Rabu, 09 Januari 2013

Jamita Minggu 13 Januari 2013, Lukas 3:15-17,21-22


Jamita Minggu 13 Januari 2013
Ev: Lukas 3:15-17.21-22                                                          Ep: Mazmur 26:1-11

3:15 Tetapi karena orang banyak sedang menanti dan berharap, dan semuanya bertanya dalam hatinya tentang Yohanes, kalau-kalau ia adalah Mesias,
3:16 Yohanes menjawab dan berkata kepada semua orang itu: "Aku membaptis kamu dengan air, tetapi Ia yang lebih berkuasa dari padaku akan datang dan membuka tali kasut-Nya pun aku tidak layak. Ia akan membaptis kamu dengan Roh Kudus dan dengan api.
3:17 Alat penampi sudah di tangan-Nya untuk membersihkan tempat pengirikan-Nya dan untuk mengumpulkan gandum-Nya ke dalam lumbung-Nya, tetapi debu jerami itu akan dibakar-Nya dalam api yang tidak terpadamkan."
3:21 Ketika seluruh orang banyak itu telah dibaptis dan ketika Yesus juga dibaptis dan sedang berdoa, terbukalah langit
3:22 dan turunlah Roh Kudus dalam rupa burung merpati ke atas-Nya. Dan terdengarlah suara dari langit: "Engkaulah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Mulah Aku berkenan."
1.       Penantian  akan datangnya  Mesias untuk menyelamatkan orang Israel telah lama ditunggutunggu, meskipun sikap dalam penantian akan Mesias tersebut motifnya lebih dominan pada dimensi politisnya daripada aspek teologisnya. Sikap tersebut secara manusiawi dapat dipahami karena melihat situasi dan kondosi umat Yahudi pada waktu itu berada dalam situasi yang sangat sulit, baik dari segi social ekonomi, politik, budaya, agama dan sebagainya. Dalam konteks tersebutlah umat mengharapkana datangnya seorang yang dapat memperjuangkan eksistensi mereka sebagai umat yang di klaim sebagai pilihan Allah. Oleh sebab itu kehadiran dan keberadaan Yohannes pembaptis yang vocal dalam menyuaran “pertobatan” diyakini sebagai refresentasis Mesia yang mereka nantikan selama ini.
2.       Dalam Nats ini Yohannes pembaptiskan menegaskan dan memproklamirkan Mesias yanag sejati sesungguhnya bukan pada dirinya melainkan ada dalam diri Yesus Kristus. Yohannes pembaptis menyatakan bahwa dirinya hanyalah manusia biasa. Sikap Yohannes dalam nats ini menyatakan tentang KUASA dari Allah dinyatakan di dalam diri Yesus Kristus, Ia akan MEMBAPTIS dengan ROH Kudus dan Api. Pernyataan itu menegaskan bahwa kuasa Allah sagat luarbiasa.  Sikap dan tindakan Yesus yang mau dibabtis menunjukkan sikap, bahwa Ia mau memposisikan diriNya masuk dalam keberdosaan manusia meskipun dia hidup tanpa Dosa. Paptisan Roh Kudus dapat didefinisikan sebagai karya Roh Allah yang mempersatukan orang percaya dengan Kristus dan dengan orang-orang percaya lainnya dalam Tubuh Kristus pada saat orang itu diselamatkan. 1 Korintus 12:12-13 dan Roma 6:1-4 adalah ayat-ayat utama dalam Alkitab yang mengajarkan doktrin ini. 1 Korintus 12:13 mengatakan, “Sebab dalam satu Roh kita semua, baik orang Yahudi, maupun orang Yunani, baik budak, maupun orang merdeka, telah dibaptis menjadi satu tubuh dan kita semua diberi minum dari satu Roh.” Roma 6:1-4 mengatakan, “Jika demikian, apakah yang hendak kita katakan? Bolehkah kita bertekun dalam dosa, supaya semakin bertambah kasih karunia itu? Sekali-kali tidak! Bukankah kita telah mati bagi dosa, bagaimanakah kita masih dapat hidup di dalamnya? Atau tidak tahukah kamu, bahwa kita semua yang telah dibaptis dalam Kristus, telah dibaptis dalam kematian-Nya? Dengan demikian kita telah dikuburkan bersama-sama dengan Dia oleh baptisan dalam kematian, supaya, sama seperti Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan Bapa, demikian juga kita akan hidup dalam hidup yang baru.” Meskipun Roma 6 tidak secara khusus menyebut Roh Allah, bagian Alkitab ini menggambarkan kedudukan orang percaya di hadapan Allah dan 1 Korintus 12 memberitahu kita bagaimana hal itu terjadi.

Tiga fakta perlu diperhatikan untuk menguatkan pengertian kita akan baptisan Roh. Pertama, 1 Korintus 12:13 dengan jelas menyatakan bahwa semua telah dibaptis sama seperti semua telah diberi minum (berdiamnya Roh Kudus). Kedua, Alkitab tidak pernah menasehati orang-orang percaya untuk dibaptiskan dengan/dalam/oleh Roh. Ini menunjukkan bahwa semua orang percaya telah mengalami pelayanan ini. Akhirnya, Efesus 4:5 nampaknya menunjuk pada baptisan Roh. Jikalau ini memang demikian, baptisan Roh adalah kenyataan hidup dari setiap orang percaya, sama seperti, ”satu iman” dan ”satu Bapa.”

Sebagai kesimpulan, baptisan Roh Kudus menggenapi dua hal, (1) menyatukan kita dengan Tubuh Kristus, dan (2) mengaktualisasikan penyaliban kita bersama dengan Kristus. Berada dalam tubuh Kristus berarti kita bangkit bersama dengan Dia dalam hidup yang baru (Roma 6:4). Kita perlu menggunakan karunia rohani kita untuk memastikan bahwa tubuh itu berfungsi sebagaimana mestinya seperti yang dijelaskan dalam 1 Korintus 12:13. Mengalami baptisan dari Roh yang sama menjadi dasar untuk memelihara kesatuan gereja seperti yang dikatakan dalam Efesus 4:5. Menjadi sama dengan Kristus dalam kematian, penguburan dan kebangkitanNya melalui baptisan Roh menjadi dasar untuk mewujudkan pemisahan kita dari kuasa dosa dan untuk kita berjalan dalam hidup yang baru (Roma 6:1-10; Kolose 2:12)Pembaptisan Yesus sekaligus menegaskan tentang PERTOBATAN bagi umat manusia. Kesediaan Yesus memberi diri-Nya dibaptis adalah tanda solidaritas-Nya terhadap manusia dan tanda telah dimulainya misi kemanusiaan Tuhan Yesus di tengah-tengah dunia. Segera setelah Yesus dibaptis, turunlah Roh Kudus sebagai tanda bahwa Allah Bapa berkenan atas-Nya ( Luk 3:22*). Dengan demikian karya penebusan Allah dalam diri Tuhan Yesus Kristus menjadi karya yang realistis dan menjawab permasalahan umat. Jadi misi Yesus adalah misi surgawi, misi Allah sendiri untuk umat manusia.
3.       Yohanes sudah mulai dengan mengarahkan fokus perhatian orang banyak bukan kepada dirinya, melainkan kepada Yesus. Apa bukti bahwa Yesus adalah Mesias yang diutus Allah dan berkuasa menyelamatkan manusia dari perbudakan dan penghukuman dosa?  Kepada orang banyak, Allah Bapa mendemonstrasikan pengurapan-Nya atas Yesus. Di dalam baptisan Yesus, suara Allah Bapa, kehadiran Roh Kudus menegaskan akan ke-Allah-an Yesus dan misi keselamatan diemban Yesus
4.       Untuk menyelamatkan manusia, Yesus rela meninggalkan kemuliaan ke-Allah-an-Nya menjadi manusia sejati. Siapkah kita menjadi Kristen yang rela mengorbankan hak-hak kita untuk menjangkau sesama kita yang masih di dalam dosa? Tuhan telah datang untuk menebus dosa kita, dan dia telah rela mati untuk dosa kita, oleh sebab itu marilah kita hidup dalam kehendakNya, bertobatlah.

MARGA PARNA: NAIAMBATON


Menurut Sumber, istri pertama dari TUAN SORIMANGARAJA (yaitu SI BORU ANTING MALELA alias SI BORU ANTING SABUNGAN alias NAI AMBATON) melahirkan putra bernama TUAN SORBA DIJULU alias OMPU RAJA NABOLON.

