KASIH ALLAH YANG MENGAMPUNI DAN MENYELAMATKAN
Nats ini menekankan pesan teologis yakni
1.
Allah
yang maha kasih senantiasa memberi pengampunan bagi orang yang mau bertobat
2.
Kasih
Allah sangat sempurna, kasih yang menyelamatkan, kasih yang mengampuni, kasih
yang tidak menuntut: Ia adalah Allah yang memberikan kesempatan bagi kita untuk
bertobat, Ia selalu menantikan kita agar datang kembali kepadaNya, Allah akan
bersukacita ketika orang yang menyadari dosanya mau bertobat
3.
Oleh
sebab itulah kita mampu untuk bersukacita atas kasih Tuhan kepada kita, dia
telah menerima kita sebagai ahli waris kerajaan Allah, dia yang kekal
memberikan hidup yang kekal bagi orang percaya kepadaNya, orang yang mengakui
dosanya, orang yang merendahkan dirinya.
Karakteristik manusia ditinjau dari perumpamaan
ini
1.
ANAK
YANG BUNGSU
Sikap negatifnya: Awalnya ia hidup
dalam dosa, mengikuti keinginan dirinya, mengikuti hawa nafsu duniawi
Sikap positifnya:
a. Ia memiliki KESADARAN
b. IA memiliki VISI, IMAJINASI
c.
IA mampu mengambil KEPUTUSAN yang bijaksana
d.
Ia meimiliki prakarsa dan proaktif
2.
ANAK
YANG SULUNG
Dari aspek luar dia nampaknya baik dan taat orang
tua, taat norma, taat beragama, namun ada sesuatu yang terselubung di dalam
kepribadiannya yaitu:
a. Dia merasa dirinya lebih baik dari
orang lain
b. Kebaikannya bukan berdasarkan pada
ketulusan yang sesungguhnya karena dia pada akhirnya menuntut apa yang telah
dia perbuat
c. Dia nampaknya tidak senang melihat
adanya perubahan orang lain, ketika anak
bungsung kembali ke rumah orang tuanya dia merasa tidak nyaman, atau tidk
senang : Kita juga sering memiliki sikap seperti itu, kemunafikan, kita
tidak senang melihat orang lain perkembang, maju, sukses,
d. Dia tidak menggangp dirinya sebagai
anak ahli waris, tapi merasakan dia adalah budak di rumahnya sendiri, karena ternyata dia tedak merasakan bahwa dirinya
adalah pemilih dan menjadi ahli waris. Sebagai
orang kristen kita juga tidak merasakan bahwa sesungguhnya Tuhan telah
melimpahkan berkatnya kepada kita, namun kita tidak mengakui, dan meraskan itu,
sehingga kita sering menjalani kehidupan ini dengan « beban », kita
merasa terbeban untuk melakukan yang baik, dan kita juga terbebani melihat
orang lain. SIkap kemunafikan, egosentris, meng klaim diri yang lebih baik,
sikap cemburu, menuntutu, bersungusungut, pada dasarnya membuat hidup kita
sulit untuk bersyukur dan bersukacita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar