BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kebudayaan adalah
prestasi atau hasil cipta, rasa, dan karsa manusia dalam alam ini. Kemampuan
untuk berprestasi/berkarya ini merupakan sikap hakiki yang hanya ada pada
manusia yang diciptakan menurut gambar dan rupa Allah. Karena itu sejal
penciptaan, manusia telah diberi amanat kebudayaan (Kej 1:26-30). Namun kejatuhan manusia dalam dosa telah menyebabkan manusia
hanya mampu menghasilkan kebudayaan yang menyimpang dari rencana Allah dan
hanya demi kemuliaan diri manusia sendiri.
Manusia lalu berusaha untuk
mengisi keadaan kosong dalam hatinya dengan kebudayaan (agama, ilmu dan
teknologi, seks, hiburan, harta, kesalehan, kedudukan tinggi, dll.) Namun
kebudayaan manusia tidak akanpernah dapat memulihkan keadaan manusia yang sudah
jatuh dalam dosa. Pemulihan keadaan manusia dan kebudayaannya terjadi ketika
Anak Allah yang Tunggal turun ke dalam dunia untuk menebus dosa manusia.
Lalu , bagaimanakah
hubungan antara iman Kristen dan kebudayaan itu ?
B. Tujuan
1. Mengidentifikasi defenisi budaya
2. Mengidentifikasi defenisi Kebudayaan
3. Mengidentifikasi Hubungan Iman Kristen terhadap Kebudayaan
4. Mengidentifikasi pandangan Alkitab Terhadap kebudayaan
BAB II PEMBAHASAN
I. Definisi Budaya.
Budaya
adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah
kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari
banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat,
bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Bahasa, sebagaimana juga
budaya, merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak
orang cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis. Ketika seseorang
berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang berbada budaya dan menyesuaikan
perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa budaya itu dipelajari.
Budaya
adalah suatu pola hidup menyeluruh. budaya bersifat kompleks, abstrak, dan
luas. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif. Unsur-unsur
sosio-budaya ini tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia.
Beberapa
alasan mengapa orang mengalami kesulitan ketika berkomunikasi dengan orang dari
budaya lain terlihat dalam definisi budaya: Budaya adalah suatu perangkat rumit
nilai-nilai yang dipolarisasikan oleh suatu citra yang mengandung pandangan
atas keistimewaannya sendiri.”Citra yang memaksa” itu mengambil bentuk-bentuk
berbeda dalam berbagai budaya seperti “individualisme kasar” di Amerika,
“keselarasan individu dengan alam” d Jepang dan “kepatuhan kolektif” di Cina.
Citra budaya yang brsifat memaksa tersebut membekali anggota-anggotanya dengan
pedoman mengenai perilaku yang layak dan menetapkan dunia makna dan nilai logis
yang dapat dipinjam anggota-anggotanya yang paling bersahaja untuk memperoleh
rasa bermartabat dan pertalian dengan hidup mereka.
Dengan
demikian, budayalah yang menyediakan suatu kerangka yang koheren untuk
mengorganisasikan aktivitas seseorang dan memungkinkannya meramalkan perilaku
orang lain.
II. Pengertian Kebudayaan.
Kebudayaan
sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville J. Herskovits dan Bronislaw
Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat
ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Istilah
untuk pendapat itu adalah Cultural-Determinism.
Herskovits
memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun temurun dari satu generasi ke
generasi yang lain, yang kemudian disebut sebagai superorganic. Menurut Andreas
Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian nilai sosial,norma sosial,
ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, dan
lain-lain, tambahan lagi segala pernyataan intelektual dan artistik yang
menjadi ciri khas suatu masyarakat.
Menurut
Edward Burnett Tylor, kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang di
dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat
istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota
masyarakat.
Menurut
Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi, kebudayaan adalah sarana hasil karya,
rasa, dan cipta masyarakat.
Dari
berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai kebudayaan
adalah sesuatu yang akan memPengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem
ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan
sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan kebudayaan
adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya,
berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola
perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan
lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan
kehidupan bermasyarakat.
III. Ciri-ciri Kebudayaan.
Ciri-ciri khas kebudayaan
adalah:
A. Bersifat historis.
Manusia membuat sejarah
yang bergerak dinamis dan selalu maju yang diwariskan secara turun temurun;
B. Bersifat geografis.
Kebudayaan manusia tidak
selalu berjalan seragam, ada yang berkembang pesat dan ada yang lamban, dan ada
pula yang mandeg (stagnan) yang nyaris berhenti kemajuannya. Dalam interaksi
dengan lingkungan, kebudayaan kemudian berkembang pada komunitas tertentu, dan
lalu meluas dalam kesukuan dan kebangsaan/ras. Kemudian kebudayaan itu meluas
dan mencakup wilayah/regiona, dan makin meluas dengan belahan-bumi. Puncaknya
adalah kebudayaan kosmo (duniawi) dalam era informasi dimana terjadi saling
melebur dan berinteraksinya kebudayaan-kebudayaan;
C. Bersifat perwujudan nilai-nilai tertentu.
Dalam perjalanan
kebudayaan, manusia selalu berusaha melampaui (batas) keterbatasannya. Di
sinilah manusia terbentur pada nilai, nilai yang mana, dan seberapa jauh nilai
itu bisa dikembangkan? Sampai batas mana?
IV. Hubungan Iman Kristen Terhadap Kebudayaan.
Ada 5 macam sikap umat
Kristien terhadap kebudayaan, yakni:
1. Antagonistis atau oposisi
Sikap antagonistis atau
oposisi terhadap kebudayaan ialah sikap yang melihat pertentangan yang tidak
terdamaikan antara agama Kristen dan kebudayaan.Sebab akibatnya, sikap ini
menolak dan menyingkirkan kebudayaan pada semua ungkapannya. Gereja dan umat
beriman memang harus berkata tidak atau menolak ungkapan kebudayaan tertentu,
yakni kebudayaan yang ; 1. MenghinaTuhan 2. Menyembah berhala dan 3. Yang
merusak kemanusiaan.
2. Akomodasi atau persetujuan
Kebalikan dari sikap
antagonis adalah mengakomodasi, menyetujui atau menyesuaikan diri dengan
kebudayaan yang ada. Terjadilah sinkritisme. Salah satu sikap demikian
ditujukan untuk membawa orang pada cara berfikir, cara hidup dan berkomunikasi
atau berhubungan dengan orang lain sedemikian rupa sehingga seolah-olah semua
agama sama saja.
3. Dominasi atau sintesis
Dalam gereja yang
mendasari ajarannya pada teologi Thomas Aquinas. Ia menganggap bahwa sekalipun
kejatuhan manusia kedalam dosa telah membuatcitra ilahinya merosot pada
dasarnya manusia tidak jatuh total, manusia masihmemiliki kehendak bebas yang
mandiri. Itulah sebabnya didalam menghadapi kebudayaan kafir sekalipun, umat bias
melakukan akomodasi secara penuh dan menjadikan kebudayaan kafir itu sebagai
bagian imam, namun kebudayaan itu disempurnakan dan disucikan oleh sakramen
yang menjadi anugrah Ilahi.
4. Dualisme atau pengutuban
Yang dimaksud dengan
sikap dualistis atau pengutuban terhadap kebudayaan ialah pendirian yang hendak
memisahakan iman dari kebudayaan ialah ; terdapatpada kehidupan kaum beriman
kepercayaan kepada karya Allah kepada TuhanYesus Kristus, namun manusia tetap
berdiri didalam kebudayaan kafir. Peran penebusan Tuhan Yesus yang mengubah
hati manusia berdosa menjadi manusia yang hidup didalam iman tidak lagi berarti
menghadapi kebudayaan.
5. Pengudusan atau pertobatan
Sikap pengudusan adalah
sikap yang tidak menolak, namun tidak juga menerima, tetapi sikap keyakinan
yang teguh bahwa kejatuhan manusia kedalam dosa tidak menghilangkan kasih Allah
atas manusia. Manusia dapat menerima kebudayaan selama hasil hasil itu
memuliakan Allah, tidak menyembah berhala, mengasihi sesama dan kemanusiaan.
Sebaliknya, bila kebudayaan itu memenuhi salah satu atau keempat sikap budaya
yang salah satu itu, umat beriman harus menggunakan firman Tuhan untuk
menguduskan kebudayaan itu, sehingga terjadi transformasi budaya kearah budaya
yang, memuliakan Allah.
V. Pandangan Alkitab terhadap kebudayaan dilihat dari beberapa
aspek
a. Tugas Manusia dan Kebudayaan
Dalam Kejadian 1 : 28
dikatakan “ Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka : “
beranak cuculah dan bertambah banyak, penuhilah bumi dan taklukanlah
itu”. Kata “takklukan: dalam bahasa ibrani diambil dari kata “kabash”. Istilah
ini dipakai sekitar lima belas kali dalam perjanjian lama yang berarti
menundukan lawan, atau menaklukkan musuh. Untuk menundukan itu membutuhkan kekuatan
Implikasi yang harus dipikirkan, jika hanya sampai disini ialah tindakan
sewenang – wenang manusia terhadap alam, sehingga mengakibatkan kerusakan
lingkungan. Namun menaklukan alam, sebenarnya Adam harus memikitrkan,
mengerjakan, mengusahakan, mengelola alam ini dan melestarikannya.mengalahkan
bukan membinasakan, melainkan menjadikan alam bermanfaat untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya serta mengusahakan kesejahteraan dirinya dan alam semesta.
Manusia mengemangkan cipta dan karsanya bagi kesejahteraan hidupnya. Inilah
mandatm yang dipercayakan Allah kepada manusia.
b. Tujuan kebudayaan
Kebudayaan yang
dinyatakan dalam alkitab, pada mulanyadan seharusnya bertujuan untuk memuliakan
Allah (Vertikal). Apakah semua manifestasi kebudayaan di semua aktivitas
manusia digunakan untuk memuliakan Allah ? apakah seni suara, musik , lukis,
ukir, asitektur, teknik, imu pengetahuan, dan semua manifestasi kebudayaan pada
masa kinitertuju untuk memuliakan Allah ? ataukah segala kemampuan dikerahkan
untuk mendirikan menara babel ?Tujuan selanjutnya untuk meningkatkan kehidupan
manusia (Horizontal). Hal yang tidak dapat dipungkiri bahwa kebudayaan yang
diberikan Allah untuk meningkatkan, mempermudah manusia untuk melakasanakan
pekerjaannya.
Contoh dulu , kalau
manusia ingin bekerja disawah hanya mengandalkan cangkul tetapi di zaman modern
ini manusia dipermudah dengan kehadiran alat – alat pertanian yang serba
modern. Kenyataan yang kita lihat banyak sekali hasil kebudayaan yang
dipergunakan bukan untuk mengasihi Allah dan sesama manusia, melainkan
untuk penyembahan berhala dan kebanggaan atau ambisi diri.
c. Kuasa Dosa dan iblis dalam Kebudayaan
Setelah manusia jatuh ke
dalam dosa, kebudayaan telah menjadi bagian integral keberdosaan manusia.
Manusia yang mengelola kebudayaan adalah manusia yang berdosa, makka kebudayaan
pun iikut jatuh ke dalam dosa. Sehingga manusia dapat mengarahkan kebudayaan
itu bukan untuk memuliakan Allah. Manusia dapat menciptakn kebudayaan untuk
menjadikan hasil kebudayaan sabaggai berhala misalnya uang. Dalam
kenyataannyatidak sedikit orang yang menganggap uang adalah segala- galanya.
Mereka melakukan dan menghalalkan segala cara demi mendapatkan uang. Uang sudah
menggantikan Tuhan bagi dirinya. Bandingkan 1 Timotius 6 : 10 “Karena
akar segala kejahatan ialah cinta uang. Sebab oleh memburu uanglah beberapa
orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai
duka”.
Mira Wd./ Smanzha
Tidak ada komentar:
Posting Komentar