Tapi kemudian TUAN SORBA DIJULU alias OMPU RAJA NABOLON ini digelari NAI AMBATON (menurut nama ibunya), dan sampai sekarang semua keturunannya dinyatakan sebagai keturunan NAI AMBATON.

Kemudian, TUAN SORBA DIJULU alias OMPU RAJA NABOLON alias NAI AMBATON ini mempunyai 4 putra, yaitu :
1. SIMBOLON TUA (keturunannya bermarga SIMBOLON)
2. TAMBA TUA (keturunannya bermarga TAMBA)
3. SARAGI TUA (keturunannya bermarga SARAGI)
4. MUNTE TUA (keturunannya bermarga MUNTE alias NAI MUNTE alias DALIMUNTE)

Sebagaimana tercantum dalam buku “Tarombo Marga Ni Suku Batak” karangan W. Hutagalung, dari keempat marga di atas kemudian lahir sejumlah marga cabang, yaitu :
- dari marga SIMBOLON : TINAMBUNAN, TUMANGGOR, MAHARAJA, TURUTAN, NAHAMPUN, dan PINAYUNGAN. Juga marga-marga BERAMPU dan PASI.
- dari marga TAMBA : SIALLAGAN, TOMOK, SIDABUTAR, SIJABAT, GUSAR, SIADARI, SIDABOLAK, RUMAHORBO, dan NAPITU.
- dari marga SARAGI : SIMALANGO, SAING, SIMARMATA, NADEAK, dan SIDABUNGKE.
- dari marga MUNTE : SITANGGANG, MANIHURUK, SIDAURUK, TURNIP, SITIO, dan SIGALINGGING.

Ada keterangan lain yang mengatakan bahwa TUAN SORBA DIJULU alias OMPU RAJA NABOLON alias NAI AMBATON mempunyai 2 putra, yaitu SIMBOLON TUA dan SIGALINGGING. Kemudian, SIMBOLON TUA mempunyai 5 putra, yaitu SIMBOLON, TAMBA, SARAGI, MUNTE, dan NAHAMPUN

Walau keturunan NAI AMBATON sudah terdiri dari berpuluh-puluh marga dan sampai sekarang sudah mencapai lebih dari 20 sundut (generasi), masih dapat dipertahankan ruhut bongbong, yaitu peraturan yang melarang terjadinya perkawinan antar satu marga atau antar marga yang sekelompok/seleluhur.
Dengan demikian, tidak ada perkawinan antar sesama marga keturunan NAI AMBATON.
Menurut Sumber B, putra pertama dari TUAN SORIMANGARAJA (yaitu TUAN SORBA DIJULU) mempunyai putra bernama SIAMBATON alias SULIRAJA, yang kemudian mempunyai 4 putra, yaitu :
1. SIMBOLON TUA (keturunannya bermarga SIMBOLON)
2. TAMBA TUA (keturunannya bermarga TAMBA)
3. SARAGI TUA (keturunannya bermarga SARAGI)
4. MUNTE TUA (keturunannya bermarga MUNTE)

SIMBOLON TUA (yang keturunannya bermarga SIMBOLON) mempunyai 2 putra, yaitu :
1. TUNGGUL SIBISA
2. SUHUT NIHUTA

TUNGGUL SIBISA mempunyai 4 putra, yaitu :
1. ALTONG NABEGU
2. NAHODA RAJA
3. PANDE SAHATA
4. JUARA BULAN

NAHODA RAJA mempunyai 6 putra, yaitu :
1. TINAMBUNAN (keturunannya bermarga TINAMBUNAN)
2. TUMANGGOR (keturunannya bermarga TUMANGGOR)
3. MAHARAJA (keturunannya bermarga MAHARAJA)
4. TURUTAN (keturunannya bermarga TURUTAN)
5. PINAYUNGAN (keturunannya bermarga PINAYUNGAN)
6. NAHAMPUN (keturunannya bermarga NAHAMPUN)

TUMANGGOR mempunyai 4 putra, yaitu :
1. GALA
2. GALUNG
3. BOANG MANALU (keturunannya bermarga BOANG MANALU)
4. BANCIN (keturunannya bermarga BANCIN)
SUHUT NIHUTA mempunyai 3 putra, yaitu :
1. RAJA DAPOTON
2. RAJA SIRIMBANG
3. RAJA HAPOTAN

TAMBA TUA (yang keturunannya bermarga TAMBA) mempunyai 3 putra, yaitu :
1. TUAN SITONGGOR alias RUMABOLON
2. TUAN LUMBAN TONGATONGA
3. TUAN LUMBAN TORUAN

TUAN SITONGGOR alias RUMABOLON mempunyai 4 putra, yaitu :
1.
MARIA RAJA
2. PANDE RAJA
3. MANGGOHI RAJA
4. SIMARMATA RAJA
MARIA RAJA mempunyai putra bernama BATU MANDIRI.
PANDE RAJA mempunyai putra bernama SIALLAGAN, yang keturunannya bermarga SIALLAGAN.
MANGGOHI RAJA mempunyai putra yang bernama REA, yang keturunannya bermarga REA.
SIMARMATA RAJA mempunyai putra bernama TUAN LUMBAN PEA.

TUAN LUMBAN TONGATONGA mempunyai 2 putra, yaitu :
1. RUMAGANJANG
2. TUAN LUMBAN URUK

RUMAGANJANG mempunyai 3 putra, yaitu :
1. GURU TATEA BULAN
2. GURU SINANTI
3. DATU PARNGONGO

DATU PARNGONGO mempunyai 7 putra, yaitu :
1. GURU SITINDION
2. RAJA NIALAPAN
3. GURU SAOAN
4. PARJARUNGJUNG
5. SIMATA RAJA
6. GURU TINANDANGAN
7. RAJA MARHATI ULUBALANG

Keturunan GURU SITINDION kemudian melahirkan marga-marga SIDABUTAR, SIJABAT, SIADARI, dan SIADABALOK. Keempat marga ini disebut marga-marga TOMOK.

TUAN LUMBAN TORUAN mempunyai 2 putra, yaitu :
1. RUMAROHA
2. RUMAHORBO

Keturunan RUMAHORBO bermarga RUMAHORBO. Dia mempunyai 2 putra, yaitu :
1. RAJA DIURUK
2. TUAN DIHORBO (keturunannya bermarga NAPITU)

SARAGI TUA (yang keturunannya bermarga SARAGI) mempunyai 2 putra, yaitu :
1. TUAN BINUR
2. RAJA SARAGI

TUAN BINUR mempunyai 4 putra, yaitu :
1. LANGO RAJA (keturuannya bermarga SIMALANGO)
2.
SAING RAJA (keturunannya bermarga SAING)
3. SIMATA RAJA (keturunannya bermarga SIMARMATA)
4. TOGA NADEAK (keturunannya bermarga NADEAK)

RAJA SARAGI mempunyai putra bernama OMPU PARTUMPUAN, yang kemudian mempunyai 2 putra, yaitu :
1. OMPU HARUNGGUAN
2. RAJA SINALIN
Keturunan OMPU HARUNGGUAN bermarga TARIGAN, yang kemudian juga melahirkan marga-marga BASIRUN, BOLAHAN, AKARBEJADI, KABAN, JURUG, dan TELUN.
Keturunan RAJA SINALIN bermarga SIDABUNGKE.

MUNTE TUA (yang keturunannya bermarga MUNTE) mempunyai 3 putra, yaitu :
1. RAJA PANGURURAN
2. JELAK MARIBUR
3. JELAK KARO

RAJA PANGURURAN mempunyai 2 putra, yaitu :
1. SITANGGANG
2. SIGALINGGING

Keturunan SITANGGANG bermarga SITANGGANG. Dia mempunyai 2 putra, yaitu :
1. SITANGGANGBAU
2. OMPU PANGADATAN

OMPU PANGADATAN mempunyai putra bernama RAJA SILO, yang kemudian mempunyai 2 putra, yaitu :
1. MANIHURUK
2. MARHABONG LALI

Keturunan MANIHURUK bermarga MANIHURUK. Dia mempunyai putra bernama PANE TOBA, yang keturunannya kemudian melahirkan marga-marga SIDAURUK, TURNIP, dan SITIO.

Keturunan SIGALINGGING bermarga SIGALINGGING. Dia mempunyai 3 putra, yaitu :
1. OMPU SINALSAL
2. DATU RONGGUR
3. JUARA GAJA
OMPU SINALSAL mempunyai putra bernama OMPU BADA, yang keturunannya kemudian melahirkan marga-marga TENDANG, BANUREA, dan MANIK.
Keturunan marga TENDANG kemudian melahirkan marga GAJA, dan keturunan marga GAJA ini kemudian melahirkan marga BERASA.
Keturunan marga MANIK kemudian melahirkan marga BERINGIN.

DATU RONGGUR mempunyai 3 putra, yaitu :
1. SIGORA
2. SITAMBOLANG
3. PARHALIANG

Keturunan JELAK MARIBUR bermarga DALIMUNTE di daerah Mandailing.

Keturunan JELAK KARO bermarga GINTING MUNTE di daerah Karo.

Catatan Khusus mengenai OMPU BADA
Menurut buku “Tarombo Marga Ni Suku Batak” karangan W. Hutagalung, OMPU BADA adalah keturunan NAI AMBATON pada sundut kesepuluh.
Menurut keterangan dari salah seorang keturunan OMPU BADA (MPU BADA) yang bermarga GAJAH :
- MPU BADA adalah asal-usul dari marga-marga TENDANG, BUNUREA, MANIK, BERINGIN, GAJAH, dan BARASA.
- Keenam marga tersebut dinamai SIENEMKODIN (ENEM = ENAM, KODIN = PERIUK), dan tanah asal keturunan MPU BADA pun dinamai Sienemkodin.
- MPU BADA bukan keturunan NAI AMBATON, juga bukan keturunan SI RAJA BATAK dari Pusuk Buhit.
- Lama sebelum SI RAJA BATAK lahir di Pusuk Buhit, MPU BADA telah ada di tanah Dairi. Keturunan MPU BADA merupakan ahli-ahli yang trampil (pawang-pawang) untuk mengambil serta mengumpulkan kapur barus yang diekspor ke luar negeri selama berabad-abad.
- Keturunan MPU BADA menganut sistem kekeluargaan Dalihan Natolu seperti yang dianut oleh saudara-saudaranya dari Pusuk Buhit yang datang ke tanah Dairi dan Tapanuli bagian barat.

Persekutuan (KOINONIA)


DIMENSI BARU DALAM PERSEKUTUAN DENGAN TUHAN
Berdirilah teguh, jangan goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan! Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia (1 Kor 15:58)
Pdt.Remanto Tumanggor,M.Div
Salah satu hakikat dan eksistensi gereja adalah panggilan untuk membangun persekutuan (koinonia). Namun implementasi koinonia sering dipahami  secara keliru, diartikan sempit, karena dibatasi ruang dan waktu. Artinya, persekutuan dengan Tuhan hanya ada jika ada kegiatan bersama memuji Tuhan, doa dan baca firman. Sebaliknya jika tidak, meski sedang berkumpul bersama, tidaklah menunjukkan adanya persekutuan dengan Tuhan. Benarkah demikian? Paulus menunjukkan suatu dimensi baru dalam memandang persekutuan dengan Tuhan, yakni dimensi kekekalan.
Paulus mendorong orang Kristen untuk memegang kebenaran akan kebangkitan dan hidup benar dalam hubungannya dengan aspek persekutuan kekal dengan Tuhan. Usaha Paulus ini tentu saja dibarengi dengan alasan-alasan logis. Pertama, orang mati dalam Tuhan akan dibangkitkan pada waktu bunyi nafiri terakhir dalam keadaan tidak binasa dan telah diubahkan ( 1Kor 15:51-53). Nabi-nabi Perjanjian Lama seringkali memiliki bayangan tentang terompet, yang digunakan untuk mengumpulkan umat untuk perang; di sini merujuk kepada kumpulan umat Allah pada zaman akhir (Yes 27:13). Paulus mengambil bayangan dari khotbah Yesus tentang akhir zaman (Mat 24:31). Kedua, peristiwa itu merupakan penggenapan firman Tuhan: (Hos 13:14;Yes 25:8*) bahwa maut telah dilenyapkan oleh kebangkitan Yesus Kristus (1Kor 15:54-56). Paulus mengutip Yesaya yang merujuk ke kemenangan Allah atas kematian zaman akhir, pada pemulihan terakhir Israel.
Ulasan Paulus mengenai persekutuan kekal, memberikan kepada kita, orang-orang Kristen pada masa kini hendaknya megimplementasikan dua hal pelajaran penting: Pertama, bahwa umat yang gigih mempertahankan persekutuan dengan Tuhan tidak akan sia-sia; kedua, bahwa selain dipertahankan dengan kegigihan, persekutuan dengan Tuhan harus dipelihara agar tidak goyah dan tetap berdiri teguh (1Kor 15:57-58). Jika kita mengkaji pernyataan Paulus dalam teks ini, ada 4 hal sikap untuk membangun persekutuan yang hidup dalam Tuhan yakni:
1.      Memiliki komitment dalam persekutuan: berdirilah TEGUH ..."Kata asli bahasa Yunani yang digunakan untuk "teguh" adalah δραοι (hedraios, hed-rah'-yos). Arti harafiah dari kata hedraios adalah,  tetap berada dalam satu posisi terus menerus, tetap berada dalam satu posisi yang tenang, tetap berada dalam satu posisi yang setia, tetap berada dalam satu posisi yang tabah
2.      Selalu Konsisten dalam persekutuan: JANGAN GOYAH ... "Kata asli bahasa Yunani yang digunakan untuk "jangan goyah" adalah μετακίνητοι (ametakinetos, am-et-ak-in'-ay-tos). Arti harafiah dari kata ametakinetos adalah, tidak dapat digerakkan, teguh, tidak bergeser
3.      Memiliki Spirit dan semangat yang kuat dalam persekutuan: GIATLAH selalu ..." Kata asli bahasa Yunani yang digunakan untuk "giatlah" adalah περισσεύοντες (perisseuo, per-is-syoo'-o). Arti harafiah dari kata perisseuo adalah, sangat berlimpah dalam kualitas dan kuantitas (mungkin artinya mengarah pada ajakan untuk tetap bersemangat)
4.      Memiliki etos kerja dalam pelayanan Tuhan: JERIH PAYAH ..." Kata asli bahasa Yunani yang digunakan untuk "jerih payah" adalah κόπος ( kopos, kop'-os). Arti harafiah dari kata kopos adalah,bekerja keras membanting tulang, bekerja sampai kelelahan dan keletihan,  bekerja sampai susah payah

Dari empat hal sikap tersebut pada hakikatnya akan membuahkan hasil yang signifikan dan berkualitas dalam membangun dimensi koinonia dalam hidup bermasyarakat dan berjemaat yakni membawa hidup dalam Pembaharuan, Perdamaian dan Pemberdayaan (3P). Tuhan menjanjikan bahwa orang-orang yang hidup dalam panggilan pelayanan Tuhan tidak akan “sia-sia”. Panggilan hidup dalam persekutuan pada dasarnya memiliki dimensi eskatologis, yakni berkat Tuhan yang tidak berkesudahan (abadi). Buah dari persekutuan itu tentunya akan membawa transformasi social, moral dan spititual dalam kehidpan manusia yang lebih baik di dunia ini baik dalam aspek ekonomi, social politik, hukum, dan sebagainya. Jika persekutuan umat telah terbangun dalam relasi social yang harmoni maka akan terbangun pulalah kehidupan umat yang hidup dalam damai sejahtera (syalom).

Persekutuan (KOINONIA)


DIMENSI BARU DALAM PERSEKUTUAN DENGAN TUHAN
Berdirilah teguh, jangan goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan! Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia (1 Kor 15:58)
Pdt.Remanto Tumanggor,M.Div
Salah satu hakikat dan eksistensi gereja adalah panggilan untuk membangun persekutuan (koinonia). Namun implementasi koinonia sering dipahami  secara keliru, diartikan sempit, karena dibatasi ruang dan waktu. Artinya, persekutuan dengan Tuhan hanya ada jika ada kegiatan bersama memuji Tuhan, doa dan baca firman. Sebaliknya jika tidak, meski sedang berkumpul bersama, tidaklah menunjukkan adanya persekutuan dengan Tuhan. Benarkah demikian? Paulus menunjukkan suatu dimensi baru dalam memandang persekutuan dengan Tuhan, yakni dimensi kekekalan.
Paulus mendorong orang Kristen untuk memegang kebenaran akan kebangkitan dan hidup benar dalam hubungannya dengan aspek persekutuan kekal dengan Tuhan. Usaha Paulus ini tentu saja dibarengi dengan alasan-alasan logis. Pertama, orang mati dalam Tuhan akan dibangkitkan pada waktu bunyi nafiri terakhir dalam keadaan tidak binasa dan telah diubahkan ( 1Kor 15:51-53). Nabi-nabi Perjanjian Lama seringkali memiliki bayangan tentang terompet, yang digunakan untuk mengumpulkan umat untuk perang; di sini merujuk kepada kumpulan umat Allah pada zaman akhir (Yes 27:13). Paulus mengambil bayangan dari khotbah Yesus tentang akhir zaman (Mat 24:31). Kedua, peristiwa itu merupakan penggenapan firman Tuhan: (Hos 13:14;Yes 25:8*) bahwa maut telah dilenyapkan oleh kebangkitan Yesus Kristus (1Kor 15:54-56). Paulus mengutip Yesaya yang merujuk ke kemenangan Allah atas kematian zaman akhir, pada pemulihan terakhir Israel.
Ulasan Paulus mengenai persekutuan kekal, memberikan kepada kita, orang-orang Kristen pada masa kini hendaknya megimplementasikan dua hal pelajaran penting: Pertama, bahwa umat yang gigih mempertahankan persekutuan dengan Tuhan tidak akan sia-sia; kedua, bahwa selain dipertahankan dengan kegigihan, persekutuan dengan Tuhan harus dipelihara agar tidak goyah dan tetap berdiri teguh (1Kor 15:57-58). Jika kita mengkaji pernyataan Paulus dalam teks ini, ada 4 hal sikap untuk membangun persekutuan yang hidup dalam Tuhan yakni:
1.      Memiliki komitment dalam persekutuan: berdirilah TEGUH ..."Kata asli bahasa Yunani yang digunakan untuk "teguh" adalah δραοι (hedraios, hed-rah'-yos). Arti harafiah dari kata hedraios adalah,  tetap berada dalam satu posisi terus menerus, tetap berada dalam satu posisi yang tenang, tetap berada dalam satu posisi yang setia, tetap berada dalam satu posisi yang tabah
2.      Selalu Konsisten dalam persekutuan: JANGAN GOYAH ... "Kata asli bahasa Yunani yang digunakan untuk "jangan goyah" adalah μετακίνητοι (ametakinetos, am-et-ak-in'-ay-tos). Arti harafiah dari kata ametakinetos adalah, tidak dapat digerakkan, teguh, tidak bergeser
3.      Memiliki Spirit dan semangat yang kuat dalam persekutuan: GIATLAH selalu ..." Kata asli bahasa Yunani yang digunakan untuk "giatlah" adalah περισσεύοντες (perisseuo, per-is-syoo'-o). Arti harafiah dari kata perisseuo adalah, sangat berlimpah dalam kualitas dan kuantitas (mungkin artinya mengarah pada ajakan untuk tetap bersemangat)
4.      Memiliki etos kerja dalam pelayanan Tuhan: JERIH PAYAH ..." Kata asli bahasa Yunani yang digunakan untuk "jerih payah" adalah κόπος ( kopos, kop'-os). Arti harafiah dari kata kopos adalah,bekerja keras membanting tulang, bekerja sampai kelelahan dan keletihan,  bekerja sampai susah payah

Dari empat hal sikap tersebut pada hakikatnya akan membuahkan hasil yang signifikan dan berkualitas dalam membangun dimensi koinonia dalam hidup bermasyarakat dan berjemaat yakni membawa hidup dalam Pembaharuan, Perdamaian dan Pemberdayaan (3P). Tuhan menjanjikan bahwa orang-orang yang hidup dalam panggilan pelayanan Tuhan tidak akan “sia-sia”. Panggilan hidup dalam persekutuan pada dasarnya memiliki dimensi eskatologis, yakni berkat Tuhan yang tidak berkesudahan (abadi). Buah dari persekutuan itu tentunya akan membawa transformasi social, moral dan spititual dalam kehidpan manusia yang lebih baik di dunia ini baik dalam aspek ekonomi, social politik, hukum, dan sebagainya. Jika persekutuan umat telah terbangun dalam relasi social yang harmoni maka akan terbangun pulalah kehidupan umat yang hidup dalam damai sejahtera (syalom).