Ev: Yehezkiel
2:1-5 Ep: 2 Korintus 11:16-17
Pendahuluan
Yehezkiel adalah anak Busy dan
merupakan keluarga Imam. Dia dibawa
bersama-sama dengan masyarakat lainnya ke Tel-Abib dekat dengan sungai Kebar pada pembuangan pertama tahun 597). Dia sudah menikah dan
istrinya meninggal sekitar tahun 587 tepatnya sebelum
atau pada masa penyerangan Yerusalem (24: 18). Pada tahun kelima
setelah pembuangan (593/2), dia dipanggil menjadi nabi seperti yang tertulis
dalam Yehezkiel 29: 17 dan kenabiannya berakhir pada tahun 571. Dalam pemberitaannya, ia mendesak, memperingatkan, dan
menghibur sesama
penderitanya di dalam
pembuangan.
Pesan yang disampaikan Nabi Yehezkiel berasal dari Allah yang diterimanya
pada masa awal pembuangan, itu sebabnya Kitab Yehezkiel ini menjadi tahap baru
dari nubuatan di Israel dan memiliki ciri yang berbeda dengan kitab para nabi
lainnya.
Yehezekiel sering dipanggil Allah dengan sebutan “anak
manusia”, suatu gelar yang menitik-beratkan kerendahan Yehezekiel sebagai
seorang manusia saja. Dalam melaksanakan panggilan kenabiannya, Yehezekiel
banyak sekali memakai symbol dan gambaran disamping melibatkan kehidupan
pribadinya sendiri. Disamping sebagai orang yang diberi kemampuan untuk melihat
dan mengetahui hal yang supra-Normal, Yehezekiel adalah seorang yang tidak
pernah berhenti berpikir memakai otaknya. Panggilan-panggilan(vision) yang
diterimanya selalu diuraikan dengan sejelas mungkin, hal itu nampak misalnya
dalam uraian tentang Kemuliaan Tuhan yang dilihatnya (pasal 1-3),tentang kota Yerusalem
dan bait Allah yang baru (pasal 40-48). Selain sebagai nabi Yehezkiel juga
seorang imam. Perpaduan duifungsi ini juga hanya dimulai oleh Yehezkiel. Dan
seluruh pemberitaan Yehezekiel tidak bisa dilepaskan dari keunikan pribadinya,
dan karena itu tidak bisa disamakan begitu saja dengan berita dari nabi-nabi
lainnya.
Pendalaman Teks
Dalam ayat 1, dikatakan,
FirmanNya kepadaKu, ini berarti Allah sendiri langsung menyatakan diriNya
kepada Yehezkiel.
Dalam psikologi Ibrani, ucapan seseorang dianggap dalam pengertian tertentu
sebagai sebagian dari kedirian si pembicara yg mempunyai keberadaan sendiri yg
nyata. Maka ucapan atau Firman Allah dalam Alkitab ialah pernyataan diriNya sendiri, dan kata davar bisa menunjuk kepada berita-berita tersendiri yg diberikan
kepada para nabi, atau kepada isi penyataan dalam keseluruhannya. Kata itu
dipakai 394 kali tentang komunikasi dari Allah kepada manusia. Davar mengandung kuasa yg serupa dengan
kuasa Allah yg mengucapkannya (Yes 55:11), melaksanakan kehendak-Nya tanpa
halangan, harus diperhatikan oleh para malaikat dan manusia (Mazm 103:20; Ul 12:32), tetap untuk selama-lamanya (Yes
40:8), dan tak akan kembali kepada Allah tanpa digenapi lebih dahulu ( Yes
55:11). Dalam Mazm 119, davar lebih
menunjuk kepada firman Allah yg tertulis. Konsep Logos dalam PB diterjemahkan
dari istilah davar dalam PL. Dalam PB
istilah logos sangat luas, namun intinya Logos ialah amanat dari pihak Allah yg
dinyatakan dalam Yesus Kristus, yg wajib diberitakan dan ditaati.
Yehezkiel dipanggil atau disebut “Anak
Manusia”, istilah perkataan itu dapat diartikan untuk menyatakan bahwa manusia
adalah lemah, fana. Kemudian istilah Anak Manusia (Ibr. Ben Adam, dalam tradisi
Israel biasanya digunakan untuk menyebutkan jabatan Nabi. Dalam PB, Jesus juga
disebut sebagai Anak Manusia. Sebutan Anak manusia dalam diri Yesus memiliki
fungsi, Ia datang dalam misi penebusan melalui penderitaan (Mat 12:14; 17:22;
20:18; Mark 9:31; Luk 9:44). Istilah Anak manusia juga sangat menarik karena merujuk
kepada mesias, yang diurapi. Jika Allah
berfirman itu sekaligus menyatakan hakikat Allah. Ini berati Allah yang
transenden tidak jauh dari manusia. Lalu dikatakan “ bangun dan berdiri. Ungkapan bangun berarti sebelumnya Yehekiel
tersugkur, atau bersujud, sikap ini menunjukkan sikap merendahkan diri
dihadapan Tuhan. Lalu kata bangun dilanjutkan dengan kata “berdiri” Sikap
berdiri merupakan sikap hormat, respon kepada Tuhan dan menujukkan sikap “siap”
dalam menerima sesuatu atau pesan dari yang menyampaikan.Istilah kalimat”
bangun dan bangkit” dapat juga diartinya proses transformasi dari hidup dalam
perbudakan ke dalam hidup yang merdeka.
Dalam
Ayat 2:
Menekankan bahwa dalam hidup manusia perlu bangkit, perlu aktif, lalu Tuhan
akan memberikan kekuatan kepada manusia untuk melakukan perintahNya.
Peransentral Tuhan dalam aktifitas manusia tidak biasa diabaikan.
Dalam
ayat 3,
ditekankan tentang Pengutusan. Misi pengutusan Yehekiel sangat unik, karena ia hidup
dan di utus ke tengah-tengha pembuangan, hal ini berbeda dengan nabi-nabi
sebelumnya. Ia diutus kepada bangsa pemberontak (goyim), istilah goyim sebelumnya tidak dipakai untuk orang Israel.
Pernyataan ini sekaligus menekankan bahwa Israel telah kehilangan martabatnya
sebagai umat pilihan Allah, mereka telah kehilangan identitas, jati diri
sebagai umat perjanjian. Mereka telah seperti seorang anak yang memberontak
terhadap Ayahnya. Pergeseran ini adalah konsekuensi dan ketidaksetiaan umat
Israel kepada Tuhan. Mereka tidak lagi memeliharan kesetiaan dan kekudusan
hidup.Allah menyebut mereka bangsa pemberomtak: Keras kepala (khasheh) secara hurifiah
diartikan: keras, kejam,
berat, keras kepala, keras, sulit, kaku leher, dan tegar hati (chazag) secara
hurufiah diartikan kuat, perkasa, sakit, lebih
kuat, lebih keras, terpanas, kurang ajar,
keras.
Dalam
ayat 4;
ditekankana tentang fungsi dan otoritas orang mengutus dan yang di utus. Yehezkiel
diutus sebagai duta Allah, nabi
Allah ditengah-tengah Israel.
Dalam
ayat 5:
Allah menekankan supaya Yehezkiel mampu bertahan, meski upayanya gagal dalam
penilaian manusia, tidak berguna bagi Israel, tapi mereka tidak memiliki alasan
tidak ada orang yang tidak menasehati mereka, mereka harus merasakan ada nabi
di tengah-tengah mereka yang menyampaikan Hukuman bagi orang berdosa dan keselamatan bagi orang yang bertobat.
Refleksi/Renungan
1. (Panggilan,
visi, Yehekiel dalam nats ini juga menyatakan bagaimana Yesus menampakkan diri
pada Saulus, dalam Kis 26:16). Kita semua memiliki panggilan untuk menyuarakan
suara KENABIAN. Tuhan selalu memiliki jalan tersendiri untuk menyatakan kerajaanNya.
Dalam pergumulan
hidup barang kali kita sering beranggapan bahwa Tuhan itu jauh dari hidup kita,
padahal Allah tidak pernah menjauhkan diriNya dari kita. Tetapi manusialah yang
membuat dirinya jauh dari Allah karena berbuat dosa, sehingga akibat dosa itu
kita merasakan kekawatiran , rasa takut, terbebani (Adam dan Hawa). Penderitaan
bisa saja akibat dari perbuatan dosa, meskipun tidak semua hal penderitaan yang
dialami seseorang bukan karena dosanya sendiri (Ayub), banyak anak-anak yang
tidak tahu apa-apa harus mengalami nasip yang tragis, dibuang, diterlantarkan.
Umat Israel mengalami penderitaan karena akibat dosa yang mereka perbuat. Namun
ditengah-tengah pergumulan mereka, Allah memanggil Yehezkiel untuk menyampaikan
firmanNya(=Menyatakan keberadaan Allah). Panggilan kepada Yehezkiel sekaligus
menyatakan bahwa Allah tidak pernah meninggalkan umatNya, Allah senantiasa
mengasihi umatNya. Dalam pergumulan hidup yang kita alami Tuhan meminta kita
untuk selalu mengenal diri kita, bersujud kepadaNya, tidak putus asa, tapi
tetap “bangkit” (aktif), bukan fasif. Tuhan telah mengangkat kita sebagai
AnakNya, Tuhan selalu memberi penghiburan bagi kita,melalui Roh Kudusnya, untuk
memampukan dan menguatkan kita.
2.
Yesus
adalah yang telah diutus Allah, untuk membawa misi keselamatan, meskipun dia
harus melewati penderitaan. Yesus telah
memperbaharui status kita dari hamba/budak, menjadi orang yang merdeka, kita
telah diangkat dari perbudakan dosa. Tuhan
telah memilih para hambanya melalui gerejaNya (Pendeta, Guru, Bibelvrow,
Diakones, Evanggelis, Sintua) untuk menjaga
dan memelihara hidup kerohanian umat Allah, agar kita senantiasa menjadi umat
yang setia, taat kepada Tuhan bukan menjadi “pemberontak” yang menolak firman Tuhan(menolak kehadiran Tuhan). Para
hamba Tuhan juga harus kuat dalam menghadapi masalah-masalah dalam pelayanan,
meskipun kita harus mendapat penolakan, tidak di dengarkan jemaat kita, bahkan
tidak menghiraukan kita. Jika Tuhan yang memilih kita, tentunya Tuhan yang
memanpukan dan memberikan kuasa, (power, ototitas)kepada kita untuk menjalankan
fungsi kita untuk menyuarakan suara
kenabian.
3. Kehancuran Yerusalem, pembuangan
ke babel, identitas umat Israel sebagai bangsa pemberontak, Dapat menjadi
refleksi dan menjadi gambaran kondisi kehidupan kita pada saat ini. Kita
melihat bagaimana kehancuran moral, spiritual manusia pada saat ini, kita
melihat bagaimana kekuatan duniawi (babelisme:kapitalisme, konsumerisme,
individualisme, hedonisme) pada saat ini menjajah kehidupan kita, kita ditawan
oleh nafsu dan kerakusan. Kita telah kehilangan jati diri dan identitas kita
sebagai bangsa Indonesia, sebagai umat beragama, sebagai orang Kristen, sebagai
jemaaht HKBP. Sebagai warna Negara kita sering tidak menunjukkan jati diri kita
menjadi warga yang bertanggungjawab, sebagai umat beragama kita sering
melanggar norma-noma, nilai-nilai kemanusiaan, sebagai orang Kristen kita
sering menunjukkan sikap yang tidak etis, (tidak memiliki etika), kualitas
hidup kita, baik secara moral, dan spiritual, tidak menunjukkan kecerdesan yang
sehat. Hendakanya kita melepskan sifat dan sikap kita sebagai manusia
“pemberontak”. Kita hendaknya menjadi manusia yang taat dan beriman, hal itu
nampak dalam kualitas: kecerdesan emosional, kecerdedasan, intelektual,
kecerdasan spiritual.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar