dan juga bergerak menuju ke India, menjadikan percampuran
kebudayaan-kebudayaan Timur dan Barat dan akhirnya mempengaruhi kehidupan dan agama-agama bangsa Yahudi di seluruh diaspora kecuali Yerusalem sendiri.[22]
Pada masa pemerintahan Ptolomeus dan Seleukid percampuran keagamaan
antara Yudaisme dan helenismey ang hiup berdampingan membuat orang Yahudi tidak
bergairah dan sebaliknya mereka
berusaha untuk mempertahankan
tradisi nenek moyang mereka, dan keretebukaan agama dan kebudayaan terhadapa
helenisme merupakan ancaman besar bagi
kehidupan mereka. Orang Yahudi memahami
janji Allah melalui nabi-nabinya dan
sama sekali bertentangan dengan janji
dalam konsep kebudayaan helenisme
suatu zaman baru, yang didalanya orang
mengalami pembebasan dan pikiran
serta kesadaran mereka dibukakan.[23]
Ditengah tantangan tersebut orang Yahudi mengalami pertentangan antara pengaharapan dan
kenyataan sejarah, dan realitas
pergumulan disekitar mereka, mereka
tidak menemukan jala keluar dan menyakini
hanya Allah satu-satunya jalan keluar
yang datang turun tangan untuk mendirikan kerjaan-Nya melalui utusan
yang diurapinya, kerajaan yang di dalamnya musuh akan dibinasakan dan Israel
akan merenima kedaulatan dan
kekuasaaan untuk selamanya. Inilah keyakinan dan amanat para penulis
apokaliptik. Penulisan apokaliptik memahami bahwa tindakan
pembebasan Allah dalam sejarah bukan berhenti disitu saja,
namun akan disingkapkan penyataan Allah yang memberikan jaminan pembebasan
akan dialami sesudah sejarah dunia
berakhir. Jika Aleksander berencana menyatukan umat
manusia di dalam satu ”dunia yang didiami” namun
penulis Apokliptik meyakini rencana Allah lebih agung yakni
menyatukan semua sejarah manusia
dan bahkan seluruh jagat dalam satu kesatuan yang
berwujud dalam kedatangan kerajaan-Nya
ketika umat Allah ada akhirnya menerima warisan yang dijanjikan kepada mereka. Dalam pengharapan itu digambarkanlah langit dan bumi seolah-olah melebur menjadi satu, dan hal-hal sorgawi dan
duniawi menyatu.[24]
II. SASTRA APOKALIPTIK MUNCUL PADA ABAD
ATAU PADA MASA PENGEJARAN
TERHADAP YAHUDI, YANG MEMPERTAHANKAN IMAN ISRAEL YANG MENCAPAI PUNCAKNYA PADA ABAD KE 2 SM YAKNI PADA ZAMAN ANTIOKHUS IV, PADA ZAMAN INILAH MUNCUL KITAB DANIEL PADA ABAD KE 2 SM.
Eskatologi Kenabian Sebagai Akar Apokaliptik
Sebagaimana yang telah disinggung di atas bahwa: Para
ahli memberi argumen bahwa pengaruh utama
akar apokaliptik adalah berasal adari kenabian Perjanjian Lama, dan berkembang mencapai puncaknya pada awal abab ke 2 sM. Sehubungan dengan hal itu Otto Ploger menilai
bahwa asal usul apokalipti sampai pada
pengharapan eskatologi kenabian
dari abad ke 5 sM sepeti tulisan
Yesaya 24-27, Zakharia 12-14, dan Yoel
3-4 dan berkembang dalam kitab
Daniel pada abad ke 2 sM. [25]
Hanson menyimpulkan bawah mulai
abad ke 6, terjadi perubahan
eskatologi kenabian menjadi apokaliptik
dalam kitab nabi-nabi terakhir Israel. Oleh sbb itu ia menggabarkan bahwa Deutro Yesaya sebagai “proto apokaliptis” (Yes 24-27,
34-35, 60-62 dan Zak 9-10 sebagai “apokaliptis pertengahan” pertengahan abad ke 5 sM) dan bagian trito Yesaya dan Zak 11
sebagai apokaliptis dalam bentuk yang
sepenuhnya (475-425 sM)[26]
Bangsa Yahudi
mengalami tekanan keagamaan, politik dan budaya semakin berat pada masa pemerintahan
Antiokhus Efifanes IV, pada saat itulah jugalah kitab Daniel ditulis.
Kebijakan pemerintahakan Antiokhus sangat gencar mendorong untuk melakukan proses helenisasi lebih agresif lagi untuk menjamin keutuhan kerajaannya. Ia
melakukan pengangkatan Imam besar atas Yahudi, dimana hal ini melahirkan pemberontakan. Namun sang raja mulai
marah dan menindak
orang-orangYahudi dengan menajiskan bait Allah dan merampas semua
perlengkapan bait Allah. Pada tahun 167
sM, Antiokhus mengeluarkan ultimatum dan
perintah untuk melarang orang-orang Yahudi menjalankan hukum-hukum dan adat-istiadat nenek moyang dan
ciri-ciri kebepercayaan orang
Yahudi dilarang untuk dilaksanakan,dan jika
melanggar akan dihukum mati. Puncak penghinaan yang terhadi ketika altar dewa
Zeus Olympus ditempatkan di atas
altar bait Allah dan disitu
daging babi dipersembahkan sebagai sesajen ( II Makabe 6:2, Dan 11:31, 12:11)[27]
Ditengah
fenomena sosial yang mengancam orang Yahudi tersebut lahirlah
tulisan-tulisan Apokaliptik
Tulisan-tulisan tersebut berupa pernyataan-pernyataan ilahi yang memberikan penghiburan dan kekuatan bagi orang yang menderita dengan menjanjikan datangnya pertolongan bagi orang yang menantikannya[28]
Kitab Daniel
ditulis tahun 164 sM, pada masa puncak
perjuangan Makkbeus. Dalam
Daniel 11 dicertakan
sejarah penguasa Seleuka sampai zaman Antiokhus IV. Pada dasarnya
Kitab Daniel bukanlah laporan
sejarah yang sebenarnya pada waktu itu, namun
mengangkat nama samaran. Tujuan
Kitab Daniel dialamatakan secara
khusus bagi kaum minoritas yang masih
setia mempertahankan iman. Isi kitab Daniel bukanlah bersifat historis
melainkan menekankan pernyataan
Allah mengenai hal-hal yang akan terjadi. Dengan demikian kitab Daniel temasuk
tulisan apokalipsis yang ditulis oleh para orang bijaksana yang mendapat
penyataan Ilahi. Pemakaian nama
Daniel yang sudah dikenal abad 14 sM menunjukkan bahwa
tulisan apokaliptik merujuk pada
sesuatu hal yang sudah
bermula sejak masa lampau.
Penulis Apokaliptik
meyakini tentang makin dekatnya akhir zaman. Oleh sebab itu para penulis apokaliptik
menguraikan masa lampau, masa kini dan masa akan datang dengan menggunakan istilah simbolis
dan bersifat teka-teki (bnd Mark 13:14). Pesan yang disampaikan oleh penulis Apokaliptik adalah ‘meskipun keadaan zaman penuh dengan kekacauan,
kesulitan, namun orang harus senantiasa
setia, sebab kehendak Allah akan segera
datang dan tetap menang. Hal ini menjadi penghiburan bagi orang-orang Yahudi yang
terjajah oleh penguasa asing (Yunani dan romawi)[29]
III. YESAYA
PASAL 24-27 ADALAH TERGOLONG
SASTRA APOKALIPTIK:
3.1.
Apakah Theologia Yang Terkandung Dalam Yesaya Pasal 24-27, Yang Diakaitkan
Dengan Zaman Pengejaran Pada Masa
Anthiokhus Iv Pada Abad Ke 2 sM?
Jika
menganalisa tulisan pasal 24-27, maka ada beberapa pokok penting
yang menjadi thema theologianya:[30]
Ø Hukuman,
penghakiman pada hari TUHAN(bnd Yes 24)
Ø Keselamatan. Tuhan adalah
penolong adan pemberi kehidupan masa depan bagi umat-Nya menjaadi pemahaman yang sangta mengakar dalam
keadaan politis yahudi sesudah pembuangan, dimana kehidupan mereka dirasakan makin sempit karena berada
dalam pembuangan. namun yahudi
masih meyakini janjian Allah kepada nenek moyang mereka ( Ul 19:8, Yes
54:2, Yes 47:13-48:3)
Ø Pemulihan
Israel (bnd Yes 27:2-13)
Kesetiaan
Allah terhadap perjanjian tetap aktual di dalam rencama keselamatan umat. Hal
ini menjadi pengharapan dan penghiburan yang ditekankan dalam Kitab Yesaya (
7:4; 6:13. Allah akan mendatangkan zaman baru di dalkam pemerintahan raja damai
untuk mebawa kebenaran dan keadilan secara universal. Allah yanag Mahakudus merupakan satu-satunya Allah
yang bertindak dan berkuasa atas sejarah hidup manusia dan seluruh ciptaan-Nya[31].
Kekudusan Allah menujukkan eksisntesi manusia yang berdosa. Kekudusan
Allah menjadi panggilan terhadap umat
untuk memuji dan memuliakan-Nya (bnd Mzm 29, 93,96-99). Yesaya melihat bahwa pemulihan Allah merupakan
keterbatasan manausia. Dalam hal inilah Yesaya mengkritik para raja Yehuda
untuk mengandalkan kekuatan politk sebagai solusi untuk menyelamatkan dan
menjadi ukuran untuk menentukan nasip sendiri. Dalam hal itulah Yesaya
menekankan pentingnya iman kepada Allah, sebagaimana yng dianjurkan kepada raja
Ahas (7:9). Iman dalam hal ini adalah kesetiaan yang teguh. Pada awalnya
konteks dari iman merupakan gagasan di dalam dinasti Daud (bnd 2 Sam 7:10-16).
Janji kepada Daud menjadi teologi yang aktual, dalam konteks dari iman Yesaya
(tidak seperti nabi sezamannya yakni Amos,. Hosea, Yesaya tidak mengambil tradisi keluaran). Panngilan
untuk hidup beriman menjadi anjuran Yesaya bagi raja dan seluruh rakyat. Krisis politk akibat ancaman dari Asyut
menjadi tantangan umat untuk berim,an kepada Alllah. Namun sejalan dengan itu
Yesaya mengakui penderitaan dan kehancuran tidak dapat dielakkan, akan tetapi
Allah dinyatakan tidak berdiam dalam penderitaan itu. Nama anaknya Syar Yashub (sebuah sisa akan kembali) memiliki makna
ganda yakni “sikacita dan dukacita”. Di tengah kehancuran masih ada
kehidupan yang tersisa, pohon yang ditebang akan muncul tunas baru yakni raja
masa depan. Dalam hal ini makna Sion berubah dari pemahanan geografis atau
teritorial kepada universal. Teologia
politik nabi Yesaya menekankan nama simbolis “Imanuel” (Tuhan beserta
kita) yang merupakan keyakinan iman dalam dinasti Daud. Keselamatan dari Allah
sulit diterima dalam pemahaman manusia. Keselamatan tidak idenik dengan
kekayaan secara materi. Kerajaan yang ideal bukan berorietasi pada kekuasaan
politik, melainkan kesedehanaan dan
kedamaian. Kehadiran Allah yang tampak
dalam pedang Asyur merupakan cambuk dari kemarah-Nya (10-5), merupakan proses
pembelajaran untuk menyadarkan umat yang
mengandalakan kekuatan dan kemewahan materi.[32]
D.C. Mulder
merumuskan empat muatan teologi
Proto Yesaya yakni:[33]
Pertama Menekankan tentang kekudusan Allah. Kekudusan dalam kitab Yesaua bertentangan dengan dosa dan ketidakadilan (6:7). Kedua; Menekanakan tentang hukuman
terhadap bangsa Israel Utara an Yehuda. Allah memakai Asyur untuk menghukum bangsa-Nya
(10:5) namun asyur juga dihukum karena kseombongannya ( 10:15-17). Ketiga; Tuhan sebagai pengharapoan dan
pertolongan bagi umat pilihan-Nya. Hal
ini ditekankan Yesaya dalam menjelang perang
Syro Efraim, dimana Yesaya tidak
menyetuji Ahhas meminta pertolongan dari kuasa lain (Asyur). Keempat; nubuat tentang masa depan, bangsa yang bertobat akan diselamatkan
oleh TUHAN ( 10:20). Hari Tuhan akan datang melalui tunas Daud (9:1-6;
11:1) akan mendirikan kerajaan kekal
dan sempurna (9:6; 11;1-10; 29:17-24;
30:18-26; 32:1-8). Kemudian redaktur
menyisipkan nubuta-nubuat
yang diucapkan pada zaman sesudah pembungan seperti pasal 11:11-16; 24-27; 35. Penempatan pasal 24-27 menunjukkan bahwa kitab Yesaya menekankan bangsa “keselamatan itu tidak bersifat esklusif (Israel dan Yehuda),
namun keselamatan itu bersifat kolektif dan universal (11:10; 25:6-9). Kehidupan
dan keselamatan yang datang dari Allah yang dilukiskana dalam pasal 24-26
merupakan pesan theologis tentang pengharapan kehidupan masa depan dalam jaminana dan karya Allah.
Seperti nabi Hosea,
nabi Yesaya meletakkan pemahaman
yang kuat tentang pengharapan pada keselamatan yang akan datang. Namun orientasi
keselamatan itu tidak dibatasi oleh satu tempat saja, melainkan seluruh dunia. Oleh
sebab itu dapat disimpulkan bahwa Yesayalah yang meletakkan pengharpan eskatologi yang bersifat
universal. Pengharapan eskatologis memainkan pengaruh dan peranan penting
dalam pemikiran Israel setelah satu abad kematian Yesaya, yakni ketika kerajaan
Yehuda hancur. Konsep itulah kemudian dikembangkan dalam
Deutro Yesaya, yang menekankan pengharapan
akan kehidupan masa depan yang lebih indah, dan pengharapan itu
kemudian semakin berkembang pada zaman
berikutnya dan menjadi inspirator dan motivator gerakan pembaharuan yang diprakarsai kalangan Yudaisme, yanag kemudian
pengaruhnya meluas ke dunia di luar
Israel dan berakar dalam tradisi Kristen.[34]
3.2.
Apakah Akibat Dari Pemberitaan Dari
Proto Yesaya Sesudah
Gulungan Ini Diletakkan Diantara Pasal 1-23 Dan Pasal 28-39, Apa Akibatnya?
Jika ditinjau
dari penulisan proto Yesaua maka dapat disimpulkan bahwa : Redaktor menyatukan
Proto-Yesaya secara teologis. Secara khusus bagian inti dari kitab Proto-Yesaya
dapat kita lihat dalam Yes 6-8, yang yang mana isinya berhubungan dengan Syro-Efraim, perang antara Siria dengan
Israel. Nabi Yesaya menasehati raja Ahas agar tidak terlibat dalam perang
tersebut. Namun, raja Ahas tetap melibatkan dirinya. Tema penghukuman dan
penebusan Eskatologis menyebar luas dibagian utama kitab Proto-Yesaya ini
dengan kata lain, bagian inti daripada proto-Yesaya dikelilingi oleh tema-tema
penghukuman dan penebusan Eskatologis. (Yes 2-11). Redaktor mengatakan bahwa
Yesaya dipanggil Tuhan untuk memberikan hukuman Tuhan pada uamat itu. Tetapi
kemudian, redaktor membubuhi kitab-kitab itu dengan tema-tema Eskatologis
yakni:
Ø
Pasal 1-12 : Memuat kumpulan hukuman dan keselamatan
Ø
Pasal 13-23 : Merupakan
ucapan-ucapan bahagia terhadap
bangsa-bangsa
Ø
Pasal 24-27 :
Penindasan dan keselamatan yang akan datang
Ø
Pasal 25-35 :Nubuat tentang penghukuman terhaap Efraimi,
Yehuda dan penebusan Sion
Ø
Pasal 35-39 :Sejarah
serangan Sanhenrib terhadap Yehu dan dan kota Yerusalem [35]
Eksisntensi pasal 24-27 dalam Proto Yesaya merupakan
sisipan yang mirip dengan Trito Yesaya. Pasal 24-27 merupakan karya yang menggambarkan kondisi kehidupan yang mengalami putus asa
dan mengharapkan masa depan yang lebih
baik. Pasal 24-27 disebut sebagai “apokaliptis
Yesaya” sebab bahasa yang dipakai
identik dengan simbol-simbol
mitologis yang merupakan ciri khas
sastra apokaliptik. Para ahli
menempatkan bahwa isi pasal 24-27 menggambarkan zaman sesudah pembuangan sekitar tahun 500 sM, dan
bahkan tahun 300 sM.[36]
DC. Muller juga menyimpulkan bahwa[37]
“pasal 24-27 ini berasal dari zaman sesudah
pembuangan (abad ke 6) dan dan terjadinya apokalipse ini
ditempatkan pada bad ke 5 sM atau sesudahnya. Secara umum para ahli mengatakan
bahwa pasal 24-27 bukanlah asli dari nabi Proto Yesaya. Nama nabi Yesaya
sendiri tidak disinggung dalam pasal-pasal ini.
Mengacu pada pasal 27:12-13, TUHAN
akan mengumpulkan orang-orang
Israel yang tersebar di Asyur dan Mesir,
ayat ini menunjukkan kepada umat di
dalam diaspora dimana bangsa Yahudi jauh
dari Yerusalem”.
Pasal 24-27 mempunyai tempat tersendiri dalam kitab
Yesaya. Penempatan pasal 24-27 yang ditempatkan
sesudah pasal 13-23 yang menyatakan
ucapan ilahi dan hukuman
atas bangas-bangsa. Namun pasal ini merupakan klimaks yang menyatakan seluruh
bumi berasal di bawah penghukuman Tuhan (24:1) Tak seorang pun
yang luput dari hukuman itu ( 24:17).
Leaviathan, ular yang melingkar itu akan
dihancurkan (27:1), dan sebaliknya Sion akan diselamatkan dan Tuhan akan
memerintah untuk selamanya ( Yes 24:23, 25:6-12; 27:1-3a). maut akan ditiadakan (25:8a) kebangkitan orang yang
sudah mati (26:19), Israel yang terbuang akan dikumpulkan kembali dalam Sion
untuk menyembah Allah (27:12-13), Israel menjadi kebun anggur Tuhan yang indah (27:2-4) , Tunas akan muncul dari
Israel (27:6)[38]
Pasal 24-27 menyinggung tentang kehancuran sebuah kota dalam 24:10-12;
25:1-5; 26:5; 27:10-11. Kota yang
dimaksud bisa menunjukkan wilayah kota Babel pada abad ke 6 sM sampai
Samaria pada abad ke 2 sM. Oleh sebab
itu sebutan kota dalam pasal tersebut dapat merujuk pada kota Babel[39]
namun tidak ada perincian yang spesifik, dalam hal ini isi sebutan tentang kota yang dimaksud lebih cocok untuk umum yakni
sebuah dunia yang terasing dan
harapan untuk mendapat keselamatan
yang pasti melalui kuasa Allah.[40]
[1] D.S.
Russell, Penyingkapan Ilahi, Pengantar Kedalam Apokaliptik Yahudi, (Jakarta : BPK Gunung Mulia, 2000), 13
[2]
John R Hinnells, A New Dictioanry Of Religions, (USA,
Blackwell Publishers, 1995), 30
[3] Herbert
Lockyer, Ilustrated Bible Dictionary, (New York: Thomas Nelson Publisher, 1986), 71
[4]Modeleine,.
S Miller & J Lane Miller, Harpers
Bible Dictionary, (USA: Harper & Row Publisher, 1973), 24-27
[5] E.
Mory Stevens Bucke (dkk) The
Interpreter’s Dictionary Of The Bible, Supplementary Volume, USA, Abingdon Nashville, 1976, 29
[6] E.
Mory Stevens Bucke (dkk), Op.
Cit, 30
[7]
J.J. Collins mengajukan tiga alas an mengapa sulit untuk membuat batasan tentang
apokaliptik: pertama, karena istilah
apokaliptik dipakai sebagai
sebuah kata benda yang
mernunjuk pada suatu campuran
berbagai unsur sastra, social, dan berbagai hal yang luar biasa, Kedua, karena sebenarnya
jenis sastra apokaliptik sendiri
tidak jelas dikenal dan
diakui oleh umat zaman dulu, dana
ketiaga, karena nyatanya jenis
apoaliptik sendiri banyak kali
menyerap juga perbagai
bentuk sastra yang masing-masing
memiliki kekhususan sendiri seperti
penglihatan-penglihatan, doa-doa, wasiat-wasiat, legenda-legenda dan
sebagainya. .Ibid, 19
[8]
Yang termasuk kita-kitab Apokaliptik yakni:
I Henokh (kitab Henokh Etiopik),
abad ke 3 sM samapai abad pertama
M. II Henokh (kitab Henokh
slavonik) akhir abad pertama M, Apokaliptik zefanya, abad
pertama sM sapaia abad pertama M,
Apoaliptik (atau Wahyu) Abraham, abad
pertama sM samapai abad ke 2 M, II
Esdras (+ 4 Ezra) 3-14, k.l. tahun 100 M, II Barukh (Apokalipyik Barukh Syiria)
awal abad ke 2 M. Kemuan yang termasuk
ke dalam golongan sastra apokaliptim adalah : Kitab Yobel (kitab Kekadian kecil), abad ke 2 sM, Wasiat-wasiat Keduabelas bapa Leluhur,
abad ke 2sM, Risalat sem, abad pertama
M, Wasiat (kenaikan) Musa, abad pertama
M, Wasiat Abraham, abad pertama, abad ke
2 M. Lih, D.S. Russell, Op. Cit, 20
[9] Ibid, 23
[10] Herbert
Lockyer, Op. Cit, 71
[11] Ibid,
71
[12] Ibid,
71
[13] Ibid,
71
[14] Ibid,
71
[15]
G.I. Emmerson: “Apokaliptik” dalam J.D. Douglas (ed), Eksiklopedia Alkitab Masa Kini Jilid,
I, Penerjemah, W.B. Sijabat, ( Jakarta :
YKBK, 2007), 62
[16] Ibd, 23
[17] Ibid,
24
[18] Ibid,
25
[19] Ibid,
26
[20] Ibid, 2
[21]
Ibid, 30-31
[22] Ibid,
31-32
[23] Ibid,
32
[24] Ibid,
32-33
[25] Ibid,
36-37
[26] Ibid,
37
[27]
Disinilah dilukiskan pengalaman berada di pembuangan pada abad ke 6 sM, dialami lahi dalam abad ke 2 sM. Lih, D.S. Russell, Penyingkapan Ilahi, Pengantar
Kedalam Apokaliptik Yahudi, (Jakarta : BPK Gunung
Mulia, 2000), 34
[28] G.I.
Emmerson: “Apokaliptik” dalam J.D. Douglas (ed), Op. Cit, 61
[29]
Wismoady Wahono, Disini Kutemukan, (Jakarta :
BPK Gunung Mulia, 2000), 275
[30] S. H
Widyapranawa, Op.Cit, 150-205
[31] Ibid,
4
[32]
John J. Collins “Yesaya” dalam Dianne
Bergant & Robert J Karris (ed), Tafsiran Alkitab Perjanjina Lama,
terjemahan A.S. Hadiwiyata, Yokyakarta,
Kanisius, 2006, 511-512
[33]
D.C. Mulder, Pembimbing Kedalam Perjanjian
Lama, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1970), 104
[35]
D.C.Mulder, Op. Cit, 99-102
[36]
John J Collins: “Yesaya” Dalam Dianne bergant & Robert J Karris (ed), Tafsiran Alkitab Perjanjian Lama,( Yokyakarta: Kanisius, 2002), 514
[37] D.C.
Mulder, Op. Cit, 101
[38] S.H.
Widyapranawa, Tafsiran Yesaya 13-27,
(Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1979), 149
[39] Kota
Babel dihancurkan oleh
Kserkes dari Persia
tahun 482 sM.
[40] John J.
Colins, Op. Cit, 526