BELAS KASIHAN/KEMURAHAN
HATI
(Rut 2:8-16)
(Tinjauan
tafsiran kanonik)
PENGANTAR
Kemurahan hati Allah merupakan
tema teologi sentral dalam kitab Rut. Allah adalah Allah kehidupan baik secara
individual, komunal, dan universal. Keadilan dan kesetiaan Allah diwujudkan
kepada umatNya kepada individu-individu, dan membuka kemungkinan-kemungkinan
hal tak terduga bagi kehidupan. Kisah Rut menceritakan tentang karya Allah,
keajaiban-kejaibanNya yang bersifat utuh.
Yahwe sebagai Allah Israel, yang kepadaNya setiap orang dari agama-agama
lain datang saat semua merasakan adannya hubungan-hubungan dengan para
pengikut-Nya. Perlindungan Tuhan atas Naomi dan Rut mengajak kita untuk melihat
karya Allah dibalik semua peristiwa kehidupan. Kemurahan hati Allah (bela
rasaNya) bagi kaum lemah merupakan pengembangan dasar pemikiran teologi PL
dalam kitab Rut. Kemurahan hati Allah menunjukkan: a) keterbatasan kekuatan
manusia, dan (b) kepedulian, solidaritas terhadap kaum yang lemah, miskin[1] Dalam teks ini ada beberapa
hal point penting:
Perhatian
dan kepedulian Boas (8-9)
Dalam nats ini Boas mengawali
komunikasinya dengan sebuah ucapan yang etis” Dengarlah..anakku”. Sebutan kata anak disini sangat menarik, dengan
menyebut Rut sebutan anak menunjukkan sikap hormat yang baik dari Boas. Sebutan kata anak (bath: saudari, kakak, putri) adalah memiliki makna persaudaraan
dalam kasih Tuhan. Dalam kisah cerita tentang Rut inilah
awal pertama sekali Boas melihat dan berkomunikasi dengan Rut, sapaan
komunikasi Boas terhadap Rut menunjukkan kelemahlembutan hati Boas. Selanjutnya
Boas menunjukkan perhatian dan kepeduliannya kepada Rut dengan mengatakan “tidak usah engkau pergi memungut jelai ke
ladang lain dan tidak usah juga engkau pergi dari sini”. Boas sebagai
pemilik atau sebagai seorang tuan bagi para pekerjanya menunjukkan rasa
kasihnya kepada Rut, meski Rut sebagai orang asing, namun Boas tidak membebaninya,
bahkan Boas memberinya kebebasan, dan keistimewaan , supaya Rut tetap berada di dekat
pengerja-pengerja perempuan yang bekerja di ladang Boas. Perhatian dan kepedulian Boas
semakin nyata takkala Boas juga memberikan jaminan keamanan kepada Rut dengan
memberi pesan/perintah (Ibr:tsavah) kepada pengerja-pengerja lelaki supaya “jangan menggangu..Rut”. Kata “jangan
menggangu(Ibr, nag’ek: asal kata naga:menyentuh). Daniel Block mengatakan[2]
“Biasanya kata kerja naga berarti“
menyentuh, ”tetapi dalam kasus ini berfungsi lebih umum untuk“ menyerang,
melecehkan, memanfaatkan, menganiaya. Jadi Boas memberi jaminan kepada Rut
supaya tak seorangpun bisa menyerang, melecehkan, memanfaakan dan menganiayanya. Hak istimewa lainya juga diberikan oleh Boas
kepada Rut yaitu dia diperbolehkan untuk minum dari tempayan air yang telah
diisi oleh para pelayannya untuk digunakan oleh Rut. Pemberian
hak istimewa terhadap Rut bukanlah hal yang lazim bagi pekerja/pemungut jelai. ”[3] Sikap Boas dalam teks ini adalah refleksi atas Allah
yang murah hati adalah Allah yang memiliki perhatian dan kepedulian, itulah
hakikat Allah. Alkitab berkata “Ayo, hai semua orang yang haus, marilah dan
minumlah air, dan hai orang yang tidak mempunyai uang, marilah! Terimalah
gandum tanpa uang pembeli dan makanlah, juga anggur dan susu tanpa bayaran”(Yes
55:1)
Kerendahan
hati dan Rasa Syukur Rut (10)
Kemurahan hati Boas direspon
dengan rasa syukur oleh Rut. Rasa syukur adalah buah dari kerendahan hati. Dalam
tradisi Timur kuno ekspresi Rut menunjukkan rasa syukur dan kerendahan hati.
