Kamis, 19 Juli 2012

JAMITA/KHOTBAH MINGGU, 22 JULI 2012, FILIPI 2:11-22


JAMITA/KHOTBAH MINGGU 22 JULI 2012 EFESUS 2:11-22
Teks Khotbah
Kata-Kata Kunci
2:11 Karena itu ingatlah, bahwa dahulu kamu -- sebagai orang-orang bukan Yahudi menurut daging, yang disebut orang-orang tak bersunat oleh mereka yang menamakan dirinya "sunat", yaitu sunat lahiriah yang dikerjakan oleh tangan manusia, --
Ingatlah masa lalumu yang lahiriah (bnd. Ay 1-9)
2:12 bahwa waktu itu kamu tanpa Kristus, tidak termasuk kewargaan Israel dan tidak mendapat bagian dalam ketentuan-ketentuan yang dijanjikan, tanpa pengharapan dan tanpa Allah di dalam dunia.
Hidup Tanpa Kristus dan Pengharapan (Kematian)
2:13 Tetapi sekarang di dalam Kristus Yesus kamu, yang dahulu "jauh", sudah menjadi "dekat" oleh darah Kristus.
Namun karena Darah Kristus (Penebusan)
2:14 Karena Dialah damai sejahtera kita, yang telah mempersatukan kedua pihak dan yang telah merubuhkan tembok pemisah, yaitu perseteruan,
Ia Mempersatukan kita (Reconsialiasi Allah)
2:15 sebab dengan mati-Nya sebagai manusia Ia telah membatalkan hukum Taurat dengan segala perintah dan ketentuannya, untuk menciptakan keduanya menjadi satu manusia baru di dalam diri-Nya, dan dengan itu mengadakan damai sejahtera,
Ia menjadikan kita Manusia Baru (Status baru)
2:16 dan untuk memperdamaikan keduanya, di dalam satu tubuh, dengan Allah oleh salib, dengan melenyapkan perseteruan pada salib itu.
Ia Memperdamaikan kita dengan Allah (Reconsiliasi)
2:17 Ia datang dan memberitakan damai sejahtera kepada kamu yang "jauh" dan damai sejahtera kepada mereka yang "dekat",
 Ia memberi kita  Damai Sejahtera
2:18 karena oleh Dia kita kedua pihak dalam satu Roh beroleh jalan masuk kepada Bapa.
Menjadi kita Satu Roh (Diperdamaikan)
2:19 Demikianlah kamu bukan lagi orang asing dan pendatang, melainkan kawan sewarga dari orang-orang kudus dan anggota-anggota keluarga Allah,
Menjadi kita Keluarga Allah (gereja)
2:20 yang dibangun di atas dasar para rasul dan para nabi, dengan Kristus Yesus sebagai batu penjuru.
Karena Kristus Batu Penjuru (Kristus kepala Gereja)
2:21 Di dalam Dia tumbuh seluruh bangunan, rapi tersusun, menjadi bait Allah yang kudus, di dalam Tuhan.
Maka kita Menjadi Bait Allah (gereja)
2:22 Di dalam Dia kamu juga turut dibangunkan menjadi tempat kediaman Allah, di dalam Roh.
Tempat Kediaman Allah(gereja)

I. Pengantar
Tema utama dari surat Paulus kepada jemaat Efesus adalahmenyoroti tentang “Kristus dan Gereja”. Surat ini tidak ditulis sebagai jawaban terhadap suatu kontroversi doktrinal atau persoalan pastoral seperti banyak surat lain, sebaliknya Efesus memberikan kesan akan luapan penyataan yang melimpah sebagai hasil dari kehidupan doa pribadi Paulus. Paulus menulis surat ini ketika dipenjara karena Kristus ( Ef 3:1; Ef 4:1; 6:20), kemungkinan besar di Roma. Tujuan Paulus dalam menulis surat ini tersirat dalam  Ef 1:15-17. Dengan tekun ia berdoa sambil merindukan agar para pembacanya bertumbuh dalam iman, kasih, hikmat, dan penyataan Bapa yang mulia. Dia sungguh-sungguh menginginkan agar hidup mereka layak di hadapan Tuhan Yesus Kristus (mis. Ef 4:1-3; 5:1-2). Oleh karena itu, Paulus berusaha untuk menguatkan iman dan dasar rohani mereka dengan menyatakan kepenuhan maksud kekal Allah dari penebusan "dalam Kristus"(Ef 1:3-14; 3:10-12) untuk gereja (Ef 1:22-23; 2:11-22; 3:21; 4:11-16; 5:25-27) dan untuk setiap orang (Ef 1:15-21; 2:1-10; 3:16-20; 4:1-3,17-32; 5:1-6:20). Secara khusus teks khotbah ini menekankan bagaimana kita yang ditebus oleh Allah. Di bagian ini Paulus menekankan bahwa dalam penebusan karena kasih karunia oleh iman, Allah memperdamaikan kita dengan diri-Nya (Ef 2:1- 10) dan dengan sesama umat tertebus (Ef 2:11-15), dan sedang mempersatukan kita di dalam Kristus dalam satu tubuh, yaitu gereja (Ef 2:16-22). Tujuan penebusan adalah "mempersatukan di dalam Kristus sebagai Kepala segala sesuatu baik yang di sorga maupun yang di bumi," (Ef 1:10).
II.  Ulasan Teks Efesus 2:11-22
Istilah kata ingat sangat penting dalam nats ini (Yunani: mnemoneuo, Ing: remember, kata kerja), kata ingat, atau mengingat dalam hal ini merupakan evalusi diri, upaya mengenal diri akan hidup masa lalu (hidup dalam dosa, hidup tanpa kristus, tanpa pengharapan, hidup menekanakan hal lahiriah), namun disi lain hal mengingat juga melihat sisi positif bagaimana Tuhan memberikan anugerahnya oleh iman atas hidup masa lalu tersebut. Disinilah kita melihat anugerah Tuhan (charis), di dalam dan melalui Kristus manusia telah “diatarik, diangkat, ditebus” dengan harga yang mahal melalui darah Kristus yang tercurah di kayu Salib. Penebusan oleh Kristus telah membawa “syalom” dari hakikat diriNya sehingga kita dipersatukan satu dengan yang lain di dalam Tuhan, sehingga oleh penebusanNya tembok pemisah telah dihancurkan. Tembok pemisah yang menjadi perseteruan antara orang Yahudi (yang menekankan Sunat) dengan orang yang non Yahudi). Sunat secara lahirian tidak lagi menjadi jalan dan penentu “legalitas” seseorang menjadi benar di hadapan Tuhan.
Melalui kematiaNya, maka kita telah ikut mati dalam kematianNya dan bangkit di dalam kebangkitanNya, dengan demikian di dalam kematianNya Yesus telah mengenapi Hukum Taurat, dan Hukum Taurat tidak lagi menjadi ukuran dan penentu manusia dibenarkan, karena hanaya oleh anugerah Tuhanlah kita memperoleh status baru oleh iman.
Melalui anugerahNya juga kita tidak lagi mempersoalkan antara orang yang dekat (Yahudi) dengan orang yanag jauh (non Yahudi), sebab damai sejahtera Tuhan (syalom) diberikan secara universal dan personal. Dengan demikian maka kita menjadi SATU ROH (satu sumber kehidupan), satu Bapa, kita menjadi satu KELUARGA ALLAH (Family Dei), relasi kita dibangaun dalam kasih persaudaraan, yang dibangun dalam dasar para rasul dan nabi, dengan KRISTUS SEBAGAI BATU PENJURU, sehingga semua orang percaya menjadi tubuh Kristus, BAIT ALLAH dan tempat KEDIAMAN ALLAH. Disinilah hakikat, fungsi dan peranan kita sebagai “gereja” yang hidup.
 III. Refleksi dan renungan:
1.      Jika kita mengingat bagaimana kita ditebus oleh Allah melalui kematian Kristus, maka kita diingatkan bahwa hidup kita ini adalah hanya karena anurerah Tuhan semata. Maka tidak ada yang perlu kita “sombongkan” dari hidup kita dihadapan Tuhan dan juga bagi sesame manusia. Setiap saat kita perlu merenungkan berkat Tuhan bagi kita, setiap saat kita juga perlu mengevaluasi sikap dan tindakan kita.
2.      Di hadapan Tuhan kita adalah sama, maka sikap yang perlu kita bangun adalah bagaimana kita membangun relasi yang baik atas anugerah Tuhan, tanpa membedabedakan satu dengan yang lain, menghilangkan sikap primordialisme, bagaimana kita menempatkan diri kita terhadap orang lain
3.      Bagaimana kita membangun kasih persaudaraan sebagai keluarga Allah (oikos), kesatuan dan persekutuan sebagai hakikat Gereja.  Tantangan yang paling sulit sekarang adalah kita sulit untuk berbeda pendapat, sehingga memicu konflik dan melahirkan kelompok dan golongan. Allah tidak menyukai adanya tembok, perseteruan diantara kita dengan meng klaim kita yang palin layak, dan paling benar dari pada orang lain. Baiklah kita menghilangkan paradigm lama dan hidup dalam paradigm baru sebagai anggota tubuh kristus.
4.      Dasat kesatuan kita hanya didalam Kristus yang telah mendamaikan dan mempersatukan kita dengan Allah dan sesama melalui darah Kristus. Dengan demikian orang yang percaya dengan Kristus, maka kita juga dapat menerima orang lain dengan segalaa kelebihan dan kekurangannya. Kita pasti memiliki perbedaan, baik latar belakang social, budaya, pendidikan, ekonomi, profesi dan sebagainya, namun bagaimana hal itu telah menjadi alasan bagi kita untuk membangun tembok, dan kelompok yang memicu perseteruan. Perbedaan bukan sesuatu yang harus kita perbincankan , apalagi memperdebatkannya karena akan memicu kaos dan konflik. Kita tidak perlu mengklaim diri kita lebih baik dari orang lain yang membangun sikap sombong.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar