Rabu, 29 September 2021

BELAS KASIHAN/KEMURAHAN HATI

BELAS KASIHAN/KEMURAHAN HATI

(Rut 2:8-16)

(Tinjauan tafsiran kanonik)

PENGANTAR

Kemurahan hati Allah merupakan tema teologi sentral dalam kitab Rut. Allah adalah Allah kehidupan baik secara individual, komunal, dan universal. Keadilan dan kesetiaan Allah diwujudkan kepada umatNya kepada individu-individu, dan membuka kemungkinan-kemungkinan hal tak terduga bagi kehidupan. Kisah Rut menceritakan tentang karya Allah, keajaiban-kejaibanNya yang bersifat utuh.  Yahwe sebagai Allah Israel, yang kepadaNya setiap orang dari agama-agama lain datang saat semua merasakan adannya hubungan-hubungan dengan para pengikut-Nya. Perlindungan Tuhan atas Naomi dan Rut mengajak kita untuk melihat karya Allah dibalik semua peristiwa kehidupan. Kemurahan hati Allah (bela rasaNya) bagi kaum lemah merupakan pengembangan dasar pemikiran teologi PL dalam kitab Rut. Kemurahan hati Allah menunjukkan: a) keterbatasan kekuatan manusia, dan (b) kepedulian, solidaritas terhadap kaum yang lemah, miskin[1] Dalam teks ini ada beberapa hal point penting:

Perhatian dan kepedulian Boas  (8-9)

Dalam nats ini Boas mengawali komunikasinya dengan sebuah ucapan yang etis” Dengarlah..anakku”. Sebutan kata anak disini sangat menarik, dengan menyebut Rut sebutan anak menunjukkan sikap hormat  yang baik dari Boas. Sebutan kata anak (bath: saudari, kakak, putri) adalah memiliki makna persaudaraan dalam kasih Tuhan. Dalam kisah cerita tentang Rut inilah awal pertama sekali Boas melihat dan berkomunikasi dengan Rut, sapaan komunikasi Boas terhadap Rut menunjukkan kelemahlembutan hati Boas. Selanjutnya Boas menunjukkan perhatian dan kepeduliannya kepada Rut dengan mengatakan “tidak usah engkau pergi memungut jelai ke ladang lain dan tidak usah juga engkau pergi dari sini”. Boas sebagai pemilik atau sebagai seorang tuan bagi para pekerjanya menunjukkan rasa kasihnya kepada Rut, meski Rut sebagai orang asing, namun Boas tidak membebaninya, bahkan Boas memberinya kebebasan, dan   keistimewaan , supaya Rut tetap berada di dekat pengerja-pengerja perempuan yang bekerja di ladang Boas. Perhatian dan kepedulian Boas semakin nyata takkala Boas juga memberikan jaminan keamanan kepada Rut dengan memberi pesan/perintah (Ibr:tsavah) kepada pengerja-pengerja lelaki supaya “jangan menggangu..Rut”. Kata “jangan menggangu(Ibr, nag’ek: asal kata naga:menyentuh). Daniel Block mengatakan[2] “Biasanya kata kerja naga berarti“ menyentuh, ”tetapi dalam kasus ini berfungsi lebih umum untuk“ menyerang, melecehkan, memanfaatkan, menganiaya. Jadi Boas memberi jaminan kepada Rut supaya tak seorangpun bisa menyerang, melecehkan, memanfaakan dan menganiayanya. Hak istimewa lainya juga diberikan oleh Boas kepada Rut yaitu dia diperbolehkan untuk minum dari tempayan air yang telah diisi oleh para pelayannya untuk digunakan oleh Rut. Pemberian hak istimewa terhadap Rut bukanlah hal yang lazim bagi pekerja/pemungut jelai. [3] Sikap Boas dalam teks ini adalah refleksi atas Allah yang murah hati adalah Allah yang memiliki perhatian dan kepedulian, itulah hakikat Allah. Alkitab berkata “Ayo, hai semua orang yang haus, marilah dan minumlah air, dan hai orang yang tidak mempunyai uang, marilah! Terimalah gandum tanpa uang pembeli dan makanlah, juga anggur dan susu tanpa bayaran”(Yes 55:1)

 

Kerendahan hati dan Rasa Syukur Rut (10)

Kemurahan hati Boas direspon dengan rasa syukur oleh Rut. Rasa syukur adalah buah dari kerendahan hati. Dalam tradisi Timur kuno ekspresi Rut menunjukkan rasa syukur dan kerendahan hati. Menyembah (shachah), “sujud” berlutut: adalah ekspresi kerendahan hati baik dari sikap badaniah dan juga batiniah. Israel sujud dan berlutut kepada Allah (Kel 4:31). Israel bersujud setelah menerima perintah melaksakan paskah (Kel 12:27). Yosafat dan bangsa Yehuda berlutut dihadapan Allah setelah mendengar janji kemenangan dari Allah (2 Tawarik 20:18). Dalam Alkitab sikap bersujud adalalah bentuk kerendahan hati dan penyembahan kepada Allah, sebagaimana yang dilakukan oleh Abraham, Musa, Aron, Daud, dan juga orang Majus  ketika melihat Yesus yang baru lahir. Rut juga menunjukkan rasa kekagumannya atas kemurahan hati Boas. Pertanyaan dan pernyataaan Rut adalah sikap pengenalan dirinya. Rut mengakui bahwa dia telah mendapat belaskasihan dari Boas. Kata belaskasih[4] memiliki makna penebusan. Orang yang mendapat belaskasih adalah orang yang mengalami transformasi dalam hidupnya.  Pengenalan diri adalah bagian dari sikap rendah hati, itu hal yang diinginkan Tuhan supaya orang rendah hati (Mik 6:8), Allah mengasihi orang yang rendah hati (Yak 4:6, 1 Pet 5:5) Sebab TUHAN berkenan kepada umat-Nya, Ia memahkotai orang-orang yang rendah hati dengan keselamatan (Maz 149:4), ada kehidupan bagi orang rendah hati (Zep 3:12), rendah hati menekan sikap egois (Pil 2:3). Ekspresi kerendahan hati Rut dengan menyembah dan mukanya sampai ketanah hal itu juga dapat dimaknai manusia yang mengenal dirinya “manusia berasal dari tanah dan setelah mati akan kembali menjadi tanah” meskipun secara iman setiap orang percaya memahami dunia ini bukanlah tujuan akhir hidupnya, dunia ini hanyalah “tempat persinggahan sementara” sebagai pendatang dan orang asing (Ibr 11:13), namun dalam iman orang percaya bukan lagi orang asing dan pendatang, melainkan kawan sewarga dari orang-orang kudus dan anggota-anggota keluarga Allah (Ef 2:19). Allah di dalam Kristus telah melayakkan orang percaya menerima anugerahNya (charis), dan respon atas anugerah itu adalah bersyukur (eucaristeo) dalam segala hal (1 Tess 5:18)[5] Teks ini menyingkankan Allah yang belarasa kepada umatNya Allah berpihak pada orang lemah,

Melihat Perbuatan hati (moral,spiritual) bukan status sosial(11-12)

Sangat menarik respon Boas terhadap pertanyaan Rut, Boas melihat tidak fokus pada statusnya sosialnya sebagai orang asing (Janda, miskin), tetapi lebih pada tindakan kebaikan hatinya kepada Naomi, khususnya fakta bahwa Ruth meninggalkan ibu bapanya dan tanah kelahirannya  mengikuti Naomi kesuatu bangsa yang dahulu tidak dikenalnya. Kisah Rut ini mengisaratkan kisah Abraham yang meninggalkan tanah kelahirannya ke tempat yang sama sekalipun belum diketahui Abraham. Sebagaimana hidup Abraham melangkah dengan iman (Ibr 11:8), demikian juga halnya dengan hidup Rut. Ia menampilkan hidup dalam iman dan pengharapan, buah dari iman adalah perbuatan. (Yak 2:20,26). Pengenalan Boas terhadap Rut adalah buah dari pengenalan Boas akan kasih Tuhan, sehingga ia mengatakan “TUHAN kiranya membalas perbuatanmu itu, dan kepadamu kiranya dikaruniakan upahmu sepenuhnya oleh[6] TUHAN, Allah Israel, yang di bawah sayap-Nya engkau datang berlindung." Nats ini memiliki makna penebusan (Tuhan Yahwe[7], dikaruniakan), jaminan perlindungan (sanyap-Nya tempat berlindung). Sikap Boas mengisyaratkan kasih Allah yang tidak melihat status, latarbelakang, Allah tidak membedakan orang (Kis 10:34)  Allah Sang Pencipta adalah Tuhan yang menebus manusia.

Belaskasihan menghibur dan menenangkan hati (13)

Dimana ada kebaikan disitu juga ada sukacita, sekali lagi Rut menunjukkan sikap rasa syukur dan kerendahan hatinya terhadap Boas. Sikap tersebut adalah unsur yang terus-menerus mengejutkan pada belas kasihan dan anugerah yang dianugerahkan oleh Boaz kepadanya. Rut menunjukkan rasa hormat kepada Boaz dengan memanggilnya sebagai "tuan".  Huey[8] menafsirkan kalimat “Memang aku mendapat belas kasihan dari padamu, ya tuanku, sebab tuan telah menghiburkan aku dan telah menenangkan hati hambamu ini” adalah ekspresi keyakinan tentang masa depan. Rut tidak memohon agar Boas bersikap baik, tapi Rut bersyukur karena Boas baik hati. kebaikan Boas telah menghibur dan memotipasinya. Kata yang diterjemahkan sebagai terhibur adalah kata kerja Ibrani nacham, kata yang berarti dalam konteks ini “menarik napas dalam-dalam” mencatat bahwa setiap ketegangan yang dialami Ruth dalam situasi yang diahapinya itu telah lenyap. Kebaikan Boas telah melegakan pikirannya.  Rut sebagaimana seorang wanita juga memiliki rasa ketakutan, namun dia telah keluar dari ketakutannya dan menemukan kenyamanan dan keamanan di bawah sayap Tuhan. Sayap-sayap itu diwujudkan dalam pribadi Boas.[9] Kebaikan Boas sekali lagi diakui oleh Ruth, kali ini ditunjukkan oleh penggunaan kata hamba(siphoa)[10], mencatat pengakuan Ruth bahwa Bo'az tidak terkejut oleh statusnya sebagai pelayan perempuan. Dalam ayat 10, Ruth mengungkapkan banyak keheranan bahwa Boas tidak peduli dengan statusnya sebagai orang asing. Dalam ayat 13, kita melihat bahwa baik masalah rasial maupun status sosial tidak menjadi perhatian bagi Boas ketika menyangkut Rut. Dalam pikiran Ruth, dia tidak layak mendapatkan pengakuan dan belas kasih semacam itu. Ketika Rut mengakui mendapat belaskasihan yang tidak selayannya dia terima, Rut tetap menunjukkan kerendahan hatinya kepada Boas sebagai orang yang tidak layak, namun dilayakkan Boas. Demikianlah respon orang percaya kepada Allah yang telah murah kepada manusia berdosa, respon atas belaskasihan dari Tuhan hendaknya ditunjukkan dalam sikap rendah hati.  

Hidup yang melayani untuk menjadi berkat (14-16)

Teks ini tampaknya menunjukkan berlalunya waktu antara percakapan yang terjadi dalam ayat 8-13, dan ketika sudah waktu makan Boas kembali  menunjukkan kemurahan hatinya (14). Sangat mungkin bahwa Ruth melanjutkan pekerjaannya memungut jelai di ladang Boas setelah selasai percakapan mereka sebelumnya.  Teks ini sekali lagu menunjukkan perhatian Boas untuk Ruth dan kesejahteraannya, Boas mengundangnya dalam jamuan makan. Dalam tradisi Timur Kuno, makan bukan hanya tujuannya untuk memenuhi rasa lapar, namun kebersamaan.  Bekerja adalah merupakan hal pokok dalam teks ini, tindakan makan bukanlah satu-satunya elemen penting dari bagian ini. Hal yang menarik dari jamuan makan yang dilakukan oleh Boas adalah, Boas kembali menujukkan kemurahanhatinya pada Rut. Meskipun Rut orang asing dan secara status sosial (Janda, Miskin), namun diundang oleh Boas untuk makan bersama, ada beberapa hal yang menarik dari sikap Boas dalam teks ini: Pertama, Boas dalam jamuan makan menyediakan cukup makanan dan semua dipuaskan dan bahkan ada sisa makanan. Ada stok persediaan makanan dan ini tema pokok yang dicatat dalam teks ini. Hal yang menarik adalah Boas sendiri melayani memberi makan kepada Rut, inilah sikap kemurahan hati Boas yang melayani. Kedua, Setelah jamuan makan, Rut kembali melanjutkan pekerjaan untuk memetik jelai dari ladang Boas, dan Boas memerintahkan para pekerjanya untuk menginjinkan Rut mengumpulkan diantara gandum dan memastikannya untuk tidak membuat Rut dipermalukan.  Lebih lanjut, Boas memerintahkan agar kupasan tambahan biji-bijian dipindahkan dengan sengaja dari berkas-berkas yang dikumpulkan agar Rut dapat mengambilnya kembali, tanpa pelecehan. Huey mencatat[11] “Instruksi Boas yang murah hati diluar persyaratan hukum yang tidak lazim dilakukan bagi para pemungut jelai. Tindakannya menunjukkan bahwa Boas memiliki perhatian khusus kepada Ruth. Perintah tegas Boas kepada pekerjanya supaya mereka jangan “berlaku kasar (Ibr,gar: mereka tidak menegur, menghukum”) jika Rut mengambil bijibijian gamdum dari yang telah diambil dan sengaja para pekerja Boas menjatuhkannya supaya Rut mengumpulknnya baginya. Kemurahan hati itu adalah Hidup yang melayani untuk menjadi berkat.

KESIMPULAN.

Boas telah menampilkan kebaikan dan kemurahan hati Allah dalam teks ini (Rut 2:8-16), Allah adalah Allah yang murah hati bagi seluruh umat, dan juga terhadap orang yang lemah dan miskin[12]. Maka, membangun solidaritas terhadap sesama adalah bentuk dari kemurahan hati. Kita telah menerima kemurahan hati Allah, melalui dan didalam Kristus. Yesus berpesan: Hendaklah kamu murah hati, sama seperti Bapamu adalah murah hati." (Luk 6:36). Melalui teks ini adalah beberapa hal yang mejadi refleksi teologis:

a.       Murah hati itu adalah menunjukkan sikap perhatian dan kepedulian 

b.      Murah hati itu adalah senantiasa memiliki kerendahan hati dan rasa syukur

c.       Murah hati itu adalah sikap memlihat orang lain sebagai saudara, melihat Perbuatan hati (moral,spirtual) bukan status sosial

d.      Murah hati itu adalah sikap hidup bela rasa, belaskasihan, menghibur dan menenangkan hati

e.       Murah hati itu adalah tindakan perbuatan, hidup yang melayani untuk menjadi berkat



[1]. Jan Christian Gertz, Angelika Berlejung, Konrad Schmid, Markus Witte, Eksplorasi Ke Dalam Kitab-Kitab Perjanjian Lama Dan Deuterokanonika, Jakarta, BPK Gunung Mulia, 2017, 693-694

[2] Daniel Block, The New American Commentary: Judges-Ruth, Nashville: B & H Publishing Group, 1999, 660. 

[3] FB Huey, Jr. “Commentary on Ruth” in The Expositor's Bible Commentary, Vol.3: Ulangan 1 & 2 Samuel.  Grand Rapids: Zondervan, 1995, 530. 

[4] Belaskasih (Ibr chen: anugerah, Yun charis)

[5] Ucapan sukur bukanlah sekedar kata-kata semata, tetapi sebuah sikap dari hati terdalam sebagai respon atas kebaikan Allah.

[6] Preposisi gabungan me’im menerangkat upah setimpah itu  datang dari Tuhan (bnd. 1 Raj 2:33; Ma 121:2; Yes 8:18; 28:29). Lih Yonky Karman, Tarsiran Akiitab Kitab Rut, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009, 25

[7] Sebutan kata Tuhan dalam nats ini disebut dengan YAHWE (Ibr). Kata Yahwe terdiri dari 4 huruf Ibrani, Yod,He,Waw, He. Semua hurup tersebut memiliki arti, YOD artinya perncipta, YOD jua memiliki arti tangan terbuka menjadi gambaran Tuhan yang selalu terbuka dan siap menolong kita dalam segala kesulitan. HE artinya sifat ketuhana (Divinity), sopan santun (gentility), khsusu (specifity). KItab Talmud menerangkan Tuhan dengan menggunkana huruf YOD dan HE (dibaca Yah) sebagai sang pencipta. WAW artinya Penebusan, tranformasi, penyelesaian.  Jadi sebutan kata YAHWE memiliki arti: Sang Pencipta adalah Tuhan yang Menebus manusia. Lih. www.alfa-omega.id.com, diakses 20-09-2018.

[8] FB Huey, Op.Cit, 530-531. 

[9] Daniel Block, The New American Commentary: Judges-Ruth, Nashville: B & H Publishing Group, 1999, 660

[10] Rut menyebut dirinya siphoa, kata yang biasa dipake sebutan untuk budak perempuan, sebagai lawan dari budak laki-laki (Kej 12:16, 20:14,24:35; 30:43). Sebuta sipha lebih rendah dari ama (3:9) yang juga berarti budak, namun tak pernah dipakai bagi pekerja kasar dan rendahan. Seorang ama adalah budak yang boleh dikawini oleh orang merdeka sebagai gundik atau istri. Ketika Rut menyembut dirinya sipha, maka ia menempatla dirinya sebagai perempuan berstatus terendah, yang tak memiliki hak istimewa seperti Israel, namun dia menerima kemurahan hati Boas. Lih Yonky Karman, Op.Cit, 26

[11] FB Huey, Op.Cit , 531.

[12]Dalam PL orang lemah diseburt ebion, dari kata abhah yang artinya kekurangan dan tidak mempunyai apa-apa, miskin atau sengsara. Orang yang menginginkan sesuatu dari orang lain atau yang menunggu pemberiaan orang Lain. Kata ebyon menunjukkan pada orang maiskin, yang meminta-minta, mendapat dukacita (celaka), melarat, hina dan bernasip malang. Dalam Perjanjian Baru digunakan kata ptocos, artinya miskin, melarat, orang yang meminta-minta, pengemis. Orang miskin  yang berjuang untuk mengatasi perjuangan demi mempertahakan hidupnya. Lih, ebion, Botterwech (art), Theological Disctionary of The Old Testament, WMB, Vol. I, Micghan: Eerdmanaas Publishing, Campany, 1974, 24, Gamel, The Por in The Old Testamen, dalam G, Kittel (ed), Theological Dictionary of The Old Testamen, Vol. VI, Micghan, Grand Rapids, 1996,888. M. Hengel, “Miskin” dalam J.D. Douglas, Ensiklopedia Alkitab Masa Kini Jili II, Jakarta: Yayasan Bian Kasih, 2003, 88. Hauck “Ptocos” dalam G, Kittel (ed), Theological Dictionary of The Old Testment, Vol II, Micgahan: Grand Rapids, 1964, 886

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar