Ilustrasi
Khotbah
Tafsiran/Catatan
Studi Kamus
Studi Kata
Leksikon
Sistem Studi Peta
Ilustrasi Khotbah
Ekspositori
Gambar
Resource
Bacaan Alkitab Harian
SABDA web
CD SABDA
Alkitab Mobile
Pelajaran
Memuji
Topik
: Allah Nats :
Pujilah Allah! (Mazmur
150:1)
Bacaan
: Mazmur
150
Mazmur
150 tidak hanya berisi ungkapan pujian yang indah, tetapi juga pelajaran
untuk memuji Tuhan. Mazmur tersebut memberi tahu kita di mana harus memuji
Allah, mengapa kita memuji Allah, bagaimana kita memuji Allah, dan siapa yang
seharusnya mempersembahkan pujian kepada Allah.
Di
manakah kita memuji Allah? Dalam "tempat kudus" Allah dan
"cakrawala-Nya yang kuat" (ayat 1).
Setiap tempat di dunia ini, di mana pun kita berada, adalah tempat yang tepat
untuk memuji Dia yang menciptakan segala sesuatu.
Mengapa
kita memuji Allah? Pertama, karena apa yang Allah lakukan. Dia menunjukkan
"segala keperkasaan-Nya". Kedua, karena siapa Allah. Pemazmur
memuji-Nya karena "kebesaran-Nya yang hebat" (ayat 2).
Pencipta yang penuh kuasa itu adalah Penopang alam semesta.
Bagaimana
kita seharusnya memuji Allah? Dengan gegap gempita. Lembut. Tenang. Penuh
antusiasme. Berirama. Penuh keberanian. Spontan. Tanpa rasa takut. Dengan kata
lain, kita dapat memuji Allah dengan berbagai cara dan dalam berbagai peristiwa
(ayat 3-5).
Siapa
yang seharusnya memuji Allah? "Semua yang bernapas" (ayat 6).
Tua dan muda. Kaya dan miskin. Kuat dan lemah. Setiap makhluk hidup. Allah
menghendaki supaya setiap orang yang Dia beri napas kehidupan, menggunakan
napas itu untuk menyatakan kuasa dan kebesaran-Nya.
Pujian
adalah ungkapan terima kasih kita yang antusias kepada Allah karena Dia
bertakhta dalam kemuliaan selama-lamanya --Julie Ackerman Link
PUJIAN
MENGALIR DARI HATI YANG PENUH SUKACITA
Topik
: Ampunan Dari
11
November 2002
Nats
: Dosamu telah diampuni oleh karena nama-Nya (1Yohanes
2:12)
Bacaan
: 1Yohanes
2:1-12
Lima
tahun sesudah PD II berakhir, Marvin Maris bertemu Taizo Fujishiro di sekolah
teologi di Chicago. Meskipun keduanya di pihak yang saling bermusuhan ketika
perang berlangsung, tetapi Maris tetap bersahabat dengan Fujishiro. Ia
membuatkan catatan pelajaran untuknya, mengajarinya menyetir mobil, dan
mengundangnya untuk merayakan Natal. Setelah Taizo kembali ke Jepang, mereka
tetap saling berhubungan.
Empat
puluh tahun kemudian, cucu perempuan Maris, Connie Wieck, pergi ke Jepang untuk
mengajar bahasa Inggris. Ia menelepon Fujishiro dan memperkenalkan diri. Hari
berikutnya mereka bertemu untuk makan siang. Taizo menceritakan kepadanya semua
hal mengenai kakeknya, sahabat Amerika pertama Taizo.
Di
kemudian hari Connie menulis: "Dibesarkan di kota di mana para veterannya
masih menyimpan kepedihan ..., dulunya saya tak percaya bahwa pemaafan akan
terjadi di antara orang-orang yang terlibat langsung dalam sejarah kelam itu.
Namun, persahabatan antara kakek saya dan Taizo membuktikan kebalikannya."
Rasul
Paulus menggambarkan keajaiban keselamatan dengan menulis, "Kita, ketika
masih seteru, diperdamaikan dengan Allah oleh kematian Anak-Nya" (Roma
5:10). Dan Yohanes mengatakan bahwa mereka yang sudah diampuni harus
mengasihi saudaranya (1
Yohanes 2:9-12).
Warisan
pengampunan dari Allah akan diteruskan dari generasi ke generasi jika kita
dengan rendah hati menerima anugerah pengampunan- Nya dalam Kristus dan
meneruskannya kepada sesama kita —David McCasland
PENDOSA
YANG DIAMPUNI
AKAN
MENGENAL DAN MENYATAKAN KASIH
25
November 2002
Nats
: Dengan kepak-Nya Ia akan menudungi engkau, di bawah sayap- Nya engkau akan
berlindung (Mazmur
91:4)
Bacaan
: 1Petrus
2:21-25
Seorang
penginjil India, Sundar Singh, menulis tentang kebakaran hutan di pegunungan
Himalaya yang ia saksikan ketika sedang melakukan perjalanan. Saat banyak orang
berusaha memadamkan api, ada sekelompok orang yang memandangi sebuah pohon yang
dahan-dahannya mulai dijalari api. Seekor induk burung dengan panik terbang
berputar-putar di atas pohon. Induk burung itu mencicit kebingungan,
seakan-akan mencari pertolongan bagi anak-anaknya yang masih di dalam sarang.
Ketika sarang mulai terbakar, induk burung itu tidak terbang menjauh.
Sebaliknya, ia justru menukik ke bawah dan melindungi anak-anaknya dengan
sayapnya. Dalam sekejap, ia beserta anak-anaknya hangus menjadi abu.
Lalu
Singh berkata kepada orang-orang itu, "Kita baru saja melihat hal yang
luar biasa. Allah menciptakan burung yang memiliki kasih dan pengabdian begitu
besar sehingga rela memberikan nyawanya untuk melindungi anak-anaknya ....
Kasih seperti itulah yang membuat-Nya turun dari surga dan menjadi manusia.
Kasih itu juga membuat-Nya rela mati sengsara demi kita semua."
Cerita
di atas adalah sebuah ilustrasi yang mengagumkan akan kasih Kristus kepada
kita. Kita juga berdiri dengan takjub saat merenungkan api penghakiman suci
yang membakar Bukit Kalvari. Di sanalah Kristus bersedia menderita dan "memikul
dosa kita di dalam tubuh-Nya di kayu salib" (1
Petrus 2:24).
Tuhan,
terima kasih karena Engkau rela menderita menggantikan kami. Betapa kami sangat
bersyukur atas semua yang telah Engkau lakukan! –Vernon Grounds
KRISTUS
MENANGGUNG API PENGHAKIMAN
AGAR
KITA MENIKMATI PENGAMPUNAN DARI ALLAH
Topik
: Ampunan Dari
11
November 2002
Nats : Dosamu telah diampuni oleh karena nama-Nya (1Yohanes
2:12)
Bacaan
: 1Yohanes
2:1-12
Lima
tahun sesudah PD II berakhir, Marvin Maris bertemu Taizo Fujishiro di sekolah
teologi di Chicago. Meskipun keduanya di pihak yang saling bermusuhan ketika
perang berlangsung, tetapi Maris tetap bersahabat dengan Fujishiro. Ia
membuatkan catatan pelajaran untuknya, mengajarinya menyetir mobil, dan
mengundangnya untuk merayakan Natal. Setelah Taizo kembali ke Jepang, mereka
tetap saling berhubungan.
Empat
puluh tahun kemudian, cucu perempuan Maris, Connie Wieck, pergi ke Jepang untuk
mengajar bahasa Inggris. Ia menelepon Fujishiro dan memperkenalkan diri. Hari
berikutnya mereka bertemu untuk makan siang. Taizo menceritakan kepadanya semua
hal mengenai kakeknya, sahabat Amerika pertama Taizo.
Di
kemudian hari Connie menulis: "Dibesarkan di kota di mana para veterannya
masih menyimpan kepedihan ..., dulunya saya tak percaya bahwa pemaafan akan
terjadi di antara orang-orang yang terlibat langsung dalam sejarah kelam itu.
Namun, persahabatan antara kakek saya dan Taizo membuktikan kebalikannya."
Rasul
Paulus menggambarkan keajaiban keselamatan dengan menulis, "Kita, ketika
masih seteru, diperdamaikan dengan Allah oleh kematian Anak-Nya" (Roma
5:10). Dan Yohanes mengatakan bahwa mereka yang sudah diampuni harus
mengasihi saudaranya (1
Yohanes 2:9-12).
Warisan
pengampunan dari Allah akan diteruskan dari generasi ke generasi jika kita
dengan rendah hati menerima anugerah pengampunan- Nya dalam Kristus dan
meneruskannya kepada sesama kita —David McCasland
PENDOSA
YANG DIAMPUNI
AKAN
MENGENAL DAN MENYATAKAN KASIH
25
November 2002
Nats : Dengan kepak-Nya Ia akan menudungi engkau, di bawah sayap-
Nya engkau akan berlindung (Mazmur
91:4)
Bacaan
: 1Petrus
2:21-25
Seorang
penginjil India, Sundar Singh, menulis tentang kebakaran hutan di pegunungan
Himalaya yang ia saksikan ketika sedang melakukan perjalanan. Saat banyak orang
berusaha memadamkan api, ada sekelompok orang yang memandangi sebuah pohon yang
dahan-dahannya mulai dijalari api. Seekor induk burung dengan panik terbang
berputar-putar di atas pohon. Induk burung itu mencicit kebingungan,
seakan-akan mencari pertolongan bagi anak-anaknya yang masih di dalam sarang.
Ketika sarang mulai terbakar, induk burung itu tidak terbang menjauh. Sebaliknya,
ia justru menukik ke bawah dan melindungi anak-anaknya dengan sayapnya. Dalam
sekejap, ia beserta anak-anaknya hangus menjadi abu.
Lalu
Singh berkata kepada orang-orang itu, "Kita baru saja melihat hal yang
luar biasa. Allah menciptakan burung yang memiliki kasih dan pengabdian begitu
besar sehingga rela memberikan nyawanya untuk melindungi anak-anaknya ....
Kasih seperti itulah yang membuat-Nya turun dari surga dan menjadi manusia.
Kasih itu juga membuat-Nya rela mati sengsara demi kita semua."
Cerita
di atas adalah sebuah ilustrasi yang mengagumkan akan kasih Kristus kepada
kita. Kita juga berdiri dengan takjub saat merenungkan api penghakiman suci
yang membakar Bukit Kalvari. Di sanalah Kristus bersedia menderita dan
"memikul dosa kita di dalam tubuh-Nya di kayu salib" (1
Petrus 2:24).
Tuhan,
terima kasih karena Engkau rela menderita menggantikan kami. Betapa kami sangat
bersyukur atas semua yang telah Engkau lakukan! –Vernon Grounds
KRISTUS
MENANGGUNG API PENGHAKIMAN
AGAR
KITA MENIKMATI PENGAMPUNAN DARI ALLAH
27
Desember 2002
Nats : Jemputlah Markus dan bawalah ia kemari, karena pelayanannya
penting bagiku (2Timotius
4:11)
Bacaan
: Kisah
Para Rasul 15:36-41
Kita
semua pasti pernah menyesali masa lalu dan mencoba melupakan segala dosa dan
kesalahan kita di masa lalu. Perasaan kita sangat mirip dengan karakter komik Peanuts
yaitu Linus, yang berkata, "Mungkin kita seharusnya berpikir tentang hari
ini saja." Charlie Brown, karakter Peanuts lainnya, membantahnya,
"Tidak, itu namanya menyerah. Aku masih berharap hari kemarin akan memberi
sesuatu yang lebih baik."
Kita
memang tak dapat mengubah masa lalu. Namun, kita dapat belajar dari kesalahan
dan dosa masa lalu. Dan dengan pertolongan Allah, kita dapat menggunakan
pengalaman itu untuk membuat masa depan kita lebih baik.
Itulah
yang dilakukan Yohanes Markus. Ia telah memulai perjalanan misi bersama Paulus
dan Barnabas, tetapi saat memasuki Asia Kecil, ia meninggalkan mereka dan
pulang ke tempat asalnya (Kisah
Para Rasul 13:13; 15:38). Tidak ada penjelasan tentang alasan kepergiannya,
tetapi Rasul Paulus menganggap itu sebagai pembelotan yang memalukan.
Selanjutnya,
Markus menjadi kawan sekerja Barnabas (15:39).
Kita tidak mengetahui detailnya, yang pasti Markus berubah dan berbaikan dengan
Paulus (Kolose
4:10,11). Ketika Paulus berada di penjara menunggu pelaksanaan hukuman
mati, ia meminta Timotius untuk datang dengan mengajak Markus. Ia menganggap
pelayanan Markus "penting baginya" (2
Timotius 4:11).
Kita
tidak dapat menghapus masa lalu, tetapi kita dapat belajar dari masa lalu. Saat
kita membawa segala dosa dan kesalahan kita kepada Tuhan dan mencari
pertolongan-Nya, kita dapat menjadi orang yang lebih baik di hari ini dan esok
–Herb Vander Lugt
KEGAGALAN
BUKANLAH AKHIR DARI SEGALANYA
JIKA
ANDA MEMULAI LAGI BERSAMA ALLAH
30
Desember 2002
Nats : Lihatlah, apakah jalanku serong, dan tuntunlah aku di jalan
yang kekal! (Mazmur
139:24)
Bacaan
: Mazmur
139:1-12,23,24
Dalam
pertandingan pembukaan musim kompetisi football tahun 2001, tim Universitas
Colorado melakukan sebuah kesalahan sehingga kehilangan kesempatan untuk
bertanding di kejuaraan nasional. Ketika pelatih Gary Bernett ditanyai mengenai
hal itu, ia berkata, "Kami tidak akan mempermasalahkannya. Saya telah
belajar dari pengalaman: Jangan menyalahkan apa yang sudah lewat." Barnett
lalu sibuk merekrut pemain-pemain baru dan mempersiapkan pertandingan akhir di
musim liburan sehingga tidak sempat memikirkan masa lalu.
Kita
semua memang harus menjalani hidup di masa sekarang. Namun, bagaimana dengan
kesalahan yang sangat kita sesali? Bagaimana kita mengatasi dosa di masa lalu
dan kegagalan yang terus membebani pikiran kita? Untuk mengatasi kesedihan yang
mungkin masih kita rasakan, Oswald Chambers berkata, "Jangan pernah takut
ketika Allah membawa kembali kenangan masa lalu Anda. Biarkanlah kenangan itu
muncul. Kemarahan, kritik, dan kesedihan adalah alat untuk mewujudkan kehendak
Allah. Allah akan mengubah ‘kenangan yang masih kita rasakan’ menjadi alat
pembinaan mental [sumber makanan dan pertumbuhan rohani] yang indah untuk
menghadapi masa depan".
Pemazmur
meminta Allah untuk menyelidiki hatinya dan melihat apakah jalannya serong,
sehingga ia dapat mengakuinya dan memperoleh pengampunan. Kemudian ia
menambahkan, "Tuntunlah aku di jalan yang kekal!" (Mazmur
139:23,24).
Allah
tidak ingin kita terjerat masa lalu. Dia ingin supaya kita mengalami kebebasan
di hari ini dan hari esok –David McCasland
MEMIKIRKAN
MASA LALU MELUMPUHKAN MASA KINI
DAN
MERUGIKAN MASA DEPAN
28
Maret 2003
Nats : Adikmu telah mati dan menjadi hidup kembali, ia telah
hilang dan didapat kembali (Lukas
15:32)
Bacaan
: Lukas
15:11-32
Beberapa
tahun yang lalu, saya dan istri saya Carolyn berkemah dekat kota Brimley, di
Semenanjung Atas Michigan. Saat itu hari libur. Kami berjalan santai memasuki
kota untuk melihat pawai tahunan. Sungguh, pawai tahunan itu adalah peristiwa
menarik yang perlu saya ceritakan pada orang-orang rumah.
Dalam
pawai itu ada barisan perwira yang mengendarai kuda, ratu-ratu yang hendak
pulang, pengembara, bahkan Beruang Smokey! Ada kendaraan hias yang menampilkan
Big Bird dari Sesame Street, dan truk berbak datar yang ditumpangi satu grup
musik yang menggunakan alat musik tiup dari kuningan. Mereka mengenakan topi
jerami dan berseragam merah, putih, dan biru. Ada bermacam-macam jenis
kendaraan: traktor, kereta gandeng, truk, dan sepeda roda tiga anak-anak.
Kendaraan
hias terakhir menyedot perhatian kami. Kendaraan itu menampilkan orang tua
berambut kelabu yang sedang berlutut di kaki salib. Di bak belakang kendaraan
hias itu terbentang tulisan: “PULANGLAH!” --YESUS
Yesus
masih memanggil, “Pulanglah!” Anda tidak pernah pergi terlalu jauh atau terlalu
parah untuk kembali pada kasih Allah. Dia tetap menunggu, seperti ayah anak
yang hilang tersebut. “Ketika ia masih jauh, ayahnya telah melihatnya, lalu
tergeraklah hatinya oleh belas kasihan” (Lukas
15:20). Ia bersukacita karena anak bungsunya telah kembali (ayat 32).
Pulanglah
kepada Tuhan. Jangan menjauh. Apa pun yang telah Anda lakukan, atau yang tidak
Anda selesaikan, Dia tetap mengasihi Anda -- David Roper
TIDAK
PERNAH TERLALU CEPAT
UNTUK
KEMBALI KEPADA TUHAN
6
April 2003
Nats : Siapa menyembunyikan pelanggarannya tidak akan beruntung,
tetapi siapa mengakuinya dan meninggalkannya akan disayangi (Amsal
28:13)
Bacaan
: Yakobus
3:1-13
Seorang
wanita berkata kepada pendetanya, “Saya punya kebiasaan buruk yaitu suka
melebih-lebihkan. Saya suka membesar-besarkan cerita. Orang-orang lalu curiga
bahwa ucapan saya tidak benar, dan mereka tak lagi mempercayai saya. Saya
tengah berusaha menghilangkannya. Bisakah Anda membantu saya?”
Pendeta
itu menjawab, “Mari kita sampaikan hal ini kepada Tuhan.”
Wanita
itu pun berdoa, “Tuhan, Engkau tahu saya suka melebih-lebihkan cerita ...”
Sampai di sini, si pendeta menyela, “Sebut saja itu kebiasan berbohong, maka
Anda akan bisa mengatasinya!” Wanita itu merasa sangat bersalah dan mengakui
kesalahannya.
Kita
sering memaklumi dosa kita dengan memberinya sebutan yang lebih mudah diterima.
Sifat kita yang cepat marah, kita sebut “syaraf tegang”, kebohongan disebut
“melebih-lebihkan”, ketidakjujuran disebut “bisnis bagus”. Untuk mengatasinya,
kita perlu mengakuinya, jujur menyebutkannya, dan bertobat dengan tulus (Amsal
28:13).
Seorang
pria datang ke dokter gigi untuk diperiksa. “Dengan lidah, saya merasa ada
lubang besar di gigi saya,” katanya. Dokter itu lalu memeriksanya dan berkata,
“Cuma lubang kecil.” “Kok rasanya besar?” tanyanya. “Lidah memang suka
melebih-lebihkan,” jawab dokter. Kita mungkin tersenyum mendengarnya, tetapi
bukankah kita cenderung melebih-lebihkan ucapan kita? Sesungguhnya, “lidah,
walaupun suatu anggota kecil dari tubuh, namun dapat memegahkan perkara-perkara
yang besar” (Yakobus
3:5).
Tuhan,
ampuni kami bila menyalahgunakan lidah --Henry Bosch
MEMBESAR-BESARKAN
KENYATAAN
SAMA
DENGAN BERBOHONG
13
Agustus 2003
Nats : Dalam kasih setia abadi Aku telah mengasihani engkau,
firman Tuhan, Penebusmu (Yesaya
54:8)
Bacaan
: Yesaya
54:1-10
Sesudah
bermain golf satu ronde, seorang negarawan Inggris bersama temannya berjalan
melewati ladang tempat beberapa ekor sapi sedang merumput. Keduanya demikian
asyik berbincang-bincang sampai mereka lupa menutup pintu gerbang ketika
meninggalkan wilayah berpagar itu.
Namun,
negarawan itu sempat melihat pintu gerbang yang masih terbuka dan kembali untuk
menutupnya. Kemudian ia menceritakan kepada temannya bahwa insiden kecil ini
mengingatkannya pada jawaban seorang dokter yang sedang sekarat atas pertanyaan
seorang pendeta, apakah ia akan menyampaikan pesan terakhir sebelum meninggal.
"Tidak," jawab dokter itu, "kecuali bahwa sepanjang hidup saya
selalu menutup pintu di belakang saya." Dokter yang sedang menjemput
ajalnya itu telah belajar untuk meninggalkan kegagalan dan kekecewaan di
belakang supaya tidak merampas sukacita dan kedamaian hatinya.
Sebagai
orang kristiani, kita perlu menarik hikmah dari pelajaran ini. Ketika kita
berdosa, kita bisa "menutup pintu" terhadap perasaan bersalah yang
berkelanjutan dengan mengakui kesalahan di hadapan Tuhan yang penuh belas
kasihan dan menerima ampunan-Nya (Yesaya
54:7-10; 1
Yohanes 1:9). Atau kalau ada salah paham dengan seseorang, daripada
membiarkan kejengkelan meracuni diri kita, sebaiknya kita segera mendatangi
orang tersebut dan meluruskan persoalan (Matius
18:15).
Marilah
kita menutup pintu terhadap segala kegagalan dan kekecewaan kita di masa
lalu--dan melangkah maju!--Richard De Haan
UNTUK
MENIKMATI MASA DEPAN
TERIMALAH
PENGAMPUNAN ALLAH TERHADAP MASA LAMPAU
11
Desember 2003
Nats : Pada waktu pembelaanku yang pertama tidak seorang pun
membantu aku, semuanya meninggalkan aku -- kiranya hal itu jangan ditanggungkan
atas mereka (2Timotius
4:16)
Bacaan
: 2
Timotius 4:14-18
Penting
bagi kita untuk membedakan antara kesalahan pribadi yang harus dengan rela kita
ampuni, dengan serangan terhadap Injil Kristus yang sengaja dilakukan;
kesalahan yang akan dihakimi Tuhan. Paulus menyatakan perbedaan itu dalam
suratnya kepada rekan pelayanannya yang masih muda, Timotius.
Pertama,
Paulus menulis dengan rasa hormat tentang seorang seteru Injil:
"Aleksander, tukang tembaga itu, telah banyak berbuat kejahatan terhadap
aku. Tuhan akan membalasnya menurut perbuatannya. Hendaklah engkau juga waspada
terhadap dia, karena dia sangat menentang ajaran kita" (2Timotius
4:14,15).
"Kejahatan"
Aleksander terhadap Paulus tidak ditujukan kepada Paulus secara pribadi, tetapi
terhadap pemberitaannya. Dan kini ia menentang pemberitaan Injil yang dilakukan
oleh Timotius.
Untuk
membandingkan dan membedakan secara jelas antara mereka yang menentang
pekerjaan Allah dan mereka yang berbuat salah kepada kita secara pribadi,
Paulus mengucapkan kata-kata ramah ini, "Pada waktu pembelaanku yang
pertama tidak seorang pun yang membantu aku, semuanya meninggalkan aku --
kiranya hal itu jangan ditanggungkan atas mereka" (2Timotius
4:16).
Sungguh
menyedihkan! Paulus ditinggalkan para sahabat kristianinya, justru ketika ia
sangat membutuhkan dukungan dari mereka. Apa yang harus dilakukan terhadap
mereka? Sebenarnya mereka pantas menerima kemarahan Paulus. Namun, ternyata
Paulus tidak marah. Ia justru berkata, "Kiranya hal itu jangan
ditanggungkan atas mereka."
Tuhan,
bantulah kami untuk berbaik hati juga --David Roper
PERLAKUKAN
KESALAHAN ORANG LAIN SAMA BAIKNYA
DENGAN
PERLAKUAN ANDA TERHADAP KESALAHAN ANDA SENDIRI
10
April 2004
Nats : Allah ... telah memercayakan pelayanan pendamaian itu
kepada kami (2
Korintus 5:18)
Bacaan
: 2
Korintus 5:17-20
Berikut
ini adalah sebuah kisah tentang pengampunan yang dramatis. Pada bulan Desember
tahun 2000, di Battleship Missouri Memorial, dua belas orang Amerika yang
selamat dari serangan di Pearl Harbor memeluk tiga orang pilot Jepang yang
dulunya menerbangkan pesawat penyerang Jepang. Upacara rekonsiliasi itu
diselenggarakan oleh Komite Persaudaraan Amerika-Jepang.
Adegan
yang mengharukan itu hanyalah cerminan sekilas dari apa yang dikerjakan kasih
karunia Allah bagi kita. Meskipun kita berdosa, hubungan kita dengan Allah dapat
dipulihkan kembali melalui iman yang sederhana di dalam Yesus. Dengan wafatnya
Yesus di kayu salib menggantikan kita, Allah menghapuskan catatan tentang
dosa-dosa kita dan memulihkan hubungan kita dengan-Nya.
Tuhan
dengan kasih-Nya yang luar biasa tidak hanya mengampuni kita, tetapi juga
memercayakan “pelayanan pendamaian” (2
Korintus 5:18) kepada kita. Kita mendapatkan kehormatan untuk membagikan
kabar baik kepada orang lain sehingga mereka juga dapat diperdamaikan dengan
Allah. Dan ketika kita menjalani kehidupan yang damai bersama Allah, kita juga
seharusnya melakukan apa yang kita bisa untuk hidup dalam damai dengan setiap
orang (Roma
12:18).
Apakah
Anda sudah menerima tawaran pengampunan Allah di dalam Kristus? Apakah Anda
bercerita tentang kasih-Nya kepada orang lain? Apakah Anda menjadi saluran
kasih karunia Allah dalam hubungan Anda dengan orang lain? Marilah kita
ciptakan kedamaian, mulai hari ini juga —Vernon Grounds
KETIKA
KITA DIDAMAIKAN DENGAN ALLAH
KITA
DAPAT MEMBAGIKAN DAMAI-NYA KEPADA ORANG LAIN
17
April 2004
Nats : Aku akan mengampuni kesalahan mereka dan tidak lagi
mengingat dosa mereka (Yeremia
31:34)
Bacaan
: Kolose
2:6-14
Seorang
anak laki-laki berumur 10 tahun bercita-cita menjadi pendeta setelah dewasa
nanti. Suatu hari, ketika kucing hitam peliharaan keluarganya mati, ia
memanfaatkan kesempatan itu untuk melakukan “latihan khotbah” dengan memimpin
upacara pemakaman.
Anak
itu menemukan sebuah kotak sepatu dan meletakkan kucing tersebut di dalamnya.
Ketika ia menutup kotak tersebut, ternyata ekor kucing itu tidak dapat masuk.
Maka ia membuat sebuah lubang di tutup kotak itu supaya ekor yang panjang dan
berbulu tersebut dapat mencuat keluar. Kemudian ia mengumpulkan teman-temannya,
menyampaikan khotbah singkat yang sudah disiapkannya dengan cermat, dan
menguburkan kucing itu dalam kuburan yang dangkal.
Setelah
acara selesai, anak itu melihat bahwa ujung ekor kucing tersebut masih mencuat
keluar dari tanah. Ia begitu penasaran, sehingga setiap 2 atau 3 hari, secara
diam-diam ia mengeluarkan kucing itu dengan menarik ekornya dan kemudian
menguburkannya kembali. Setelah berulang kali menariknya, ekor itu pun putus
dan tubuh kucing itu terkubur selamanya!
Berapa
banyak dari kita yang memperlakukan dosa-dosa kita yang telah diampuni dengan
cara seperti itu? Kita mengakui dosa kita, tetapi berulang kali kita menariknya
keluar dan menangis menyesalinya, meskipun Allah menghendaki agar hal-hal buruk
itu dikuburkan sekali untuk selamanya (Yeremia
31:34; Kolose
2:13,14; 1
Yohanes 1:9). Akibatnya, kita tidak dapat bersukacita dan berbuah dalam
hidup dan pelayanan kita sebagai orang kristiani.
Sudahlah,
biarkan “kucing” itu terkubur! —Henry Bosch
SATU-SATUNYA
TEMPAT AMAN UNTUK MENGUBUR DOSA
ADALAH
DI BAWAH KAKI SALIB
18
Juni 2004
Nats : Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan
adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari
segala kejahatan (1
Yohanes 1:9)
Bacaan
: 1
Yohanes 1:5-2:2
Ketika
saya mengecat dinding yang tinggi dengan kuas gulung, timbullah percikan cat
yang halus sehingga meninggalkan bercak-bercak putih di kacamata saya.
Bercak-bercak itu tampak jelas oleh orang lain, tetapi saya sendiri tak
menyadarinya. Suatu pagi ketika hendak bekerja, sinar matahari yang menembus
lensa kacamata saya membuat bercak-bercak itu terlihat sehingga mengganggu
penglihatan.
Sama
halnya dengan beberapa cacat kecil moralitas kita. Orang lain dapat melihatnya,
tetapi kita tidak. Dan saat kita mempelajari firman Allah, cahaya kebenaran
Tuhan Yesus Kristus akan menyinari kita sehingga segala cacat itu dapat
terlihat dengan jelas. Karakter-Nya yang murni, kasih sejati-Nya, dan
motivasi-Nya yang tulus akan menyingkapkan bercak-bercak dosa yang ada dalam
setiap tindakan kita. Kebohongan-kebohongan kecil yang kita anggap baik,
kemarahan yang egois, kemunafikan kecil, dan motivasi yang tidak murni akan
terlihat jelas. Semua itu ada dalam diri kita dengan kadar yang berbeda.
Betapa
pekanya Rasul Yohanes! Ia menulis, “Jika kita berkata, bahwa kita tidak
berdosa, maka kita menipu diri kita sendiri” (1
Yohanes 1:8). Tetapi puji Tuhan, “Jika seorang berbuat dosa, kita mempunyai
seorang pengantara pada Bapa, yaitu Yesus Kristus yang adil” (2:1).
Ketika kita mengaku dosa kita, maka Dia menjadi pengantara kita di hadapan
Bapa.
Ketika
kita mengakui kekurangan kita, Allah akan menyucikan kita, bahkan bercak-bercak
halus yang tak selalu kita lihat —Dennis De Haan
MENGENALI
DOSA MERUPAKAN LANGKAH AWAL
UNTUK
DIBEBASKAN DARI DOSA
28
Juni 2004
Nats : Allah adalah lebih besar daripada hati kita serta
mengetahui segala sesuatu (1
Yohanes 3:20)
Bacaan
: 1
Yohanes 3:16-20
Allah
lebih mengenal kita daripada kita mengenal diri sendiri. Dia mengetahui
kelemahan kita, kenangan akan dosa yang sering membuat kita cenderung gagal
berulang kali. Dia mengetahui leluhur kita dan cara kita dibesarkan, pengaruh
masa lalu dan masa kini yang mendorong kita ke jalan yang salah. J.I. Parker
menyebutnya “kekuatan tersembunyi” yang juga merupakan “kenyataan yang menetap”
dari keberadaan kita.
Dalam
tahap pertumbuhan kristiani saya, saya berjuang melawan sifat dan tindakan yang
sulit saya kendalikan. Saya seperti Dostoevsky yang berkata, “Pada dasarnya
sifat dasar selalu ingin menampilkan diri.” Paulus menyebutnya sebagai “dosa
yang ada di dalam aku” (Roma
7:17). Hal ini membuat saya merasa bersalah dalam banyak hal, dan dapat
merasa lebih bersalah lagi. Karena itu, hati saya terkadang mendakwa, sekalipun
saya adalah seorang percaya.
Allah
mengetahui semua hasrat yang menggoda diri saya. Dia juga mengetahui keinginan
hati saya -- bahwa saya ingin mengasihi sesama dan rindu untuk melakukan hal
yang benar. Dia mengetahui rasa malu saya ketika gagal dan dengan cepat
mengampuni ketika saya mengakuinya (1
Yohanes 1:9). Kebenaran yang indah ini melegakan hati ketika saya merasa
terdakwa, karena “Allah adalah lebih besar daripada hati kita serta mengetahui
segala sesuatu” (3:20).
Jika
Anda memercayai Yesus sebagai Juruselamat tetapi hati Anda senantiasa mendakwa,
ingatlah bahwa Dia mengetahui segala sesuatu tentang diri Anda dan tetap
mengasihi Anda —David Roper
RASA
BERSALAH BUKANLAH BEBAN YANG DIBERIKAN ALLAH
UNTUK
DIPIKUL ANAK-ANAK-NYA
24
Juli 2004
Nats : Aku akan memulihkan mereka dari penyelewengan, Aku akan
mengasihi mereka dengan sukarela (Hosea 14:5)
Bacaan
: Hosea 14:2-10
Saya
tak akan pernah melupakan pelajaran menyakitkan yang saya dapat semasa kecil
tentang ketidaktaatan. Ayah saya yang tengah memotong rumput, menghentikan
sejenak pekerjaannya untuk berbelanja. Ia meninggalkan mesin pemotong rumput
dorong itu di dekat beberapa kuntum bunga dan melarang saya menyentuhnya selagi
ia pergi. Tetapi saya tidak taat dan mendorongnya. Saya kaget ketika pemotong
rumput itu berbelok dan melindas beberapa bunga.
Ketika
Ayah kembali, saya melapor sambil terisak, “Aku tidak sengaja!” Dengan bijak
Ayah menjawab, “Lalu mengapa kamu melakukannya?” Saya tahu yang sebenarnya --
saya sengaja mendorong alat pemotong rumput itu. Saya berdosa, bukan karena
melindas bunga, tetapi karena tidak taat.
Pelajaran
masa kecil ini menjadi alat pengingat bagi saya untuk menyesali ketidaktaatan,
dan bukan hanya akibatnya. Daripada berkata sambil terisak kepada Tuhan, “Saya
tidak sengaja,” saya melakukan seperti yang diperintahkan Hosea kepada bangsa
Israel yang suka melawan: “Bawalah sertamu kata-kata penyesalan, dan
bertobatlah kepada Tuhan!” (Hosea 14:3). Saya mengaku dengan jujur kepada
Tuhan bahwa meski saya tahu kehendak-Nya, tetapi saya memilih untuk tidak taat,
dan saya berseru memohon belas kasihan-Nya. Puji Tuhan, Dia mengampuni!
Apakah
Anda sedih karena memilih tidak taat, dan tidak semata-mata menyesal karena
akibatnya? Maka “bawalah sertamu kata-kata penyesalan, dan bertobatlah kepada
Tuhan” hari ini. Dia berjanji untuk mengampuni dosa Anda, karena Dia mengasihi
Anda dengan sukarela (ayat 5) —Joanie Yoder
PERTOBATAN
MENJAGA JALAN TETAP BERSIH
DALAM
PERJALANAN KITA BERSAMA ALLAH
14
Oktober 2004
Nats : Hai, anak-Ku, dosamu sudah diampuni! ... Bangunlah,
angkatlah tempat tidurmu dan pulanglah ke rumahmu! (Markus
2:5,11)
Bacaan
: Markus
2:1-12
Seorang
wanita pekerja sosial bercerita kepada rekan-rekannya tentang seorang anak
laki-laki yang tinggal di sebuah perkampungan kumuh. Tubuhnya hampir tak
berbentuk setelah ditabrak sebuah mobil beberapa bulan sebelumnya dan ia belum
menerima perawatan medis yang sesuai.
Walaupun
bukan bagian dari tugasnya, ia membawa anak itu kepada seorang ortopedis, yang
kemudian membedah kedua kakinya. Dua tahun kemudian, anak tersebut dapat
berjalan memasuki kantor sang pekerja sosial tanpa menggunakan tongkat. Ia
telah benar-benar sembuh. Keduanya saling berpelukan. "Seandainya tidak
ada lagi hal lain yang saya capai dalam hidup ini," kata sang pekerja
sosial kepada dirinya sendiri, "saya telah membuat sebuah perubahan nyata,
paling tidak dengan satu anak ini!"
Ia
berhenti sebentar, kemudian berkata kepada rekan-rekannya, "Peristiwa ini
terjadi beberapa tahun yang lalu. Menurut kalian, di manakah anak itu
sekarang?" Sebagian teman-temannya berpendapat bahwa ia mungkin telah
menjadi guru, dokter, atau pekerja sosial. Dengan sangat sedih, wanita itu
menjawab, "Tidak, ia kini masuk penjara karena telah melakukan satu
kejahatan terkejam yang dapat diperbuat oleh manusia. Saya memang mengajarinya
untuk dapat berjalan lagi, namun tidak ada yang mengajari dia ke mana harus
berjalan."
Oleh
sebab itu, kita harus mengarahkan orang kepada Yesus. Melalui Dia, mereka yang
memiliki tubuh, impian, rumah tangga, dan hati yang hancur akan menerima
kepenuhan hidup --Haddon Robinson
ORANG
DAPAT MENGAMBIL BANYAK JALAN YANG SALAH
NAMUN
HANYA ADA SATU JALAN YANG BENAR
3
November 2004
Nats : Apakah engkau mengasihi Aku? … Gembalakanlah
domba-domba-Ku (Yohanes
21:16)
Bacaan
: Lukas
22:24-34
Yesus
menjanjikan sesuatu kepada Petrus, yang juga sangat dibutuhkan oleh setiap orang
percaya yang bertobat, yaitu kesempatan kedua (Lukas
22:31-34). Setelah memberi tahu bahwa Setan akan menampinya seperti gandum,
Yesus meyakinkan Petrus bahwa Dia telah mendoakan agar imannya tidak gugur.
Sekalipun Petrus bersikeras bahwa ia tidak akan meninggalkan-Nya, Yesus
mengata-kan bahwa Petrus akan menyangkal-Nya tiga kali sebelum matahari terbit.
Dengan harapan bahwa Petrus akan dipulihkan, Yesus menugaskan suatu pelayanan
untuknya: “Jikalau engkau sudah insaf, kuatkanlah saudara-saudaramu” (ayat 32).
Pengkhotbah
George Duncan berkata, “Saya pikir, panitia perekrutan pendeta di banyak gereja
tidak akan menganggap Petrus sebagai kandidat yang pantas untuk menggembalakan
sebuah gereja!” Namun, Duncan menunjukkan bahwa pada hari Pentakosta, Allah
telah memilih Petrus untuk menyampaikan khotbah paling hebat sepanjang sejarah
gereja. “Tampaknya,” kata Duncan, “beberapa orang kristiani membawa pesan
pengampunan bagi orang yang tidak percaya. Sayangnya, tidak ada pesan
pengampunan bagi orang yang telah percaya. Namun, saya gembira karena Allah
memberikan pengampunan itu!” Karena pengampunan itulah, suatu tahap baru dalam
pelayanan Petrus dimulai.
Sungguh,
jika Anda orang percaya yang mau bertobat kembali seperti Petrus, Anda pun
dapat percaya bahwa Tuhan akan memberikan kesempatan kedua bagi Anda. Akui dosa
Anda dan alamilah pengampunan, penyembuhan, serta pemulihan dari-Nya (1
Yohanes 1:9) —Joanie Yoder
PENGAMPUNAN
DARI ALLAH
SELALU
MEMBERIKAN KESEMPATAN KEDUA
27
November 2004
Nats : Tidak ada yang berbuat baik, seorang pun tidak (Mazmur
14:3)
Bacaan
: Mazmur
14
Seorang
karyawan bagian penagihan pada sebuah toko besar memberikan sebuah pemahaman
tentang reaksi alamiah manusia kepada saya. Ia memberi tahu saya bahwa berulang
kali ia mendapatkan tanggapan berikut ini dari para pelanggan yang suka
menunggak pembayaran tagihan mereka: “Pasti ada orang yang utangnya lebih besar
daripada saya. Datang kembali lain kali saja, ya!”
Karyawan
itu mengatakan kepada saya, “Mereka sama sekali tidak mengerti permasalahannya.
Memang banyak orang yang utangnya lebih besar. Namun, saya harus memberi tahu
mereka dengan sopan: ‘Masalahnya bukan orang lain berutang lebih besar. Catatan
kami menunjukkan bahwa batas waktu pembayaran Anda sudah lewat!’”
Kecenderungan
orang berdosa adalah mengalihkan perhatian dari dirinya sendiri dengan menuding
orang lain. Orang-orang beragama mencoba memaklumi ketidakkonsistenan mereka
dengan menuding orang- orang “kafir” di sekitar mereka. Lalu orang-orang
“kafir” tersebut mencoba mengelak dengan membantah hal itu, dan mengungkapkan
kemunafikan kaum beragama. Namun, Allah tidak bisa dipermainkan oleh
orang-orang yang saling menuding.
Bila
kita melihat seseorang yang tampaknya memiliki lebih banyak dosa daripada kita,
sebenarnya itu ilusi. Semakin cepat kita menyadari bahwa tak ada orang yang
lebih berutang kepada Allah selain diri kita, maka semakin cepat pula kita
menerima pengampunan- Nya. Dia memberikan pengampunan bagi mereka yang dengan
rendah hati menyadari bahwa mereka memiliki banyak sekali utang —Mart De Haan
SATU
DOSA YANG DISANGKAL
DAPAT
MENJADI DUA DOSA
29
November 2004
Nats : Dan darah Yesus, Anak-Nya itu, menyucikan kita dari pada
segala dosa (1
Yohanes 1:7)
Bacaan
: 1
Yohanes 1:5-10
Majalah
Customer Reports menerbitkan sebuah buklet dengan judul yang menggelitik:
Bagaimana Membersihkan Segala Sesuatu Secara Praktis. Buku itu memberikan nasihat
tentang cairan pelarut yang baik digunakan untuk membersihkan berbagai macam
noda. Pakaian saya sering terkena noda, karena itu saya menyukai buku tersebut.
Tahukah
Anda bahwa gliserin dapat menghilangkan noda tinta pulpen? Air mendidih dapat
menghilangkan noda buah berry. Orangtua yang memiliki anak kecil perlu
menyediakan satu galon cuka untuk mengatasi noda-noda krayon. Cairan pemutih
baik untuk mengatasi jamur. Jus lemon cukup ampuh untuk menghilangkan karat.
Saya
memang belum pernah mencoba semuanya, tetapi saya pikir para ahli pasti telah
mencoba cairan-cairan pembersih ini terlebih dahulu.
Apa
yang tidak Anda dapatkan dari buku ini adalah bagaimana mengatasi noda yang
paling parah dari segala noda, yaitu noda dalam hidup Anda yang disebabkan oleh
dosa. Itu adalah noda-noda yang dalam dan buruk yang diakibatkan ucapan
permusuhan serta berbagai tindakan yang memalukan. Air mata tak dapat
membersihkannya. Semangat tidak dapat menghapuskannya. Ada kalanya kita
diyakinkan bahwa seiring dengan berlanjutnya hidup kita, maka dosa-dosa kita
pun akan hilang dengan sendirinya. Namun secara tidak disangka, noda-noda
merembes ke dalam hidup kita.
Alkitab
memberi tahu apa yang kita butuhkan: “Dan darah Yesus, Anak- Nya itu,
menyucikan kita dari pada segala dosa” (1
Yohanes 1:7). Inilah satu-satunya obat yang ampuh —Haddon Robinson
KITA
MUNGKIN DAPAT MEMUDARKAN DOSA
NAMUN
HANYA DARAH YESUS YANG BENAR-BENAR MEMBERSIHKANNYA
1
Desember 2004
Nats : Karena bukan apa yang aku kehendaki yang aku perbuat,
tetapi apa yang aku benci, itulah yang aku perbuat (Roma
7:15)
Bacaan
: Roma 7:14-26
Bertahun-tahun
silam seorang pria kaya berburu bebek dengan seorang upahan bernama Sam. Mereka
menggunakan kuda dan kereta. Di tengah jalan, salah satu pelek bannya terlepas.
Ketika Sam memaku pelek itu ke roda, tak sengaja jarinya terpukul. Ia langsung
mengumpat kasar. Tetapi ia segera bersujud mohon pengampunan Allah. “Tuhan,
kerap kali begitu sulit menjalani kehidupan kristiani,” doanya.
“Sam,”
ujar pria itu, “aku tahu kau seorang kristiani, tapi katakan padaku mengapa kau
harus berjuang begitu keras dalam hidup kristianimu. Aku orang ateis, dan tidak
mempunyai masalah seperti itu.”
Sam
tak tahu harus menanggapi bagaimana. Sesaat kemudian ada dua bebek terbang di
atasnya. Pria itu mengangkat senjatanya dan meletupkan dua tembakan.
“Tinggalkan bebek yang mati dan kejar yang terluka!” teriaknya. Sam menunjuk
bebek yang sedang mengepak- ngepakkan sayap dengan putus asa hendak melarikan
diri sambil berkata, “Saya sudah mendapatkan jawaban untuk pertanyaan Anda.
Anda mengatakan bahwa kekristenan saya tidak efektif karena saya harus berjuang
sedemikian rupa. Ya, saya adalah bebek yang luka itu, dan saya berjuang untuk
melepaskan diri dari Iblis. Tapi, Pak, Anda bagaikan bebek yang sudah mati!”
Pemahaman
ini sesuai dengan gambaran Paulus tentang peng-alaman kristianinya dalam Roma 7:14-26. Perjuangan adalah bukti bahwa
Allah bekerja dalam kehidupan kita. Pengampunan sudah tersedia, jadi jangan
putus asa. Ingat, bebek yang mati tidak akan me-ngepakkan sayapnya —Dennis De
Haan
JIKA
YESUS HIDUP DI DALAM DIRI KITA
DOSA
TIDAK DAPAT MEMBELENGGU KITA
24
Januari 2005
Nats : Aku mendengar tentang Engkau, tetapi sekarang mataku
sendiri memandang Engkau. Oleh sebab itu aku mencabut perkataanku dan dengan
menyesal aku duduk dalam debu dan abu (Ayub
42:5,6)
Bacaan
: Ayub
29
Seorang
remaja yang ayahnya berperilaku kasar berkata, “Saya ingin menjadi orang yang
baik seperti guru Sekolah Minggu saya dan seperti Anda, tidak seperti ayah
saya.”
Karena
mengenal guru Sekolah Minggunya, saya setuju bahwa ia orang yang “baik”, dan
saya bersyukur bahwa ia pun melihat saya sebagai orang “baik”. Saya juga ingin
menjadi orang yang penuh hormat, baik hati, mau mengampuni, murni dalam gaya
hidup, dan taat kepada Allah. Tetapi saya juga tahu kedosaan hati saya dan
betapa saya bergantung pada kebaikan serta anugerah Allah.
Tuhan
menganggap Ayub orang “yang demikian saleh dan jujur, yang takut akan Allah dan
menjauhi kejahatan” (Ayub
1:8). Namun, setelah semua ujian yang dihadapinya, Ayub berkata, “Oleh sebab
itu aku mencabut perkataanku dan dengan menyesal aku duduk dalam debu dan abu”
(42:6).
Bahkan setelah memikirkan kebaikannya sendiri (29:1-
25), ia tahu keadaan hatinya.
Melalui
cara pandang manusia, banyak orang bisa digambarkan sebagai orang “baik”.
Tetapi Allah melihat ketidaktaatan, egoisme, dan kebencian di dalam diri kita
semua. Dia juga tahu bahwa kita mempunyai bagian yang tak terawasi secara
rohani. Dan ketika Dia membuka mata kita untuk melihat diri kita sendiri
seperti Dia melihatnya, kita memahami mengapa orang “baik” seperti Ayub berkata
bahwa ia mencabut perkataannya.
Ya
Tuhan, tolonglah kami untuk menjadi orang yang baik tanpa mengabaikan dosa dan
ketidaklayakan kami. Terima kasih atas pengampunan yang Engkau tawarkan kepada
kami dalam Kristus —Herb Vander Lugt
BAHKAN
ORANG TERBAIK PUN
TAK
MEMILIKI APA-APA UNTUK DISOMBONGKAN
25
Januari 2005
Nats : Melihat orang banyak itu, tergeraklah hati Yesus oleh
belas kasihan kepada mereka (Matius
9:36)
Bacaan
: 1
Timotius 1:12-17
Seorang
pengkhotbah Skotlandia menyatakan penginjilan merupakan persekutuan orang-orang
berdosa yang diperdamaikan dan diampuni, yang tak sekadar berkhotbah tetapi
hidup sesuai iman mereka. Mereka pun menawarkan pendamaian dan pengampunan yang
juga telah mereka terima dari Allah.
Rasul
Paulus mengungkapkan keyakinan yang sama, “‘Kristus Yesus datang ke dunia untuk
menyelamatkan orang berdosa,’ dan di antara mereka akulah yang paling berdosa”
(1
Timotius 1:15). Paulus yang dulu pengejek dan penyiksa orang kristiani,
percaya bahwa belas kasih Allah telah ditunjukkan kepadanya, orang paling
berdosa, sebagai contoh bagi para pendosa lain yang nantinya akan percaya
kepada Kristus (ayat 16).
Saat
kita bersaksi bahwa Allah telah mengampuni kita dan menyediakan kehidupan kekal
melalui iman kepada Kristus, kita menyatakan bahwa Allah adalah Allah yang
menyelamatkan. Namun, bila kita mengamati gaya hidup orang-orang yang menuju
kebinasaan, kita akan dengan mudah menganggap mereka hancur. Kita seharusnya
justru melihat mereka seperti Kristus. “Melihat orang banyak itu, tergeraklah
hati Yesus oleh belas kasihan kepada mereka” (Matius
9:36).
Yesus
berkata bahwa Dia datang tidak untuk menghakimi dunia, tetapi menyelamatkannya
(Yohanes
3:17). Daripada menghakimi orang lain, kita seharusnya berkata, “Siapakah
aku yang hendak menghakimi orang lain, apabila Allah telah begitu bermurah hati
mengampuniku?” Allah senang memakai orang-orang berdosa yang telah diampuni
untuk menjangkau pendosa lainnya —Joanie Yoder
MENGASIHI
ORANG BERDOSA BERARTI MENJADI SEPERTI KRISTUS
17
Februari 2005
Nats : Berbahagialah orang yang diampuni pelanggarannya, yang
dosanya ditutupi (Mazmur
32:1)
Bacaan
: Mazmur
32
Laki-laki
yang ditangkap karena pembunuhan terhadap gadis 12 tahun, diduga telah
melakukan serangkaian pembunuhan lain. Ketika polisi memeriksa komputernya,
mereka menemukan fail berjudul “My Sins” (dosa-dosa saya). Tetapi fail ini tak
bisa dibuka karena dilindungi kata sandi. Seorang ahli komputer mencoba
memecahkan kodenya dengan bantuan piranti lunak khusus. Sesudah 16 jam mencoba
miliaran kombinasi, ia menemukan kata sandinya: “Godhelp” (bantuan Allah). Fail
ini berisi uraian enam kejahatan sadis, termasuk pemerkosaan dan pembunuhan.
Saya
bertanya-tanya, apakah orang ini menciptakan fail dan kata sandi uniknya karena
beban rasa bersalah yang begitu besar atas perbuatannya. Mungkin ia tahu hanya
Allah yang bisa membantunya menangani kejahatannya yang begitu besar.
Kita
semua memiliki dosa masa lampau yang membebani. Kita mungkin merasa seperti
Daud ketika menulis bahwa tangan Allah membebaninya siang malam dan bahwa
“sumsumnya menjadi kering, seperti oleh teriknya musim panas” (Mazmur
32:4). Namun, ia dapat merasakan kelegaan. Daud menulis, “Dosaku
kuberitahukan kepada-Mu ... aku berkata, ‘Aku akan mengaku kepada Tuhan
pelanggaran-pelanggaranku,’ dan engkau mengampuni kesalahan karena dosaku”
(ayat 5).
Mukjizat
pengampunan Allah tak menghilangkan konsekuensi dari dosa kita. Tetapi ketika
kita mengakui dosa-dosa kita di hadapan-Nya, Dia akan mengampuni dan
membersihkan kita (1
Yohanes 1:9). Belas kasih dan bantuan-Nya adalah suatu hal yang pasti
—David McCasland
KETIKA
ALLAH MEMBERIKAN PENGAMPUNAN
DIA
MEMBERSIHKAN DOSA DAN MEMULIHKAN ORANG-ORANG BERDOSA
25
Maret 2005
Nats : Sebab yang sangat penting telah kusampaikan, yaitu apa
yang telah kuterima sendiri, ialah bahwa Kristus telah mati karena dosa-dosa
kita, sesuai dengan Kitab Suci (1Korintus
15:3)
Bacaan
: Yohanes
19:16-22
Lebih
dari 2.000 tahun silam di Yerusalem, Pontius Pilatus memerintahkan agar plakat
yang bertuliskan: "Yesus, orang Nazaret, Raja orang Yahudi",
digantungkan di kayu salib. Mungkin Pilatus mencoba menebar ketakutan di antara
rakyat dan menepis keinginan mereka untuk mengangkat sendiri seorang raja baru.
Raja
orang Yahudi. Apakah hal tersebut adalah pemikiran orisinal pada masa itu?
Mungkin hal itu mulai diembuskan ketika orang-orang Majus bertanya, "Di
manakah Dia, raja orang Yahudi yang baru dilahirkan itu?" (Matius
2:2). Orang-orang Majus sedang menantikan penggenapan atas janji ini:
"Sebab seorang anak telah lahir ... lambang pemerintahan ada di atas
bahunya, dan namanya disebutkan orang: Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa,
Bapa yang Kekal, Raja Damai" (Yesaya 9:5). Mereka percaya bahwa Yesus adalah
Anak yang dimaksudkan dalam janji itu.
Di
kemudian hari, ketika Kristus disalibkan, beberapa orang melontarkan cemoohan
kepada-Nya, "Jikalau Engkau Anak Allah, turunlah dari salib itu!" (Matius
27:40). Mereka ingin melihat apakah Yesus sungguh seorang Raja. Namun,
Yesus tidak turun dari kayu salib. Arti salib yang sebenarnya adalah
"Kristus telah mati karena dosa-dosa kita" (1
Korintus 15:3). Dia yang membayar hukuman atas dosa-dosa kita, telah
membuat pengampunan Allah menjadi mungkin terjadi.
Mereka
yang menerima pengampunan Allah dan meminta Yesus Kristus menjadi Juruselamat
dan Tuhan, hanya akan memberi sebuah tanggapan yang tepat—melayani Dia. Dialah
Raja atas hidup kita —AL
YESUS
ADALAH RAJA ATAS HIDUP KITA
KITA
HARUS MELAYANI DIA DENGAN SEGENAP HIDUP KITA
5
Mei 2005
Nats : Akulah pintu; barang siapa masuk melalui Aku, ia akan
selamat (Yohanes
10:9)
Bacaan
: Yohanes
10:7-10
Seorang
ahli Perjanjian Lama bernama Sir George Adam Smith mengatakan bahwa ketika ia
mengunjungi Tanah Suci, ia melihat seorang gembala dan dombanya berdiri di
depan benteng. Tidak ada pintu terlihat di sana. Di situ yang tampak hanyalah
sebuah lubang sebesar tubuh manusia.
Smith
kemudian bertanya kepada gembala tersebut mengapa di sana tidak ada pintu.
Gembala itu menjelaskan, "Sayalah jalan masuknya. Saya berdiri di lubang
itu, dan domba lewat di bawah saya memasuki benteng. Apabila mereka semua sudah
berada di dalam dengan aman, maka saya akan berbaring melintang pada lubang
itu. Tidak akan ada pencuri yang dapat masuk dan juga tidak ada domba yang bisa
keluar kecuali melewati tubuh saya. Sayalah jalan masuknya."
Kita
seperti domba yang memerlukan Gembala (1
Petrus 2:25). Untuk jalan masuk ke surga, tempat kebahagiaan kekal, Yesus
memberikan pernyataan yang mengagumkan ini: "Akulah pintu ke domba-domba
itu .... barang siapa masuk melalui Aku, ia akan selamat" (Yohanes
10:7-9). Orang-orang yang mendengar-Nya pada saat itu tidak membayangkan
pintu dari kayu yang tergantung pada engsel. Mereka memahami bahwa Dia
benar-benar mengatakan, "Akulah jalan masuk ke rumah Allah." Dia
dapat mengklaim diri-Nya sebagai jalan menuju kebahagiaan kekal, jalan khusus
menuju kemuliaan Allah, karena Dialah Putra Allah.
Yesus
merupakan satu-satunya jalan menuju surga (Yohanes
14:6). Kita dapat masuk ke sana hanya jika meletakkan iman kepada-Nya —VCG
ADA
BANYAK JALAN KE NERAKA
TETAPI
HANYA ADA SATU JALAN KE SURGA
7
Mei 2005
Nats : Siapakah yang akan melepaskan aku dari tubuh maut ini? (Roma
7:24)
Bacaan
: Roma
7:14-25
Para
kaisar Roma memandang penyiksaan merupakan cara yang sah untuk menegakkan
hukum. Penyiksaan yang terkenal mereka lakukan adalah dengan mengikat tubuh
korban pembunuhan ke punggung pembunuhnya. Di bawah ancaman hukuman mati, tak
seorang pun boleh melepaskan penjahat yang terhukum itu.
Praktik
hukum yang mengerikan ini mengingatkan kita akan kata-kata Rasul Paulus yang
tertulis di dalam Roma
7. Paulus seakan-akan dapat merasakan ada tubuh mati yang terikat dengannya
dan menyertainya ke mana pun ia pergi.
Sebagai
anak-anak Allah, kita merindukan kemurnian dan kesucian, tetapi kadang-kadang
kita merasa tidak berdaya karena terikat dengan "tubuh mati" daging
kita. Meskipun kita merupakan ciptaan baru di dalam Kristus dan kita tahu bahwa
tubuh fisik itu sendiri tidak jahat, kecenderungan untuk berbuat dosa akan
selalu ada dalam diri kita. Karena itulah kita menangis bersama Paulus,
"Siapakah yang akan melepaskan aku dari tubuh maut ini?" (ayat 24).
Paulus
menjawab tangisannya sendiri dalam pasal 8.
Ia mengatakan bahwa melalui pengampunan Kristus kita akan dibebaskan dari
hukuman kekal (ayat 1).
Kemudian dengan kekuatan Roh Kudus yang tinggal di dalam diri kita, kita akan
dikuatkan untuk melakukan kehendak Allah (ayat 9).
Dan di surga kelak, tubuh kita yang fana ini akan dibebaskan (ayat 23).
Kita tidak lagi terikat tanpa daya dengan daging.
Pujilah
Allah, karena Kristus telah mematahkan kekuatan dosa! Kita dapat melayani-Nya
dalam hidup yang baru —MRD II
UNTUK
MENGATASI DOSA
TINGGALKAN
MANUSIA LAMA DAN PELIHARALAH MANUSIA BARU
11
Mei 2005
Nats : Aku akan mengaruniakan kepadanya batu putih, yang di atasnya
tertulis nama baru, yang tidak diketahui oleh siapa pun, selain oleh yang
menerimanya (Wahyu
2:17)
Bacaan
: Wahyu
2:12-17
Pesan
dari Tuhan kita kepada jemaat di Pergamus menyebutkan hal yang diselimuti
teka-teki, yaitu mengenai "nama baru" yang tertulis pada "batu
putih" (Wahyu
2: 17). Kira-kira apakah artinya?
Ada
dua penjelasan yang masuk akal tentang hal ini. Dalam pengadilan kuno, ketika
terdakwa dijatuhi hukuman, mereka akan menerima batu hitam dengan nama mereka
tertera di atasnya. Jika mereka dibebaskan dari hukuman, mereka akan menerima
batu putih. Demikian pula, mereka yang telah percaya kepada Yesus untuk
diselamatkan akan dibebaskan dari penghakiman Allah. Alangkah leganya jika kita
mengetahui bahwa dosa kita diampuni!
Penjelasan
lainnya berasal dari pertandingan olimpiade kuno. Ketika para atlet memenangkan
pertandingan, mereka akan dihadiahi batu putih, yang merupakan tanda
kehormatan.
Kedua
ilustrasi ini menunjukkan kepada kita keseimbangan kehidupan kristiani yang
mengagumkan. Kita diselamatkan oleh kasih karunia semata-mata melalui iman (Efesus
2:8,9). Namun, orang kristiani yang taat sering bergumul ketika mereka
berusaha melayani Dia yang telah menyelamatkan mereka. Satu penjelasan mengenai
batu putih ini menggambarkan pembebasan cuma-cuma. Penjelasan lainnya
menunjukkan bahwa kita akan diberi upah atas perbuatan baik kita (1
Korintus 3:13,14).
Memercayai
Kristus sebagai Juruselamat akan memberi identitas baru kepada kita. Hal itu
seperti menerima nama baru yang tertulis di atas batu putih, yang menunjukkan
bahwa kita betul-betul diampuni —HDF
YESUS
MENGHAPUSKAN DOSA
DAN
MEMBERI UPAH ATAS PELAYANAN KITA
18
Mei 2005
Nats : Aku akan menyembuhkan mereka dan akan menyingkapkan kepada
mereka kesejahteraan dan keamanan yang berlimpah-limpah (Yeremia
33:6)
Bacaan
: Yeremia
33:1-9
Dua
puluh lima tahun yang lalu, tepatnya pada tanggal 18 Mei 1980, Gunung St.
Helens meletus. Peristiwa ini menjadi salah satu bencana alam terbesar pada
zaman modern. Puncak gunung itu menyemburkan bebatuan yang hancur setinggi 17
kilometer dan menjadi awan kelabu. Pada saat yang bersamaan, banjir batu,
lumpur, dan es melanda lereng gunung itu, menghancurkan semua yang dilaluinya,
menutup sungai-sungai, dan menghentikan perahu-perahu.
Selama
seperempat abad yang lalu, pemerintah Amerika Serikat menghabiskan dana lebih
dari 1 miliar dolar untuk pemulihan Gunung St. Helens dan perbaikan jangka
panjang pada wilayah itu. Akan tetapi, berbagai pekerjaan di bidang teknik dan
konstruksi yang dilakukan Korps Insinyur Tentara AS sepertinya "tidak terlihat"
karena mereka membuat "banjir tidak pernah terjadi lagi, rumah dan
lingkungan tidak akan hancur, dan lalu lintas perairan berjalan lancar".
Dalam
proses pemulihan ini, saya melihat gambaran pengampunan dan pemulihan Allah
akan bencana yang diakibatkan oleh pemberontakan kita. Ketika Allah mengizinkan
umat-Nya ditawan bangsa Kasdim, Dia berjanji, "Aku akan menyembuhkan
mereka dan akan menyingkapkan kepada mereka kesejahteraan dan keamanan yang
berlimpah-limpah" (Yeremia
33:6).
Pemulihan
rohani kerap memerlukan waktu lama. Akan tetapi apabila kita mengizinkan Allah
memulihkan kehidupan kita, Dia akan dapat menghindarkan kita dari kegagalan
yang akan terjadi di kemudian hari —DCM
KEKUATAN
PEMBERSIHAN KRISTUS DAPAT MENGHILANGKAN
NODA
DOSA YANG PALING BANDEL
17
Juli 2005
Nats : Tetapi pada-Mu ada pengampunan, supaya Engkau ditakuti
orang (Mazmur
130:4)
Bacaan
: Mazmur
130
Allah
memang benar-benar Pribadi yang berbahaya, karena kita adalah orang berdosa
sedangkan Dia adalah Pribadi yang kudus. Dosa tak dapat lagi bertahan di
hadapan Allah, sama seperti kegelapan akan sirna pada saat cahaya bersinar.
Berdiri dalam pembenaran diri di hadapan-Nya sama artinya dengan mengundang
kehancuran bagi kita. Sang pemazmur menulis, Jika Engkau, ya Tuhan,
mengingat-ingat kesalahan-kesalahan, Tuhan, siapakah yang dapat tahan? (Mazmur
130:3).
Pada
sebuah pemakaman yang tidak jauh dari kota New York, ada sebuah batu nisan yang
berpahatkan sebuah kata: Diampuni. Pesan yang tertulis di situ begitu sederhana
dan tak dibubuhi apa pun. Tidak ada tanggal lahir, tanggal kematian, ataupun
tulisan lain pada batu nisan tersebut. Namun, itulah kata paling hebat yang
dapat diberikan kepada seseorang, atau yang dapat dituliskan pada batu nisan.
Sang
penulis lagu mengatakan, Tetapi pada-Mu ada pengampunan, supaya Engkau ditakuti
orang (ayat 4).
Refrein lagu itu bergema dalam Perjanjian Lama dan Baru. Allah dihormati dan
disembah karena hanya Dia yang sanggup membersihkan kesalahan kita.
Jika
Allah tak dapat mengampuni kita, kita hanya dapat lari dari-Nya dalam
ketakutan. Namun Allah yang kekudusan-Nya menakutkan bagi kita adalah Allah
yang menebus kita melalui Kristus. Allah yang berbahaya ini menawarkan
pengampunan untuk semua dosa kita.
Sudahkah
Anda diampuni? HWR
DOSA
MENDATANGKAN HUKUMAN
PENGAKUAN
DOSA MENJAMIN ADANYA PENGAMPUNAN
2
Oktober 2005
Nats : Alihkanlah pandangan-Mu dari padaku, supaya aku
bersukacita sebelum aku pergi dan tidak ada lagi (Mazmur 39:14)
Bacaan
: Mazmur
39
Ketika
mantan dosen hukum Phillip E. Johnson terkena serangan stroke, ia sangat takut
kalau-kalau ia akan mengalami cacat mental dan fisik sehingga ia meminta dokter
untuk membunuhnya tanpa rasa sakit. Ia berkata demikian, “Ini memang pikiran
yang bodoh, tetapi bukan yang paling bodoh.”
Dalam
pelayanan pastoral saya sendiri, saya pernah mendengar beberapa anak Allah
mengungkapkan pemikiran yang jauh lebih buruk daripada pemikiran Johnson.
Bahkan mereka melontarkan kata-kata yang berisi pemberontakan melawan Allah.
Mazmur
39 menawarkan penghiburan kepada orang yang menyesali hal-hal bodoh yang
telah mereka katakan sewaktu mengalami keputusasaan. Daud sakit parah dan
merasa putus asa pada saat ia menulis mazmur ini. Pada awalnya ia diam supaya
tidak mengatakan hal yang bodoh (ayat 2-4). Tetapi ketika ia tidak bisa menahan diri
lagi, ia kemudian menyerukan doa yang sangat indah (ayat 5-10).
Namun,
dalam ayat 11 dan 12 suasananya kemudian mulai berubah.
Menurut ilmuwan Inggris Derek Kidner, Daud berkata bodoh ketika ia berkata,
“Alihkanlah pandangan-Mu dari padaku, … sebelum aku pergi dan tidak ada lagi”
(ayat 14). Daud mengungkapkan sikap putus asa sampai
ingin mati, dan akhirnya berseru kepada Allah, “Biarkan saya sendiri.” Kidner
berpendapat bahwa Allah mencantumkan doa ini di dalam Alkitab untuk meyakinkan
bahwa ketika kita menyatakan keputusasaan kita, Dia mengerti, dan ketika kita
mengungkapkan penyesalan yang mendalam, dengan murah hati Dia memberikan
pengampunan -HVL
LIDAH
BISA MENJADI MUSUH YANG PALING JAHAT
14
November 2005
Nats : Demikianlah sekarang tidak ada penghukuman bagi mereka
yang ada di dalam Kristus Yesus (Roma
8:1)
Bacaan
: Kisah
13:36-41
Menurut
penulis novel asal Inggris, Aldous Huxley, “Tidak ada langkah mundur pada papan
catur kehidupan.” Namun kita tetap menyadari akan hal-hal yang telah kita
lakukan dan hal-hal yang kita biarkan terbengkalai. Dosa-dosa kita membuat kita
cemas. Dosa-dosa itu mendorong kita untuk sangat berharap dapat memperbaiki masa
lalu.
Karena
itulah, mereka yang menaruh iman di dalam Yesus dapat mengucap syukur atas
pesan Allah, baik dalam Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru. Ketika Paulus
berkhotbah di Antiokhia, ia berkata, “Dan di dalam Dialah [Yesus] setiap orang
yang percaya memperoleh pembebasan dari segala dosa, yang tidak dapat kamu
peroleh dari hukum Musa” (Kisah
Para Rasul 13:39). Hukum itu mendatangkan kematian bagi kita (Roma
7:10,11), tetapi Yesus menawarkan kelepasan dan kehidupan baru (8:1).
Apakah
Anda mencemaskan sesuatu yang telah Anda lakukan di masa lalu? Bersukacitalah!
Allah telah “melemparkan segala dosa kita ke dalam tubir-tubir laut” (Mikha
7:19). Apakah Anda masih khawatir dengan dosa-dosa Anda? Bersukacitalah! “…
Aku tidak lagi mengingat dosa-dosa dan kesalahan mereka” (Ibrani
10:17). Dan “Aku telah menghapus segala dosa pemberontakanmu seperti kabut
diterbangkan angin dan segala dosamu seperti awan yang tertiup …” (Yesaya
44:22).
Jika
Anda beriman dan memohon kepada-Nya untuk mengampuni Anda, masa lalu Anda
benar-benar dilupakan. “Sejauh timur dari barat, demikian dijauhkan-Nya dari
pada kita pelanggaran kita” (Mazmur
103:12). Percaya dan bersukacitalah! -VCG
PENGAMPUNAN
ALLAH
MELEPASKAN
KITA DARI BELENGGU KEKECEWAAN
15
Januari 2006
Nats : Janganlah matahari terbenam, sebelum padam kemarahanmu (Efesus
4:26)
Bacaan
: Mazmur 4:2-6
Suatu
kali ada seorang anak laki-laki bertengkar dengan kakaknya dan pengalaman
tersebut meninggalkan perasaan pahit di dalam dirinya. Saat kakaknya ingin
meluruskan permasalahan, ia tidak mau mendengarkan penjelasannya. Bahkan, ia
tidak mau berbicara dengan kakaknya seharian.
Waktu
tidur pun tiba, dan ibu mereka berkata kepada sang adik, "Apakah kamu
tidak berpikir bahwa kamu perlu mengampuni kakakmu sebelum tidur? Ingat,
Alkitab mengatakan kepada kita, 'Janganlah matahari terbenam, sebelum padam
kemarahanmu'" (Efesus
4:26). Sang anak tampak kebingungan. Ia berpikir sebentar lalu berkata,
"Tetapi bagaimana caranya agar aku bisa mencegah matahari tidak terbenam?"
Sikap
yang ditunjukkan oleh sang adik mengingatkan saya akan sikap sebagian orang
kristiani. Mereka marah kepada seseorang dan menyimpan dendam. Saat dihadapkan
dengan sikap mereka yang tidak bersedia mengampuni dan diminta untuk meluruskan
permasalahannya, mereka justru menghindar dan tidak mau menaati perintah Kitab
Suci yang jelas. Memang benar kita tidak dapat mengubah hati orang lain. Akan
tetapi, kita bertanggung jawab atas sikap kita sendiri. Alkitab berkata,
"Hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan
saling mengampuni, sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni
kamu" (Efesus
4:32).
Kita
memang tidak dapat mencegah matahari untuk terbenam. Namun, kita dapat berhenti
marah sebelum matahari terbenam. Dan itu berarti kita harus mengampuni --RWD
UNTUK
SETIAP MENIT YANG ANDA GUNAKAN UNTUK MARAH
ANDA
KEHILANGAN 60 DETIK KEBAHAGIAAN
23
Maret 2006
Nats : Seperti bapa sayang kepada anak-anaknya, demikian Tuhan
sayang kepada orang-orang yang takut akan Dia (Mazmur
103:13)
Bacaan
: Yesaya
49:13-18
Beberapa
ibu yang memiliki anak kecil saling berbagi tentang jawaban-jawaban doa yang
menguatkan. Seorang ibu mengakui bahwa ia merasa egois jika mengganggu Allah
dengan berbagai kebutuhannya. "Jika dibandingkan dengan kebutuhan semua
orang yang dihadapi oleh Allah," jelasnya, "keadaan saya pasti tampak
remeh bagi-Nya."
Beberapa
saat kemudian, anak lelaki ibu itu berlari sambil menjerit karena jarinya
terjepit pintu. Sang ibu tidak mengatakan, "Betapa egoisnya kamu
mengganggu Ibu dengan jarimu yang sakit pada saat Ibu sedang sibuk!"
Tidak, ia justru menunjukkan belas kasih dan kelembutan yang besar.
Mazmur
103:13 mengingatkan kita bahwa itu adalah respons kasih, yang ditunjukkan
baik oleh Allah maupun manusia. Dalam Yesaya
49, Allah mengatakan bahwa sekalipun seorang ibu melupakan anaknya, Tuhan
tidak akan melupakan anak-anak-Nya (ayat 15).
Allah meyakinkan umat-Nya, "Aku telah melukiskan engkau di telapak
tangan-Ku" (ayat 16).
Keintiman
dengan Allah semacam itu hanya dimiliki oleh mereka yang takut kepada-Nya, yang
bersandar kepada Allah dan bukan kepada dirinya sendiri. Seperti anak kecil
yang jarinya sakit berlari ke arah ibunya dengan bebas, demikian juga kita
dapat berlari kepada Allah dengan segala masalah sehari-hari kita.
Allah
kita yang penuh belas kasih tidak mengabaikan orang lain hanya karena Dia
sedang menaruh perhatian kepada Anda. Dia memiliki waktu dan kasih yang tidak
terbatas bagi masing-masing anak-Nya. Tidak ada kebutuhan manusia yang dianggap-Nya
remeh --JEY
ALLAH
MENANGGUNG BEBAN DUNIA DI PUNDAK-NYA
DAN
MENGGENGAM ANAK-ANAK-NYA DALAM TELAPAK TANGAN-NYA
27
Mei 2007
Nats : Sebab itu, siapa yang menyangka bahwa ia teguh berdiri,
hati-hatilah supaya ia jangan jatuh! (1Korintus
10:12)
Bacaan
: 1Korintus
10:1-12
Saya
sedang asyik meluncur dengan sepatu roda bersama istri di samping saya.
Tiba-tiba, roda sepatu kiri saya oleng, tak lama kemudian saya terjatuh dengan
wajah mencium aspal. Saat terjatuh, satu jari saya patah dan wajah saya lecet.
Peristiwa
itu terjadi dua tahun lalu, tetapi akibat peristiwa itu masih tersimpan dalam
ingatan saya. Rasa sakit yang saya rasakan karena jatuh itu membuat saya jauh
lebih berhati-hati ketika meluncur dengan sepatu roda. Karena pernah jatuh,
saya berusaha agar tak terjatuh lagi.
Jatuh
memang tidak menyenangkan. Namun, siapa pun yang pernah terjatuh dalam
hidupnya, akan mendapatkan pelajaran positif -- jika peristiwa itu membuat
mereka lebih berhati-hati menjalani hidup.
Paulus
mengingatkan, "Sebab itu, siapa yang menyangka bahwa ia teguh berdiri,
hati-hatilah supaya ia jangan jatuh!" (1Korintus
10: 12). Orang percaya dapat terjatuh. Namun jika terjatuh, kita harus
belajar dari kesalahan tersebut dan berusaha tidak terjatuh lagi.
Apabila
Anda pernah terjatuh dalam menyusuri perjalanan hidup, jangan khawatir karena
masih ada harapan. Pertama, mintalah tuntunan Allah, karena Dia adalah
"penopang bagi semua orang yang jatuh" (Mazmur
145:14). Kemudian, bacalah firman dan mulailah hidup dengan saksama melalui
prinsip-prinsip yang terdapat dalam Alkitab -- "Berubahlah oleh pembaruan
budimu" (Roma
12:2).
Pernahkah
Anda terjatuh? Mintalah kepada Allah untuk menolong Anda berdiri kembali dan
menjaga Anda agar tidak terjatuh lagi --JDB
Kami
bersyukur, Tuhan, saat kami gagal
Kami
dapat memulai lembaran baru
Asal
dengan rendah hati kami mengakui dosa,
Lalu
berbalik dan mengikuti tuntunan-Mu. --Sper
APABILA
KITA BERJALAN DALAM TERANG,
KITA
TIDAK AKAN TERSANDUNG DALAM KEGELAPAN
30
Agustus 2007
Nats : Jika Engkau, ya Tuhan, mengingat-ingat
kesalahan-kesalahan, Tuhan, siapakah yang dapat tahan? (Mazmur
130:3)
Bacaan
: Mazmur
130
Dari
jurang yang dalam", pemazmur berseru kepada Allah (Mazmur
130:1). Lalu, masalahnya dikemukakan, yaitu rasa bersalah yang luar biasa
karena berbagai hal yang telah ia lakukan dan tidak lakukan di masa lalu.
"Jika Engkau, ya Tuhan, mengingat-ingat kesalahan-kesalahan, Tuhan,
siapakah yang dapat tahan?" (ayat 3).
Namun,
puji Tuhan, Allah mengampuni. Dia tak menyimpan catatan dosa masa lalu, entah
betapa banyak atau menyedihkannya dosa itu. "Demikianlah sekarang tidak
ada penghukuman bagi mereka yang ada di dalam Kristus Yesus" (Roma
8:1). Pengampunan Allah membuat kita takut akan Dia (Mazmur
130:4). Kita menyembah dan mengagungkan Allah, karena anugerah dan
pengampunan yang membuat kita lebih mengasihi Dia.
Namun,
bagaimana jika kita terpeleset lagi ke dosa lama? Bagaimana jika dosa itu masih
ada? Kita harus bertobat dan "menanti-nantikan Tuhan" (Mazmur
130:5). Dan, bersabar saat Allah bekerja. Kita bukan orang sakit yang tak
berpengharapan. Kita bisa "berharap" kepada Pribadi yang akan
melepaskan kita sesuai waktu-Nya.
Kita
tahu dua kepastian ini: Kasih Allah tak pernah gagal, yaitu bahwa Dia tak akan
pernah meninggalkan kita atau mengabaikan kita (Ibrani
13:5). Dan, janji Allah tentang penebusan total akan berlangsung pada
waktunya -- Dia akan menebus kita dari semua pelanggaran kita (Mazmur
130:8), lalu membawa kita ke dalam kemuliaan-Nya tanpa noda dan penuh
sukacita (Yudas
24).
Kita
diampuni! Kita bebas! Bersama pemazmur, mari kita menyembah Tuhan saat
menantikan kedatangan-Nya --DHR
KETIKA
KITA DIAMPUNI
TIDAK
ADA CATATAN KESALAHAN KITA YANG DISIMPAN
21
September 2007
Nats : Yesus berkata, "Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab
mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat" (Lukas
23:34)
Bacaan
: Lukas
23:32-38
Seorang
anak lelaki berusia dua belas tahun melakukan kunjungan ke museum bersama
rombongan sekolahnya. Di sana ia menempelkan permen karet yang telah
dikunyahnya pada sebuah lukisan bernilai 1,5 juta dolar [kira-kira 13,5 miliar
rupiah]. Permen karet itu meninggalkan noda sebesar koin 500 rupiah di lukisan
abstrak Helen Frankenthaler yang berjudul The Bay. Pihak berwenang di Detroit
Institute of Arts tidak yakin apakah mereka dapat menghilangkan noda itu. Anak
lelaki tersebut kemudian diskors oleh sekolah. "Saya rasa anak itu belum
tentu mengerti akibat dari perbuatannya," ujar seorang penanggung jawab
sekolah.
Dalam
Lukas
23, Yesus memanjatkan sebuah doa yang luar biasa bagi orang-orang yang
tidak mengerti akibat dari perbuatan mereka. Dia memohon kepada Bapa-Nya supaya
mengampuni mereka yang akan membunuh-Nya (ayat 34).
Mereka menghina Anak Allah, yaitu dengan mencambuk-Nya, meludahi-Nya,
mengolok-olok-Nya, dan memasang mahkota duri di atas kepala-Nya. Mereka
menusukkan paku ke tangan dan kaki-Nya serta menikam lambung-Nya. Meskipun mereka
tidak memahami seluruh tindakan mereka, namun melalui kematian Anak-Nya, Allah
memberikan pengampunan kepada semua orang yang bertobat dan percaya -- bahkan
terhadap para pembunuh Yesus.
Karena
dosa-dosa kita, maka kita semua juga turut berperan dalam pembunuhan Yesus.
Namun, kabar baiknya adalah bahwa Allah itu sungguh murah hati. Dia akan
mengampuni dan menyingkirkan noda dosa, serta memberikan kepada kita kesempatan
kedua melalui Anak-Nya --MLW
TAK
ADA YANG TAK PANTAS DIAMPUNI ALLAH
TETAPI
MANUSIA HARUS MENERIMA PENGAMPUNAN ITU
2
Desember 2007
Nats : Ia akan melahirkan anak laki-laki dan engkau akan
menamakan Dia Yesus, karena Dialah yang akan menyelamatkan umat-Nya dari
dosa-dosa mereka (Matius
1:21)
Bacaan
: Matius
1:18-25
Di
luar musim pertandingan bisbol, manajer dan pelatih berkonsentrasi dalam jual
beli pemain agar tim mereka dapat meraih kemenangan di musim pertandingan pada
tahun berikutnya. Namun, jika Anda seorang penggemar Chicago Cubs seperti saya,
Anda tidak akan berharap banyak sebab sudah bertahun-tahun tim kami tidak
pernah menang! Oleh karena itu, janji seorang pemain yang baru direkrut oleh
Cubs terdengar agak muluk-muluk. Dalam sebuah konferensi pers yang penuh sesak
oleh penonton, ia berkata, "Kita akan memenangkan Seri Pertandingan
Dunia!" Harus saya akui, sulit untuk tidak bersikap skeptis. Rasanya
seperti janji yang kemungkinan besar tidak dapat dipenuhinya.
Tidak
heran jika orang-orang Yahudi pada zaman Yesus, yang hidup di bawah penindasan
pemerintah Roma, bertanya-tanya apakah Allah akan menggenapi janji-Nya. Dia
berjanji untuk mengirimkan Penebus yang akan mengampuni dosa dan mengembalikan
kemuliaan Israel (Yesaya
1:26, 53:12; 61). Dulu Allah sudah menjanjikan Penebus, tetapi mereka tidak
mendengar Allah berkata-kata selama 400 tahun. Namun kemudian, pada saat yang
tepat, malaikat mewartakan kepada Yusuf bahwa Maria akan melahirkan seorang
Putra yang akan "menyelamatkan umat-Nya dari dosa-dosa mereka" (Matius
1:21).
Natal
membuktikan bahwa Allah adalah Allah yang menepati janji! Dia berkata akan
mengirimkan Penebus, dan Dia melakukannya. Dosa Anda tidak berada di luar
jangkauan janji ini. Dia sudah siap dan menunggu untuk menghapus dosa-dosa Anda
-- seluruhnya --JMS
ANDA
DAPAT MEMERCAYAINYA -- ALLAH MENEPATI JANJI-JANJI-NYA
23
Januari 2008
Nats : Janganlah kita jemu-jemu berbuat baik, karena apabila
sudah datang waktunya, kita akan menuai, jika kita tidak menjadi lemah (Galatia
6:9)
Bacaan
: Galatia
6:1-10
Berikut
ini adalah cerita dari mahasiswa-mahasiswa sebuah sekolah teologi. Saat
memasuki semester akhir, mereka wajib melakukan pelayanan di desa. Dua orang
mahasiswa setiap akhir pekan melayani di gereja kecil di sebuah desa. Seusai
pelayanan, mereka selalu mendapatkan sepiring pisang goreng pemberian seorang
nenek yang tinggal di desa itu. Nenek itu bernama Mbah Ginuk. Selalu begitu.
Suatu
kali karena usia tua, Mbah Ginuk meninggal dunia. Para mahasiswa yang biasa
melayani di gereja di desa Mbah Ginuk merasa sangat kehilangan. Mereka
berangkat pelayanan dengan hati sedih, bukan saja karena tidak lagi akan
mendapatkan pisang goreng yang enak, tetapi juga rindu kepada Mbah Ginuk yang
memperlakukan mereka seperti cucu sendiri. Namun, yang mengejutkan mereka,
setelah mereka selesai melakukan pelayanan, di pastori terhidang sepiring
pisang goreng yang tidak kalah lezatnya. "Lo, siapa yang mengirim pisang
goreng ini?" tanya mereka dengan nada ingin tahu campur gembira.
"Tetangga Mbah Ginuk yang menyediakannya!" ujar orang yang ditanya.
Ternyata
kebaikan hati Mbah Ginuk yang itu menjadi inspirasi bagi tetangganya yang juga
sudah tua untuk melakukan hal yang sama. Demikianlah perbuatan baik akan
melahirkan perbuatan baik lainnya. Maka, seperti yang dikatakan oleh Rasul Paulus,
marilah kita tidak jemu-jemu untuk berbuat baik. Pasti ada banyak cara bagi
kita untuk meneladani Mbah Ginuk. Marilah kita menyediakan "pisang
goreng" kita sendiri bagi orang-orang yang ada di sekitar kita --XQP
KEBAIKAN
HATI TAK DIUKUR DARI BANYAKNYA PEMBERIAN KITA
TETAPI
KETULUSAN HATI YANG MENGIRINGINYA
10
April 2008
Nats : ... supaya kamu seia sekata dan jangan ada perpecahan di
antara kamu, tetapi sebaliknya supaya kamu erat bersatu dan sehati sepikir (1Korintus
1:10)
Bacaan
: 1Korintus
3:1-9
Pengalaman
hidup menyaksikan bahwa di mana-mana terjadi perselisihan; baik di rumah
tangga, di kantor, apalagi di dunia politik. Termasuk juga di tempat yang
seharusnya terjadi "damai sejahtera", yakni di dalam gereja. Bahkan
di tempat yang terakhir ini, terkadang perselisihan sulit didamaikan atau
diselesaikan.
Kita
belajar dari Paulus tentang hal ini. Menurutnya, perselisihan atau perpecahan
menunjukkan ketidakdewasaan dalam Kristus (ayat 1),
sebab manusia duniawi masih mengemuka di situ (ayat 3).
Apabila seseorang masih hidup dengan lebih mengutamakan keakuannya dan tidak
mengusahakan hidup yang rohani, maka hidupnya masih dapat diliputi oleh
keirihatian dan perselisihan (ayat 4).
Untuk
menyelesaikan perselisihan atau perpecahan, kedua pihak mesti berusaha hidup
secara "rohani" dengan bercermin pada kehidupan Yesus Kristus; baik
dalam perkataan, perasaan, pikiran, maupun tindakan. Selebihnya, Paulus
menasihati jemaat di Korintus (ayat 7,8),
juga kita, agar dalam hidup bersekutu kita berusaha untuk selalu seia sekata,
serta sehati sepikir. Dengan hati yang sama-sama rindu dan sepakat untuk memiliki
hidup yang rohani, anak-anak Tuhan akan lebih erat dan bersatu, sehingga tidak
terjadi perselisihan.
Perselisihan
kerap kali terjadi karena ego manusia hendak saling mengemuka. Padahal bila
direnungkan, siapakah kita, sehingga ada keangkuhan di antara saudara? Bahkan
Yesus Kristus yang adalah Tuhan, menjadi teladan bagi kita dengan rela
menanggalkan ego-Nya, dan turun menjadi manusia untuk mati secara nista di kayu
salib. Sebab itu, untuk menghindari perselisihan, landasi segala sesuatu dengan
kasih-ENO
SERIBU
TEMAN TERASA KURANG
SETENGAH
MUSUH TERASA LEBIH!
18
Mei 2008
Nats : Tetapi aku takut, kalau-kalau pikiran kamu disesatkan dari
kesetiaan kamu yang sejati kepada Kristus (2Korintus
11:3)
Bacaan
: 2Korintus
11:1-6
Idep-idep
nandur pari jero (Lebih baik menanam pari jero). Dalam kehidupan sehari-hari
masyarakat Jawa, ungkapan ini kerap diucapkan untuk menyiratkan sebuah
kesadaran bahwa mereka tidak berani memastikan sesuatu yang belum terjadi. Pari
jero adalah sebuah varitas padi lokal yang enak rasanya dan berbau harum,
tetapi masa tanamnya agak panjang, sehingga dalam setahun hanya bisa dipanen
dua kali. Ungkapan nandur pari jero hendak menandakan sikap atau tindakan yang
disadari akan lama membuahkan hasil, sehingga untuk itu kita harus sabar dan
setia menanti.
Menanti
sesuatu tentu membutuhkan kesabaran dan kesetiaan. Itulah pesan Paulus kepada
jemaat Korintus, dan juga kepada kita, agar sabar dan setia menanti kedatangan
Tuhan, sekalipun masa penantian itu bisa panjang. Paulus takut kalau-kalau
pikiran kita akan disesatkan dan berpaling dari Yesus (ayat 3).
Apalagi di dunia ini akan banyak tawaran tentang "Yesus yang lain",
"Injil yang lain", "roh yang lain" dari yang Paulus
beritakan (ayat 4).
Pikiran kita memang bisa disesatkan oleh beberapa hal, khususnya bila kita tak
tahu kapan penantian itu akan berakhir. Kadang mungkin kita merasa seperti
orang yang sedang nandur pari jero; kita tak tahu kapan Tuhan datang. Terlebih
dalam hidup yang serbainstan ini, kita bisa mudah menjadi tak sabar, segera
ingin menerima janji-janji-Nya.
Sesungguhnya,
masa penantian akan kedatangan Tuhan ini menguji kesetiaan kita. Musuh
ketidakpastian adalah ketidaksabaran, dan sahabat ketidakpastian adalah
kepercayaan dan iman kita kepada Kristus -AGS
MESKI
KADANG TAMPAK LAMBAT
NAMUN
KENYATAANNYA ALLAH TAK PERNAH TERLAMBAT
31
Agustus 2008
Nats : Orang yang menabur kecurangan akan menuai bencana (Amsal
22:8)
Bacaan
: Esther
7
Seorang
bapak membawa anaknya ke sebuah lembah. "Nak, coba kamu teriakkan sebuah
kata," ujarnya. "Untuk apa, Pak?" tanya sang anak. "Coba
saja," kata bapak itu lagi. Sang anak menurut. Ia beranjak ke ujung
lembah. "Hai!" teriaknya. Sejenak sepi. Tetapi tidak lama kemudian
terdengar suara gema dari arah lembah, "Hai... hai... hai..." Begitu
pula dengan setiap kata yang diteriakkannya setelah itu. Kembali dengan kata
yang sama. Bapak itu pun membukakan hikmah yang hendak ia ajarkan. "Nak,
seperti itulah hidup kita. Apa yang kita tabur, itu juga yang akan kita
tuai," katanya.
Bacaan
hari ini mencatat kejadian yang membuktikan tentang hukum tabur tuai tersebut.
Haman-seorang pejabat tinggi negara, sangat membenci Mordekhai-seorang pria
Yahudi (Ester
3:5). Ia pun mendirikan tiang untuk menggantung Mordekhai. Lalu menyarankan
kepada raja supaya mengadakan upacara penghormatan bagi orang yang telah
berjasa kepada raja (ayat 7-9).
Sangka Haman, dirinyalah yang akan dianugerahi kehormatan itu. Namun yang
terjadi justru sebaliknya. Raja memberikan kehormatan kepada Mordekhai (ayat 10).
Sedang tiang yang Haman dirikan, akhirnya justru digunakan untuk menggantung
dirinya (Ester
7:10).
Menabur
dan menuai adalah dua hal yang saling terkait. Tidak saja dalam dunia
pertanian, tetapi juga dalam hidup sehari-hari. Ketika kita menanam benih padi
yang baik, biasanya kita pun akan menuai padi yang baik. Bila kita menabur
kebaikan, pada saatnya kita akan menuai kebaikan. Sebaliknya bila kita menabur
keburukan, maka pada saatnya juga kita akan menuai keburukan. Seperti Haman.
Dan semoga bukan seperti kita -AYA
HIDUP
BAGAI BUMERANG, APA YANG KITA LEMPARKAN
ITU
JUGA YANG KEMBALI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar