Minggu, 10 Februari 2013

Kesatuan di Dalam Kristus:Berbeda Tapi Satu


KESATUAN DI DALAM KRISTUS: BERBEDA TETAPI SATU
1 Kor 12:12-26

Hidup dalam kesatuan, hidup rukun, adalah panggilan bagi setiap orang Kristen. Orang yang menginginkan perpecahan bukanlah cerminan hidup dalam Kristus. Setiap orang percaya harus memiliki benih kesatuan sejak ia menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juru selamatnya, karena benih kesatuan ini adalah benih yang berasal dari Allah dan yang dibawa Yesus kedalam diri kita. Ini bukan benih yang berasal dari keinginan daging manusia, seperti yang terjadi ketika manusia membangun Menara Babel.
Tentu kita semua mendambakan kesatuan, bukan? Baik itu kesatuan dalam keluarga,  gereja, masyarakat, bangsa dan negara.  Kesatuan itu sungguh indah dan menyenangkan. Di mana ada kesatuan di situ ada kekuatan  dan berkat. Orang Indonesia berkata: “Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh,” dan orang Batak mengatakan:  “Tampakna do rantosna, rim ni tahi do gogona.” Yesus sendiri berdoa kepada Bapa yang di sorga, agar orag-orang yang percaya dan yang akan percaya senantiasa hidup dalam kesatuan, sebab kesatuan  orang percaya menjadi penentu percaya tidaknya dunia ini kepada Yesus( Yoh. 17: 21). Keinginan dan kerinduan akan kesatuan ini berasal dari Yesus sendiri. Kesatuan di dalam Yesus Kristus jauh lebih kokoh, lebih kuat dari segala bentuk kesatuan yang ada di dunia ini. Melalui penebusan-Nya  di kayu salib, maka segala perseteruan dilenyapkan, dan damai sejahtera dinyatakan, sehingga mereka yang dulu jauh menjadi dekat.   Oleh penebusan-Nya, kita diangkat menjadi anak-anak-Nya, dan dipersatukan dalam satu kasih, satu iman,dan satu pengharapan.  Kita menjadi  satu keluarga yakni keluarga Allah, yang dibangun di atas dasar iman kepada Yesus Kristus.
Pada  dasarnya manusia itu berbeda.  Perbedaan merupakan desain Allah sejak manusia diciptakan (Kej. 1:27). Perbedaan itu indah, nikmat, dan membahagiakan. Perbedaan juga merupakan kekayaan, potensi, kekuatan, untuk membangun sebuah persekutuan yang rukun, damai, dan harmonis.  Perbedaan  bukan untuk memisahkan kita,  namun justru memaksa kita untuk bersatu. Paulus menggambarkan keragaman dalam jemaat itu ibarat tubuh yang  banyak anggota (1 Kor. 12: 12-31), namun saling keterhubungan, saling melengkapi, saling membutuhkan, saling merasakan,  saling memperhatikan, saling menghormati, dan tidak ada anggota yang dianggap lebih utama dari anggota yang lain. Setiap orang yang sudah menjadi anggota tubuh Kristus statusnya sama dihadapan Tuhan. Paulus berkata: “Dalam hal ini tidak ada orang Yahudi atau orang Yunani, tidak ada hamba atau orang merdeka, tidak ada laki-laki atau perempuan, karena kamu semua adalah satu di dalam Kristus Yesus (Gal. 3:28; bnd. BE. 369:1).
Meskipun kita senantiasa mendambakan kesatuan dalam persekutuan,  namun dalam realiata kadang ada terjadi keretakan,  perpecahan. Apa penyebabnya? Penyebab yang paling mendasar adalah adanya rasa superioritas, yakni perasaan yang selalu menganggap dirinya lebih hebat dari orang lain. Tinggi hati  adalah musuh utama dalam mewujudkan kesatuan.  Kesatuan menjadi sebuah realita bila masing-masing anggota memiliki sifat rendah hati,  yang seorang   mengganggap yang lain lebih utama dari dirinya sendiri (Fil. 2:3). Untuk itu hendaklah  kita meninggalkan dan melenyapkan segala tembok pemisah yang hanya merusak persekutuan.  Marilah kita membangun persekutuan kita di atas dasar iman kepada  Yesus Kristus. Paulus berkata: “Karena tidak seorang pun yang dapat  meletakkan dasar lain dari pada dasar yang telah diletakkan, yaitu Yesus Kristus (1 Kor. 3:11).   Kesatuan yang sejati hanya ada di dalam Yesus Kristus.  Amin.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar