Rabu, 13 Juni 2012

APOKALIPTIK


I. APA DAN BAGAIMANA: ARTI APOKALIPTIK, CIRI-CIRI APOKALIPTIK, DAN THEOLOGIA APOKALIPTIK

1.1.     Latar Belakang

Menjelang akhir abad  ke  3 sM banyak sastra  yang dihasilkan  dunia Yunani termasuk munculnya  sastra  apokaliptik. Pada masa ini juga terjadi proses  penulisan  kitab suci tulisan Ibrani  ke terjemahn  Yunani (septuaginta).  Kanon kitab suci yang  ditulis di Palestina  dalam bahasa Ibrani atau Aram, beberapa diantaranya tergolong Apokaliptik, yang kemudian hari diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani dan dikenal  di kalangan  orang-orang Yahudi  diaspora (perantauan)  yang berbahasa Yunani. Kemudian  diantaranya masuk ke dalam  septuaginta yang akhirnya  diambil alih  gereja Kristen. [1]
Pada dasarnya unsur-unsur muatan  tentang apokaliptik telah muncul dalam  dunia Kanaan, mitos-mitos zoroaster, peramal-peraal Babilonia, mitos-mitos Yunani, sejarah-sejarah Helenis, keyahudian, orang-orang bijaksana dan kemungkinan  dimunculkan oleh  pengarang-pengarang  masa lampau.[2]
 Menurut  Herbert: naskah-naskah atau tulisan apokaliptik berasal dari  karya tulisan-tulisan Yahudi dan  Kristen yang di tulis  di Mesir dan di Palestina selama  periode  dari tahun 200 sM sampai dengan tahun 200 M. Kata apokaliptik  berasal dari   bahasa Yunani yang berarti “wahyu”. Adapun tulisan apokalaiptik  adalah sebuah jenis tulisan yang muncul diantara orang Yahudi dan Kristen untuk menunjukkan sebuah ratapan, kisah-kisah tentang surga dan duniawi, kemanusiaan dan Tuhan, malaikat-lmalaikat, setan-setan/iblis,  hidup dunia pada masa kini dan   masa yang akan datang.  Tulisan apokaliptik mungkin  muncul dalam tradisi  kenabian Israel, namun diperkirakan muncul beberapa  abad  setelah masa peran kenabian dalam Israel. Nabi terakhir dari Israel adalah   Maleakhi tahun 450 sM. Dalam Alkitab  ada dua  buku apokaliptik yakani  buku Daniel dalam PL dan  Wahyu dalam PB, dua  contoh  buku tesebut   merupakan bentuk  tulisan apokalptik yang  baik yang  mengikuti  tradisi  buku-buku Yahudi dan Kristen[3]
Secara khsus Dalam PL sastra Apokaliptik ditemukan dalam  Yesaya 24-27, Yer  24:1-3,  Hesekiel  1-37, dan  puncak  apokaliptik ditemukan dalam kitab Daniel (200-64 sM), namun banyak  buku-buku yang  bersifat apokaliptik yang tidak termasuk dalam kanon. [4]
Memang banyak   tulisan-tulisan  Apokaliptik sebenarnya masih  dipertimbangkan, misalnya  tulisan yang ditemukan  di Qumran (laut Mati) dan  komentar-komentar  tulisan orang Yahudi.  Adakalanya  tulisan-tulisan apokaliptik sulit untuk dimengerti dan dibuktikan secara duniawi, oleh sebab itu nubuatan  tentang Apokaliptik hanya dapat  diterima dalam sikap iman dan pengharapan.  Dalam hal ini nubuatan  tentang masa  depan dipahami sebagai perbuatan  Tuhan atas kejadian-kejadian yang terjadi dalam sejarah dunia (Yes 7). Walaupun   mungkin apokaliptik tidak dapat dibuktikan dengan  perpekstif apokaliptik eskatologi yang berhubungan dengan kehidupan masa sekarang, dimana  apokaliptik tersembunyi dalam apokaliptik yang akan datang. Namun   pandangan  tersebut  dibiarkan  saja bertumbuh. Sejarah dan  kondisi sosial boleh-boleh saja menunutun setiap  kelompok masyarakat dalam perspektif  ke  ideologi yang  berlawanan antara  pengharapan  dan sejarah  kenyataan yang dihubungkan dengan kondisi  sosial  politk[5]
Dari paparan diatas dapat disimpulkan bahwa  pengaruh dan  perkembangan apokaliptik dilatar belakangi oleh dua faktor yakni pertama: pengaruh gerakan Juadaisme dan Helenisasi dan kedua; pengaruh perkembangan dan  tekanan politik yang menimpa orang Yahudi.
1.2. Etimologi
Istilah Apokaliptik  berasal dari kata Yunani apokaloptein apokaloptein artinya  penampakan (to reveal) dan apokalufij apokalupsis artinya  membukakan rahasia (revelation) Arti kata tersebut dapat ditemukan dalam Wahyu 1:1;  Mat 16:17, Efesus 3:1-5 (Parousia); Luk 17:30; Rom 2:5; 2 Tess 1:7; 1 Pet 4:13. Panggilan   sebagai Rasul yang langsung diterima dari Allah : Gal 1:11-17. Dalam PB sejarah keselamtan itu “dinyatakan” atau dibuka, namun tidak  dijelaskan  perbedaan antara  apokaliptik  dengan eskatologi, hal ini menjadi problematika dalam PL. [6]
Lazimnya Apokaliptik  mengacu pada suatu  hal yang sebelumnya tersebunyi  namun kini telah disingkapkan.  Istilah apokaliptik pada awalnya  merupakan suatu ungkapan teknis yang dipakai oleh gereja  sejak  abad ke 2 sM untuk menunjukkan suatu  jenis  sastra  yang erat hubungannnya dengan  Wahyu   kepada Yohnnes dalam PB, dan   kemudian  menjadi sebutan  untuk gaya   bahasa peneulisan seperti itu.  Oleh sebab itu pada  awalnya “apokaliptik”  adalah satu kata  yang sulit  dibuat batasannya.[7]
1.3. Mengenal Sastra  Apokaliptik.
                Sastra apokaliptik  merupakan jenis  tulisan penyataan ilahi yang dihasilkan dari lingkungan keyahudian  sekitar tahun  250 sM  dan tahun 100 sM yang kemudian diambil alih dan dipertahankan oleh gereja.  Gaya pengkungkapannya nampaknya sulit diterima, sebab isinya akan membawa pembaca pada  satu dunia khayalan dan mimpi yang gaib dan  menakjubkan, ada binatang-binatang dengan tanduk   yang panjang, ular naga yang menyemburkan  api, binatang-binatang yang berjatuhan, orang yang berkuda yang misterius, gunung-gunung yang gaib, sungai-sungai suci, gempa-gempa bumi  yang  menghancurkan,  raksasa-raksasa yang mengerikan, anak-anak setan, persalinan  yang dasyat, pertanda di sorga dan pertanda  dilangit.  Gaya  penulisan apokaliptik yang paling jelas ditemukan dalam Kitab Daniel dan  Wahyu.  Untuk kedua kitab tersebu, H.H. Rowley merumuskan “Bukan hanya kebetulan saja dimana yang satu dimasukkan dalam PL dan  satu lagi dimasukkan dalam PB, sebab keduanya memiliki  makna yang lebih khusus  dari semua kitab lainnya[8] yang ada diantara keduanya”.
Untuk memperoleh ruanglingkup tentang apokaliptik, maka perlu membuat batasan  apokaliptik berdasarkan tanda-tanda  atau ciri-ciri sastra apoaliptik meliputi:[9]
Ø  Ada gagasan  tentang  dunia luar
Ø  Adanya mitos
Ø  Penglihatan-penglihatan  tentang jagat raya
Ø  Pemahaman sejarah yang tanpa pengharapan
Ø  Dualisme                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                         
Ø  Pembagian sejarah kurun-kurun waktu
Ø  Pengajaran mengenai dua zaman, masa kini dan masa yang akan datang.
Ø  Angka-angka sebagai simbol
Ø  Penegasan yang dibuatbuat atas atas pengilhaman
Ø  Pemakaian nama penulis samaran, dan sikap mental  yang tertutup  terhadap  kalangan luar (esoterisme)
Ø  Sastra apokaliptik bersifat esoteric
Ø  Bentuknya  berupa  sastra
Ø  Tuliasna apokaliptik juga  menuliskan tentang “Surga baru dan  dunia  baru”. Tulisan  apokaliptik  menuliskan tentang  penciptaan kembali. Surga akan datang sebagai sebuah  surga yang baru dan dunia yang baru dan menggantikan dunia yang lama dengan penciptaan dunia yang baru oleh   hukum dan  ketetapan Allah (Wahyu 20-22; 2 Henokh 65:7-10; 2 Barukh 48)[10]
Ø  Memakai bahasa simbolik dan penulisnya  memakai  bahasa simbolik dan penulisnya memakai nama  samaran.  Herbert mengatakan bahwa “penggunaan simbol dalam  buku-buku apokaliptik  memiliki maksud dan tujuan. Simbol menjadi kekuataan, simbol-simbol yang dipergunakan  penulis   buku apokaliptik adalah beraneka ragam. Adapun maksud dari simbol tersebut adalah untuk membuat perbedaan antara  yang baik dan yang jahat yang besumber  dari kekuatan iblis.[11]
Ø  Tentang kerajaan Allah  (bnd  Henokh 41), dimana  dunia  akan diadili oleh Allah sebagai hakim.  Apokaliptik lain   menekankan tentang kerajaan Allah seperti hukum di dalam penciptaan baru (Henokh 84:3, Wahyu 11:15, Dan 4:17).  Hampir seluruh buku-buku apokaliptik  mengggambarkan tentang kerajaan  atau hukum daripada Allah sebgai pusat. Dan seluruh peristiwa adalah  berasal dari Allah.[12] Seorang Mesias akan  datang   sebagai mediator antara  Allah dan  manusia dalam rangka keselamatan dunia[13]
Ø  Tulisan apokaliptik juga  menekanakan tentang sukacita  manusia  pada masa yang akan datang. Sukacita akana membawa  manusia kepada  Allah dan manusia akan  merasakan kehidupan yang penuh arti dalam kehidupan yang baru[14] (bnd Yes 25-26:16)
Sehubungan dengan  ciri apokaliptis di atas maka unsur-unsur yang  terdapat dalam  agama para nabi meliputi:[15]
1.        Dualisme; Para nabi  menempatkan  penyelamatan terakhir  dalam dunia  ini. Dunia baru yang akan datang tidak terlepas dari  dunia yang terus berjalan, walaupun dalam dunia baru tersebut segala kejahatan akan dihapuskan. (Yes 11:6-9). Dunia baru yang akan datang adalah  akibat dari kedatangan Ilahi, bukan  akibat  dari proses-proses alami yang bekerja  dalam sejarah ( Yes 26:21, 24:1-4). Oleh sebab itu  para penulis  apokaliptik  mengembangkan ide tentang  adanya dua zaman, yakni masa kini dan masa yang akan datang.
2.        Determinisme yakni kedatangan zaman baru tergantung dalam  kuasa Allah, manusia dalam hal ini mampu untuk menjegah atau menentukan.
3.        Pesimisme. Penulis  apokaliptik  mendambakan  kemenangan  akan kedatangan  kerajaan Allah pada  akhir zaman, namun mereka  pesimis tentang hal itu.  Dalam hal ini segala pergumulan yang sulit dijawab oleh manusia hanya  dapat  melalui pengharapan akan masa   akan datang
4.        Sikap  etis  pasif.  Penulis Apoliptik tidak menekankan tentang hukuman seperti  yang ditekankan oleh para nabi.  Namun penulis  melihat bahwa Israel masih menderita yang dipahami tidak layak.  Penulis apokaliptik  tidak  menyoroti secara tegas tenetang persoalan  moral dan  etis, terkecuali dalam   wasiat  dua  belas  bapak leluhur.
Klaus Koch memperjelas dengan membedakan  apokalipsis dan apokaliptik. Apokalipsis dibatasi jenis  sastra, dan apokaliptik dipahami sebagai gerakan intelektual. Apokaliptik ditulis dalam bahasa  Ibrani dan  Aram dan yang termasuk dengan  apokaliptik adalah  kitab Daniel, I Henokh, II Barukh, IV Ezra, Apokalipse Abraham dan  Kitab  Wahyu Yohanes.[16]
                Kemudian P.D.  Hanson  mengusulkan pembedaan dan  pembagian menjadi tiga  yakni[17]
a.         Apokalipsis, yakni  satu jenis  sastra   yang ditemukan  bersama-sama  jenis sastra  lainnya seperti kitab wasiat, ucapan  kenabian   yang memaklumatkan  penghakiman  dan keselamatan dan  perumpamaan yang digunakan oleh penulis-penulis  apokaliptik
b.         Eskatologi apokaliptik,  yaitu  perspektif   tentang  rencana-rencana Allah dalam hubungannnya dengan  kenyataan-kenyataan dunia.
c.        Apokaliptisisme  dibatasi sebagai  gerakan sosial keagamaan  yang mengambil alih wawasan  eskatologi  apoaliptik, tetapi  karena “gerakan” seperti itu  mengungkapkan  dirinya  dengan cara-cara  lain sebagai  akibat  dari keadaan-keadaan  kesejarahan yang terus berubah, maka  tidaklah  mungkin untuk memberikan  ‘batasan pemikiran yang  resmi terhadap apokaliptisisme”.
  Namun pembagian rangkap tiga ini ditolak oleh  Knibb dan  juga  Micahel Stone, sebab  apoakaliptisime tidak dapat dipisahkan  dengan apokalipsis itu sendiri.  Mereka memberi saran untuk  meninggalkan isitilah  apokaliptisisme  dan mempertahankan istilah eskatologi apokaliptik  dan apokalipsis.[18]
Collins  merumuskan bahwa
Apokalipsis” adalah jenis  sastra  mengenai penyataan ilahi yang disampaikan  dalam kerangka  cerita.  Penyataan ini sampai kepada  seorang manusia  sebagai penerimanya melalui perantara “oknum” adikodrati. Melalui oknum ini  disisipkanlah  kepadanya suatau kenyataan yang luar kawasan dunia, kenyataan transedndden. Kenytaan  ini  bersifat  waktu, sejauh  yang digambarkannya adalah keselamtan eskatologi dan bersifat spasial sejauh kawasan lain yang adikodrati tercakup juga”.[19]

 Dari paparan diatas  D.S. Russel menyimpulkan bahwa  apokalipsis sebagai  satu jenis  sastra yang mencakup  pokok yang luas,  dan memberi gambaran yang  lebih rinsi mengenai  kawasan sorgawi,  sejarah Yahudi dan  nasip dunia dan keberadaaan orang yang tinggal didalammnya dan semua itu telah disingkapkan  sebagai penyataan yang diterima langsung dari Allah melalui mimpi  atau  penglihatan atau melalui malaikat-malaikat yang diutus.
Apokaliptik merupakan suatu kawasan  keagamaan tertentu atau sekelompok ide yang diperlihatkan di dalam apokalipsis atau sastra-sastra lain  yang berkaitan, suatu wawasan yang lebih luas daripada eskatologi, namun  memiliki ciri  perenungan  tentang  “hal-hal atau penghakiman  masa yang akan datang”, dan lebih luas dari  kitab-kitab yang disebut  “apokalipsis”.
Eskatologi  apokaliptik merupakan ungkapan kepercayaan  mengenai akhir zaman yang ditemukan dalam tulisan-tulisan  yang mengetengahkan kawasan  apokaliptik. Dari aspek latar belakang,  eskatologi kenabian  dan  eskatologi  apokaliptik  memiliki korelasi satu dengan yang lainNamun keduannya tidak sama, dan  perbedaan  setidaknya dalam dua segi: Eskatologi  kenabian memandang keselamatan bersifat universal yakni untuk sisa umat yang benar, sedangkan  ekatologi apokaliptik memandang  untuk orang perorangan, eskatologi kenabian  memusatkan perhatian  pada kawasan  dunia  dan pemulihan Israel, sedangkan eskatologi apokaliptik    berpusat pada  suatu kawasan di luar  dunia yang didalamnya  kebahagiaan  dan penghakiman sesudah kematian dialami. [20]
Kitab apokaliptik merupakan  dokumen atau catatan-catatan  keagamaan yang lahir pada zamannya sekitar  tahun  250 sM sampai 100 sM.  Dokumen itu tidak hanya catatan historis saja, namun   merupakan catatan  dan  refleksi iman  yang  diperlihatkan  bangsa Israel ketika mereka  diperhadapankan  pada  krisis dan  problematika akibat ancaman dari penindas.  Kitab itu merupakan catatan pergumulan  iman dan  gejolak  batin yang berlangsung selama  3 abad.   Sastra apokaliptik  mengungkapkan  kehampaaan pengharpan jika ditinjau dari  aspek  politik dan  sejarah  bagi umat. Oleh sebab itu tulisan apokaliptik melukiskan  penderitaan yang menimpa umat adalah “perang antara  Allah dengan dunia kegelapan“ oleh sebab itu maka   umat diarahkan untuk  melihat ke sesuatu  yang berada  di luar sejarah yakni  campur tangan Allah yang ajaib dan luar bisa, rayakan akan membebaskan  segala  ketidakadilan yang telah menimpa umatNya[21]
Latar belakang munculnya sastra apokaliptik sangat dipengaruhi  perkembangan  kebudayaan  Yunani dan  pengaharpan orang Yahudi.  Kebudayaan Yunani mendapat perhatian yang  istimewa bagai  Raja  Aleksander Agung (336-323 sM),  namun  apokaliptik  Yahudi  sangat bertentangan dengan  nilai yang dibawa oleh kebudayaan  Yunani tersebut.  Aleksander sangat    giat dan berusaha  menyatukan  semua peradaban  barat adan Timur yang mengacu pada  kebudayaan  Yunani. Oleh sebab itu segala  hambatan baik aspek politik dan kebudayaan, dan kebangsaan  diruntuhkan dan semua  latar belakang harus merasakan bagian dari “dunia yang didiami” (Oikumene). Proses helenisasi   sinkritisme, melibatkan  pengaruh agama-agama  Timur Kuno dari Babel  dan Persia  memiliki pengaruh yang besar. Ketiak  Aleksander  merebut  Kerajaan Babel dan  kemudian Persia, dan juga  bergerak menuju ke India, menjadikan   percampuran  kebudayaan-kebudayaan Timur dan Barat dan akhirnya  mempengaruhi kehidupan  dan agama-agama  bangsa Yahudi di seluruh  diaspora kecuali  Yerusalem sendiri.[22]
Pada masa pemerintahan  Ptolomeus dan Seleukid percampuran keagamaan antara Yudaisme dan helenismey ang hiup berdampingan membuat orang Yahudi tidak bergairah dan sebaliknya mereka   berusaha untuk mempertahankan  tradisi nenek moyang mereka, dan keretebukaan agama dan kebudayaan terhadapa helenisme    merupakan ancaman besar bagi kehidupan mereka. Orang Yahudi  memahami janji Allah  melalui nabi-nabinya dan sama sekali bertentangan dengan  janji dalam   konsep kebudayaan helenisme suatu  zaman baru, yang didalanya   orang   mengalami pembebasan dan  pikiran serta kesadaran mereka dibukakan.[23] Ditengah tantangan tersebut orang Yahudi mengalami pertentangan  antara pengaharapan  dan  kenyataan sejarah, dan  realitas pergumulan disekitar mereka,  mereka tidak menemukan jala keluar dan   menyakini hanya Allah satu-satunya jalan keluar  yang datang turun tangan untuk mendirikan kerjaan-Nya melalui utusan yang diurapinya, kerajaan yang di dalamnya musuh akan dibinasakan dan  Israel  akan merenima  kedaulatan dan kekuasaaan untuk selamanya. Inilah keyakinan dan amanat para   penulis  apokaliptik. Penulisan apokaliptik memahami bahwa tindakan pembebasan  Allah  dalam sejarah bukan berhenti disitu saja, namun  akan disingkapkan  penyataan Allah yang memberikan jaminan   pembebasan  akan dialami sesudah sejarah dunia  berakhir. Jika  Aleksander  berencana menyatukan  umat  manusia  di  dalam satu ”dunia  yang didiami” namun penulis Apokliptik  meyakini  rencana Allah lebih  agung yakni  menyatukan   semua sejarah   manusia  dan bahkan  seluruh jagat   dalam satu kesatuan  yang  berwujud  dalam kedatangan kerajaan-Nya ketika umat Allah  ada akhirnya  menerima warisan  yang dijanjikan kepada mereka.  Dalam pengharapan itu digambarkanlah   langit dan bumi  seolah-olah melebur  menjadi satu, dan hal-hal sorgawi dan duniawi  menyatu.[24]

II. SASTRA APOKALIPTIK MUNCUL PADA  ABAD  ATAU PADA MASA  PENGEJARAN TERHADAP YAHUDI, YANG MEMPERTAHANKAN IMAN ISRAEL YANG MENCAPAI PUNCAKNYA  PADA ABAD KE 2 SM YAKNI PADA ZAMAN  ANTIOKHUS IV, PADA ZAMAN INILAH MUNCUL  KITAB DANIEL PADA ABAD KE 2 SM.
Eskatologi  Kenabian Sebagai Akar Apokaliptik
Sebagaimana yang telah disinggung di atas bahwa: Para ahli memberi argumen bahwa pengaruh utama  akar apokaliptik adalah berasal adari kenabian Perjanjian Lama, dan  berkembang mencapai puncaknya pada  awal abab ke 2 sM.  Sehubungan dengan hal itu Otto Ploger menilai bahwa asal usul apokalipti sampai pada   pengharapan   eskatologi  kenabian  dari abad ke 5 sM sepeti  tulisan Yesaya  24-27, Zakharia 12-14, dan Yoel 3-4 dan  berkembang dalam kitab Daniel  pada abad ke 2 sM. [25] Hanson menyimpulkan  bawah  mulai  abad ke 6, terjadi  perubahan eskatologi kenabian  menjadi apokaliptik dalam kitab nabi-nabi terakhir Israel. Oleh sbb itu ia   menggabarkan   bahwa Deutro Yesaya sebagai “proto apokaliptis” (Yes 24-27, 34-35, 60-62 dan Zak 9-10 sebagai “apokaliptis pertengahan”  pertengahan abad  ke 5 sM) dan bagian trito Yesaya dan Zak 11 sebagai apokaliptis dalam bentuk  yang sepenuhnya (475-425 sM)[26]
Bangsa  Yahudi mengalami tekanan keagamaan, politik dan budaya semakin berat pada masa pemerintahan Antiokhus Efifanes IV, pada saat itulah jugalah kitab Daniel ditulis. Kebijakan  pemerintahakan Antiokhus  sangat gencar  mendorong untuk melakukan  proses helenisasi lebih  agresif lagi untuk menjamin keutuhan  kerajaannya.  Ia  melakukan pengangkatan Imam besar atas Yahudi, dimana hal ini  melahirkan pemberontakan. Namun sang raja mulai marah dan  menindak orang-orangYahudi  dengan  menajiskan bait Allah dan merampas semua perlengkapan bait Allah. Pada  tahun 167 sM, Antiokhus mengeluarkan  ultimatum dan  perintah untuk melarang orang-orang Yahudi  menjalankan hukum-hukum   dan adat-istiadat nenek moyang  dan  ciri-ciri kebepercayaan  orang Yahudi dilarang untuk dilaksanakan,dan jika   melanggar akan dihukum mati. Puncak penghinaan yang  terhadi ketika  altar dewa  Zeus Olympus  ditempatkan  di atas  altar bait Allah dan  disitu daging babi dipersembahkan sebagai sesajen ( II Makabe 6:2, Dan 11:31, 12:11)[27]
Ditengah  fenomena sosial yang mengancam orang Yahudi tersebut lahirlah tulisan-tulisan  Apokaliptik Tulisan-tulisan tersebut berupa pernyataan-pernyataan ilahi yang memberikan  penghiburan dan  kekuatan bagi orang yang  menderita dengan  menjanjikan datangnya  pertolongan bagi orang yang menantikannya[28]
Kitab Daniel  ditulis  tahun 164 sM, pada masa  puncak  perjuangan  Makkbeus.  Dalam  Daniel 11 dicertakan   sejarah   penguasa  Seleuka sampai zaman Antiokhus IV. Pada  dasarnya  Kitab Daniel bukanlah   laporan sejarah yang sebenarnya pada  waktu itu, namun mengangkat  nama samaran.  Tujuan  Kitab Daniel dialamatakan  secara khusus bagi  kaum minoritas  yang masih  setia  mempertahankan iman.  Isi kitab Daniel bukanlah bersifat historis melainkan    menekankan  pernyataan  Allah   mengenai  hal-hal yang akan  terjadi. Dengan demikian kitab Daniel  temasuk  tulisan  apokalipsis yang  ditulis oleh para orang bijaksana yang  mendapat  penyataan  Ilahi. Pemakaian nama Daniel yang sudah dikenal  abad  14 sM menunjukkan  bahwa  tulisan apokaliptik merujuk pada  sesuatu hal  yang sudah bermula  sejak  masa lampau.
                Penulis  Apokaliptik  meyakini    tentang makin dekatnya  akhir zaman. Oleh sebab itu para penulis  apokaliptik  menguraikan  masa  lampau, masa kini dan masa  akan datang dengan menggunakan istilah simbolis dan bersifat  teka-teki (bnd  Mark 13:14). Pesan yang disampaikan  oleh penulis Apokaliptik adalah ‘meskipun  keadaan zaman penuh dengan kekacauan, kesulitan, namun  orang harus senantiasa setia, sebab  kehendak Allah akan segera datang dan  tetap menang.  Hal ini menjadi penghiburan  bagi orang-orang   Yahudi yang   terjajah  oleh penguasa  asing (Yunani dan romawi)[29]
III. YESAYA  PASAL 24-27 ADALAH TERGOLONG  SASTRA APOKALIPTIK:
3.1.               Apakah Theologia Yang Terkandung Dalam Yesaya Pasal 24-27, Yang Diakaitkan Dengan Zaman   Pengejaran Pada Masa Anthiokhus Iv Pada Abad Ke  2 sM?
Jika  menganalisa  tulisan  pasal 24-27, maka ada beberapa pokok penting yang menjadi thema theologianya:[30]
Ø  Hukuman, penghakiman pada hari TUHAN(bnd Yes 24)
Ø  Keselamatan.  Tuhan adalah  penolong adan pemberi kehidupan masa depan bagi umat-Nya  menjaadi pemahaman  yang sangta mengakar  dalam  keadaan politis  yahudi   sesudah pembuangan, dimana   kehidupan mereka   dirasakan makin sempit karena berada dalam  pembuangan.  namun yahudi  masih  meyakini janjian Allah  kepada nenek moyang mereka ( Ul 19:8, Yes 54:2, Yes 47:13-48:3)
Ø  Pemulihan Israel (bnd Yes 27:2-13)
Kesetiaan Allah terhadap perjanjian tetap aktual di dalam rencama keselamatan umat. Hal ini menjadi pengharapan dan penghiburan yang ditekankan dalam Kitab Yesaya ( 7:4; 6:13. Allah akan mendatangkan zaman baru di dalkam pemerintahan raja damai untuk mebawa kebenaran dan keadilan secara universal. Allah  yanag Mahakudus merupakan satu-satunya Allah yang bertindak dan berkuasa atas sejarah hidup manusia dan seluruh ciptaan-Nya[31]. Kekudusan Allah menujukkan eksisntesi manusia yang berdosa. Kekudusan Allah   menjadi panggilan terhadap umat untuk memuji dan memuliakan-Nya (bnd Mzm 29, 93,96-99).  Yesaya melihat bahwa pemulihan Allah merupakan keterbatasan manausia. Dalam hal inilah Yesaya mengkritik para raja Yehuda untuk mengandalkan kekuatan politk sebagai solusi untuk menyelamatkan dan menjadi ukuran untuk menentukan nasip sendiri. Dalam hal itulah Yesaya menekankan pentingnya iman kepada Allah, sebagaimana yng dianjurkan kepada raja Ahas (7:9). Iman dalam hal ini adalah kesetiaan yang teguh. Pada awalnya konteks dari iman merupakan gagasan di dalam dinasti Daud (bnd 2 Sam 7:10-16). Janji kepada Daud menjadi teologi yang aktual, dalam konteks dari iman Yesaya (tidak seperti nabi sezamannya yakni Amos,. Hosea, Yesaya  tidak mengambil tradisi keluaran). Panngilan untuk hidup beriman menjadi anjuran Yesaya bagi raja dan seluruh rakyat.  Krisis politk akibat ancaman dari Asyut menjadi tantangan umat untuk berim,an kepada Alllah. Namun sejalan dengan itu Yesaya mengakui penderitaan dan kehancuran tidak dapat dielakkan, akan tetapi Allah dinyatakan tidak berdiam dalam penderitaan itu. Nama anaknya Syar Yashub (sebuah sisa akan kembali) memiliki makna ganda yakni “sikacita dan dukacita”. Di tengah kehancuran masih ada kehidupan yang tersisa, pohon yang ditebang akan muncul tunas baru yakni raja masa depan. Dalam hal ini makna Sion berubah dari pemahanan geografis atau teritorial kepada universal.  Teologia politik nabi Yesaya menekankan nama simbolis “Imanuel” (Tuhan beserta kita) yang merupakan keyakinan iman dalam dinasti Daud. Keselamatan dari Allah sulit diterima dalam pemahaman manusia. Keselamatan tidak idenik dengan kekayaan secara materi. Kerajaan yang ideal bukan berorietasi pada kekuasaan politik, melainkan kesedehanaan  dan kedamaian.  Kehadiran Allah yang tampak dalam pedang Asyur merupakan cambuk dari kemarah-Nya (10-5), merupakan proses pembelajaran untuk menyadarkan umat yang  mengandalakan kekuatan dan kemewahan materi.[32]
 D.C. Mulder  merumuskan empat muatan teologi  Proto Yesaya yakni:[33] Pertama  Menekankan tentang kekudusan  Allah.  Kekudusan dalam kitab Yesaua  bertentangan dengan dosa  dan ketidakadilan (6:7). Kedua; Menekanakan tentang hukuman  terhadap bangsa Israel Utara an Yehuda. Allah  memakai Asyur untuk menghukum bangsa-Nya (10:5) namun asyur juga dihukum karena kseombongannya ( 10:15-17). Ketiga; Tuhan sebagai pengharapoan dan pertolongan bagi  umat pilihan-Nya. Hal ini ditekankan Yesaya dalam menjelang perang  Syro Efraim, dimana  Yesaya tidak menyetuji Ahhas meminta pertolongan dari kuasa lain (Asyur). Keempat; nubuat tentang  masa depan, bangsa yang bertobat akan diselamatkan oleh TUHAN ( 10:20). Hari Tuhan akan datang melalui tunas Daud (9:1-6; 11:1)  akan mendirikan kerajaan kekal dan  sempurna (9:6; 11;1-10; 29:17-24; 30:18-26; 32:1-8). Kemudian redaktur  menyisipkan  nubuta-nubuat yang  diucapkan  pada zaman sesudah pembungan seperti  pasal 11:11-16; 24-27; 35.  Penempatan pasal  24-27 menunjukkan  bahwa kitab Yesaya  menekankan bangsa “keselamatan itu  tidak bersifat esklusif (Israel dan Yehuda), namun keselamatan itu bersifat kolektif dan universal (11:10; 25:6-9). Kehidupan dan keselamatan yang datang dari Allah yang dilukiskana dalam pasal 24-26 merupakan pesan theologis tentang pengharapan kehidupan masa  depan dalam jaminana dan  karya Allah.
Seperti nabi Hosea,  nabi Yesaya  meletakkan pemahaman yang kuat tentang pengharapan pada keselamatan yang akan datang. Namun orientasi keselamatan itu tidak dibatasi oleh satu tempat saja, melainkan seluruh  dunia. Oleh sebab itu dapat disimpulkan bahwa Yesayalah yang meletakkan   pengharpan eskatologi yang bersifat universal. Pengharapan eskatologis memainkan pengaruh dan peranan penting dalam pemikiran Israel setelah satu abad kematian Yesaya, yakni ketika kerajaan Yehuda  hancur.  Konsep itulah kemudian dikembangkan dalam Deutro Yesaya, yang menekankan pengharapan  akan kehidupan masa depan yang lebih indah, dan pengharapan itu kemudian  semakin berkembang pada zaman berikutnya dan menjadi inspirator dan motivator gerakan pembaharuan yang diprakarsai  kalangan Yudaisme, yanag kemudian pengaruhnya   meluas ke dunia di luar Israel dan berakar dalam tradisi Kristen.[34]

3.2.               Apakah Akibat Dari Pemberitaan Dari  Proto Yesaya Sesudah  Gulungan  Ini Diletakkan  Diantara Pasal 1-23 Dan   Pasal 28-39, Apa  Akibatnya?

Jika ditinjau dari penulisan proto Yesaua maka dapat disimpulkan bahwa : Redaktor menyatukan Proto-Yesaya secara teologis. Secara khusus bagian inti dari kitab Proto-Yesaya dapat kita lihat dalam Yes 6-8, yang yang mana isinya berhubungan dengan Syro-Efraim, perang antara Siria dengan Israel. Nabi Yesaya menasehati raja Ahas agar tidak terlibat dalam perang tersebut. Namun, raja Ahas tetap melibatkan dirinya. Tema penghukuman dan penebusan Eskatologis menyebar luas dibagian utama kitab Proto-Yesaya ini dengan kata lain, bagian inti daripada proto-Yesaya dikelilingi oleh tema-tema penghukuman dan penebusan Eskatologis. (Yes 2-11). Redaktor mengatakan bahwa Yesaya dipanggil Tuhan untuk memberikan hukuman Tuhan pada uamat itu. Tetapi kemudian, redaktor membubuhi kitab-kitab itu dengan tema-tema Eskatologis yakni:
Ø  Pasal 1-12 : Memuat kumpulan hukuman dan keselamatan
Ø  Pasal 13-23 : Merupakan  ucapan-ucapan  bahagia terhadap bangsa-bangsa
Ø  Pasal 24-27              : Penindasan dan keselamatan yang akan datang
Ø  Pasal 25-35 :Nubuat tentang penghukuman terhaap Efraimi, Yehuda dan  penebusan Sion
Ø  Pasal 35-39              :Sejarah serangan Sanhenrib terhadap Yehu dan dan kota Yerusalem [35]

Eksisntensi pasal 24-27 dalam Proto Yesaya merupakan sisipan yang  mirip dengan  Trito Yesaya. Pasal 24-27 merupakan  karya yang menggambarkan  kondisi kehidupan yang mengalami putus asa dan mengharapkan  masa depan yang lebih baik. Pasal 24-27 disebut sebagai “apokaliptis Yesaya” sebab bahasa yang dipakai  identik dengan  simbol-simbol mitologis yang merupakan ciri khas  sastra apokaliptik. Para ahli  menempatkan bahwa isi pasal 24-27 menggambarkan zaman  sesudah pembuangan sekitar tahun 500 sM, dan bahkan  tahun 300 sM.[36]  DC. Muller juga menyimpulkan bahwa[37] “pasal 24-27 ini berasal dari zaman  sesudah pembuangan (abad ke  6) dan   dan terjadinya apokalipse  ini  ditempatkan pada bad ke 5 sM atau sesudahnya. Secara umum para ahli mengatakan bahwa pasal 24-27 bukanlah asli dari nabi Proto Yesaya. Nama nabi Yesaya sendiri tidak disinggung dalam pasal-pasal ini.  Mengacu pada pasal 27:12-13, TUHAN  akan mengumpulkan  orang-orang Israel yang tersebar di  Asyur dan Mesir, ayat ini menunjukkan  kepada umat di dalam  diaspora dimana bangsa Yahudi jauh dari Yerusalem”.
Pasal 24-27 mempunyai tempat tersendiri dalam kitab Yesaya. Penempatan pasal 24-27 yang ditempatkan  sesudah pasal 13-23 yang menyatakan  ucapan ilahi  dan hukuman atas  bangas-bangsa. Namun pasal  ini merupakan klimaks yang menyatakan  seluruh   bumi berasal  di bawah   penghukuman Tuhan (24:1) Tak seorang pun yang luput dari hukuman  itu ( 24:17). Leaviathan, ular yang  melingkar itu akan dihancurkan (27:1), dan sebaliknya Sion akan diselamatkan dan Tuhan akan memerintah untuk selamanya ( Yes 24:23, 25:6-12; 27:1-3a). maut akan   ditiadakan (25:8a) kebangkitan orang yang sudah mati (26:19), Israel yang terbuang akan dikumpulkan kembali dalam Sion untuk menyembah Allah (27:12-13), Israel menjadi kebun anggur Tuhan  yang indah (27:2-4) , Tunas akan muncul dari Israel (27:6)[38]
Pasal 24-27 menyinggung tentang  kehancuran sebuah kota dalam 24:10-12; 25:1-5; 26:5; 27:10-11.  Kota yang dimaksud   bisa menunjukkan  wilayah kota Babel pada abad ke 6 sM sampai Samaria pada abad ke 2 sM.  Oleh sebab itu sebutan kota dalam pasal tersebut dapat merujuk  pada kota  Babel[39] namun tidak ada perincian yang spesifik, dalam hal ini isi  sebutan tentang kota yang dimaksud    lebih cocok untuk  umum yakni  sebuah dunia  yang terasing dan harapan  untuk mendapat  keselamatan  yang  pasti melalui kuasa Allah.[40]



[1] D.S. Russell, Penyingkapan Ilahi, Pengantar Kedalam Apokaliptik  Yahudi, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2000),  13
[2] John  R Hinnells, A New  Dictioanry Of Religions, (USA, Blackwell Publishers, 1995), 30
[3] Herbert Lockyer, Ilustrated Bible Dictionary, (New York: Thomas  Nelson Publisher, 1986), 71
[4]Modeleine,. S Miller & J Lane Miller,  Harpers Bible Dictionary, (USA: Harper & Row Publisher, 1973), 24-27
[5] E. Mory  Stevens Bucke (dkk) The Interpreter’s Dictionary Of The Bible, Supplementary Volume,  USA, Abingdon Nashville, 1976, 29
[6] E. Mory  Stevens Bucke (dkk), Op. Cit, 30
[7] J.J. Collins mengajukan  tiga  alas an mengapa  sulit untuk membuat batasan tentang apokaliptik: pertama, karena istilah  apokaliptik dipakai   sebagai sebuah kata  benda  yang  mernunjuk pada  suatu  campuran  berbagai unsur sastra, social, dan berbagai hal yang  luar biasa, Kedua, karena  sebenarnya  jenis sastra  apokaliptik  sendiri  tidak jelas dikenal   dan diakui  oleh umat zaman dulu, dana ketiaga,  karena nyatanya jenis apoaliptik sendiri banyak  kali menyerap   juga  perbagai   bentuk sastra  yang masing-masing memiliki  kekhususan sendiri seperti penglihatan-penglihatan, doa-doa, wasiat-wasiat, legenda-legenda dan sebagainya. .Ibid, 19
[8] Yang termasuk kita-kitab Apokaliptik yakni:  I Henokh (kitab  Henokh Etiopik), abad  ke 3 sM samapai abad  pertama  M.  II Henokh (kitab  Henokh  slavonik) akhir abad pertama M, Apokaliptik  zefanya, abad  pertama sM sapaia  abad pertama M, Apoaliptik (atau  Wahyu) Abraham, abad pertama sM samapai abad  ke 2 M, II Esdras (+ 4 Ezra) 3-14, k.l. tahun 100 M, II Barukh (Apokalipyik Barukh Syiria) awal abad ke 2 M. Kemuan  yang  termasuk  ke dalam golongan sastra apokaliptim adalah : Kitab  Yobel (kitab Kekadian kecil), abad ke  2 sM, Wasiat-wasiat Keduabelas bapa Leluhur, abad ke  2sM, Risalat sem, abad pertama M, Wasiat (kenaikan) Musa,  abad pertama M, Wasiat Abraham, abad  pertama, abad ke 2 M. Lih, D.S. Russell, Op. Cit, 20
[9] Ibid, 23
[10] Herbert Lockyer, Op. Cit, 71
[11] Ibid, 71
[12] Ibid, 71
[13] Ibid, 71
[14] Ibid, 71
[15] G.I. Emmerson: “Apokaliptik” dalam J.D. Douglas (ed), Eksiklopedia Alkitab Masa Kini Jilid, I, Penerjemah, W.B. Sijabat, ( Jakarta: YKBK, 2007), 62
[16] Ibd, 23
[17] Ibid, 24
[18] Ibid, 25
[19] Ibid, 26
[20] Ibid, 2
[21] Ibid,  30-31
[22] Ibid, 31-32
[23] Ibid, 32
[24] Ibid, 32-33
[25] Ibid, 36-37
[26] Ibid, 37
[27] Disinilah dilukiskan pengalaman berada di pembuangan pada  abad ke 6 sM, dialami lahi dalam abad ke  2 sM. Lih, D.S. Russell, Penyingkapan Ilahi, Pengantar Kedalam Apokaliptik  Yahudi, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2000),  34
[28] G.I. Emmerson: “Apokaliptik” dalam J.D. Douglas (ed), Op. Cit, 61
[29] Wismoady Wahono, Disini Kutemukan, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2000), 275
[30] S. H Widyapranawa,  Op.Cit, 150-205
[31] Ibid, 4
[32] John J. Collins “Yesaya” dalam  Dianne Bergant & Robert J Karris (ed), Tafsiran Alkitab Perjanjina Lama, terjemahan  A.S. Hadiwiyata, Yokyakarta, Kanisius, 2006, 511-512
[33] D.C.  Mulder, Pembimbing Kedalam Perjanjian Lama, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1970), 104
[34] Th.C. Vriezen, Agama Israel Kuno, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2000), 243-244
[35] D.C.Mulder, Op. Cit, 99-102
[36] John  J Collins: “Yesaya” Dalam  Dianne bergant & Robert  J Karris (ed), Tafsiran Alkitab Perjanjian Lama,( Yokyakarta: Kanisius, 2002),  514
[37] D.C. Mulder, Op. Cit, 101
[38] S.H. Widyapranawa, Tafsiran  Yesaya 13-27, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1979), 149
[39] Kota Babel  dihancurkan  oleh  Kserkes dari Persia tahun  482 sM.
[40] John J. Colins, Op. Cit,  526

Tidak ada komentar:

Posting Komentar