Menyembah (shachah),
“sujud” berlutut: adalah ekspresi kerendahan hati baik dari sikap badaniah dan
juga batiniah. Israel sujud dan berlutut kepada Allah (Kel 4:31). Israel bersujud
setelah menerima perintah melaksakan paskah (Kel 12:27). Yosafat dan bangsa
Yehuda berlutut dihadapan Allah setelah mendengar janji kemenangan dari Allah (2
Tawarik 20:18). Dalam Alkitab sikap bersujud adalalah bentuk kerendahan hati
dan penyembahan kepada Allah, sebagaimana yang dilakukan oleh Abraham, Musa,
Aron, Daud, dan juga orang Majus ketika
melihat Yesus yang baru lahir. Rut juga menunjukkan rasa kekagumannya atas kemurahan
hati Boas. Pertanyaan dan pernyataaan Rut adalah sikap pengenalan dirinya. Rut
mengakui bahwa dia telah mendapat belaskasihan dari Boas. Kata belaskasih[4]
memiliki makna penebusan. Orang yang mendapat belaskasih adalah orang yang
mengalami transformasi dalam hidupnya. Pengenalan
diri adalah bagian dari sikap rendah hati, itu hal yang diinginkan Tuhan supaya
orang rendah hati (Mik 6:8), Allah mengasihi orang yang rendah hati (Yak 4:6, 1
Pet 5:5) Sebab TUHAN berkenan kepada umat-Nya, Ia memahkotai orang-orang yang
rendah hati dengan keselamatan (Maz 149:4), ada kehidupan bagi orang rendah
hati (Zep 3:12), rendah hati menekan sikap egois (Pil 2:3). Ekspresi kerendahan
hati Rut dengan menyembah dan mukanya sampai ketanah hal itu juga dapat
dimaknai manusia yang mengenal dirinya “manusia
berasal dari tanah dan setelah mati akan kembali menjadi tanah” meskipun
secara iman setiap orang percaya memahami dunia ini bukanlah tujuan akhir
hidupnya, dunia ini hanyalah “tempat persinggahan sementara” sebagai pendatang
dan orang asing (Ibr 11:13), namun dalam iman orang percaya bukan lagi orang
asing dan pendatang, melainkan kawan sewarga dari orang-orang kudus dan
anggota-anggota keluarga Allah (Ef 2:19). Allah di dalam Kristus telah
melayakkan orang percaya menerima anugerahNya (charis), dan respon atas anugerah itu adalah bersyukur (eucaristeo) dalam segala hal (1 Tess
5:18)[5] Teks
ini menyingkankan Allah yang belarasa kepada umatNya Allah berpihak pada orang
lemah,
Melihat
Perbuatan hati (moral,spiritual) bukan status sosial(11-12)
Sangat menarik respon Boas
terhadap pertanyaan Rut, Boas melihat tidak fokus pada statusnya sosialnya sebagai
orang asing (Janda, miskin), tetapi lebih pada tindakan kebaikan hatinya kepada
Naomi, khususnya fakta bahwa Ruth meninggalkan ibu
bapanya dan tanah kelahirannya mengikuti Naomi kesuatu
bangsa yang dahulu tidak dikenalnya. Kisah Rut ini mengisaratkan kisah Abraham
yang meninggalkan tanah kelahirannya ke tempat yang sama sekalipun belum
diketahui Abraham. Sebagaimana hidup Abraham melangkah dengan iman (Ibr 11:8),
demikian juga halnya dengan hidup Rut. Ia menampilkan hidup dalam iman dan
pengharapan, buah dari iman adalah perbuatan. (Yak 2:20,26). Pengenalan Boas
terhadap Rut adalah buah dari pengenalan Boas akan kasih Tuhan, sehingga ia
mengatakan “TUHAN kiranya membalas
perbuatanmu itu, dan kepadamu kiranya dikaruniakan upahmu sepenuhnya oleh[6] TUHAN, Allah Israel, yang di bawah
sayap-Nya engkau datang berlindung." Nats ini memiliki makna penebusan
(Tuhan Yahwe[7],
dikaruniakan), jaminan perlindungan (sanyap-Nya tempat berlindung). Sikap Boas
mengisyaratkan kasih Allah yang tidak melihat status, latarbelakang, Allah
tidak membedakan orang (Kis 10:34) Allah
Sang Pencipta adalah Tuhan
yang menebus manusia.
Belaskasihan menghibur dan menenangkan hati
(13)
Dimana ada kebaikan disitu juga
ada sukacita, sekali lagi Rut menunjukkan sikap rasa syukur dan kerendahan
hatinya terhadap Boas. Sikap tersebut adalah unsur yang terus-menerus
mengejutkan pada belas kasihan dan anugerah yang dianugerahkan oleh Boaz
kepadanya. Rut menunjukkan rasa hormat kepada Boaz dengan
memanggilnya sebagai "tuan". Huey[8] menafsirkan kalimat “Memang
aku mendapat belas kasihan dari padamu, ya tuanku, sebab tuan telah
menghiburkan aku dan telah menenangkan hati hambamu ini” adalah ekspresi
keyakinan tentang masa depan. Rut tidak memohon agar Boas bersikap baik, tapi
Rut bersyukur karena Boas baik hati. kebaikan Boas telah menghibur
dan memotipasinya. Kata yang diterjemahkan sebagai
terhibur adalah kata kerja Ibrani nacham,
kata yang berarti dalam konteks ini “menarik napas dalam-dalam” mencatat bahwa
setiap ketegangan yang dialami Ruth dalam situasi yang diahapinya itu telah
lenyap. Kebaikan Boas telah melegakan pikirannya.
Rut sebagaimana seorang wanita juga memiliki rasa ketakutan, namun dia telah
keluar dari ketakutannya dan menemukan kenyamanan dan keamanan di
bawah sayap Tuhan. Sayap-sayap itu diwujudkan
dalam pribadi Boas.[9] Kebaikan Boas sekali lagi
diakui oleh Ruth, kali ini ditunjukkan oleh penggunaan kata hamba(siphoa)[10], mencatat pengakuan Ruth bahwa
Bo'az tidak terkejut oleh statusnya sebagai pelayan perempuan. Dalam ayat 10, Ruth mengungkapkan
banyak keheranan bahwa Boas tidak peduli dengan statusnya sebagai orang asing. Dalam ayat 13, kita melihat
bahwa baik masalah rasial maupun status sosial tidak menjadi perhatian bagi
Boas ketika menyangkut Rut. Dalam pikiran Ruth, dia tidak
layak mendapatkan pengakuan dan belas kasih semacam itu. Ketika Rut mengakui
mendapat belaskasihan yang tidak selayannya dia terima, Rut tetap menunjukkan
kerendahan hatinya kepada Boas sebagai orang yang tidak layak, namun dilayakkan
Boas. Demikianlah respon orang percaya kepada Allah yang telah murah kepada
manusia berdosa, respon atas belaskasihan dari Tuhan hendaknya ditunjukkan
dalam sikap rendah hati.
Hidup yang melayani untuk menjadi berkat (14-16)
Teks ini tampaknya menunjukkan
berlalunya waktu antara percakapan yang terjadi dalam ayat 8-13, dan ketika sudah waktu makan Boas kembali menunjukkan
kemurahan hatinya (14). Sangat mungkin bahwa Ruth melanjutkan pekerjaannya memungut
jelai di ladang Boas setelah selasai percakapan mereka sebelumnya. Teks ini
sekali lagu menunjukkan perhatian Boas untuk Ruth dan kesejahteraannya, Boas mengundangnya dalam
jamuan makan. Dalam tradisi Timur Kuno, makan bukan hanya tujuannya untuk memenuhi rasa lapar, namun kebersamaan. Bekerja
adalah merupakan hal pokok dalam teks ini, tindakan
makan bukanlah satu-satunya elemen penting dari bagian ini. Hal
yang menarik dari jamuan makan yang dilakukan oleh Boas adalah, Boas kembali
menujukkan kemurahanhatinya pada Rut. Meskipun Rut orang asing dan secara
status sosial (Janda, Miskin), namun diundang oleh Boas untuk makan bersama,
ada beberapa hal yang menarik dari sikap Boas dalam teks ini: Pertama, Boas dalam jamuan makan
menyediakan cukup makanan dan semua dipuaskan dan bahkan ada sisa makanan. Ada
stok persediaan makanan dan ini tema pokok yang dicatat dalam teks ini. Hal
yang menarik adalah Boas sendiri melayani memberi makan kepada Rut, inilah
sikap kemurahan hati Boas yang melayani. Kedua,
Setelah jamuan makan, Rut kembali melanjutkan pekerjaan untuk memetik jelai
dari ladang Boas, dan Boas memerintahkan para pekerjanya untuk menginjinkan Rut
mengumpulkan diantara gandum dan memastikannya untuk tidak membuat Rut
dipermalukan. Lebih lanjut, Boas memerintahkan agar kupasan tambahan biji-bijian dipindahkan
dengan sengaja dari berkas-berkas yang dikumpulkan agar Rut dapat mengambilnya
kembali, tanpa pelecehan. Huey mencatat[11]
“Instruksi Boas yang murah hati diluar persyaratan
hukum yang tidak lazim dilakukan bagi para
pemungut jelai. Tindakannya menunjukkan bahwa Boas memiliki perhatian khusus kepada Ruth. Perintah tegas Boas kepada pekerjanya supaya
mereka jangan “berlaku kasar (Ibr,gar:
mereka tidak menegur, menghukum”) jika
Rut mengambil bijibijian gamdum dari yang telah diambil dan sengaja para
pekerja Boas menjatuhkannya supaya Rut mengumpulknnya baginya. Kemurahan hati itu adalah Hidup yang melayani untuk
menjadi berkat.
KESIMPULAN.
Boas telah menampilkan kebaikan dan kemurahan
hati Allah dalam teks ini (Rut 2:8-16), Allah adalah Allah yang murah hati bagi
seluruh umat, dan juga terhadap orang yang lemah dan miskin[12]. Maka, membangun solidaritas terhadap sesama adalah
bentuk dari kemurahan hati. Kita telah menerima kemurahan hati Allah, melalui dan didalam Kristus. Yesus berpesan: Hendaklah kamu murah hati, sama
seperti Bapamu adalah murah hati." (Luk 6:36). Melalui teks ini adalah
beberapa hal yang mejadi refleksi teologis:
a.
Murah hati itu adalah menunjukkan sikap
perhatian dan kepedulian
b.
Murah hati itu adalah senantiasa
memiliki kerendahan
hati dan rasa syukur
c.
Murah hati itu adalah sikap memlihat
orang lain sebagai saudara, melihat Perbuatan hati (moral,spirtual) bukan status sosial
d.
Murah hati itu adalah sikap hidup
bela rasa, belaskasihan,
menghibur dan menenangkan hati
e. Murah
hati itu adalah tindakan perbuatan, hidup yang melayani untuk menjadi
berkat
[1].
Jan Christian Gertz, Angelika
Berlejung, Konrad Schmid, Markus Witte, Eksplorasi
Ke Dalam Kitab-Kitab Perjanjian Lama Dan Deuterokanonika, Jakarta, BPK
Gunung Mulia, 2017, 693-694
[2] Daniel Block, The New American Commentary: Judges-Ruth, Nashville: B & H
Publishing Group, 1999, 660.
[3] FB Huey, Jr. “Commentary on Ruth” in The Expositor's Bible Commentary, Vol.3:
Ulangan 1 & 2 Samuel. Grand Rapids: Zondervan, 1995, 530.
[4] Belaskasih (Ibr chen: anugerah, Yun charis)
[5] Ucapan sukur bukanlah sekedar kata-kata semata, tetapi
sebuah sikap dari hati terdalam sebagai respon atas kebaikan Allah.
[6]
Preposisi
gabungan me’im menerangkat upah
setimpah itu datang dari Tuhan (bnd. 1
Raj 2:33; Ma 121:2; Yes 8:18; 28:29). Lih
Yonky Karman, Tarsiran Akiitab Kitab Rut,
Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009, 25
[7] Sebutan kata Tuhan dalam nats ini disebut dengan YAHWE
(Ibr). Kata Yahwe terdiri dari 4 huruf Ibrani, Yod,He,Waw, He. Semua hurup
tersebut memiliki arti, YOD artinya perncipta, YOD jua memiliki arti tangan
terbuka menjadi gambaran Tuhan yang selalu terbuka dan siap menolong kita dalam
segala kesulitan. HE artinya sifat ketuhana (Divinity), sopan santun
(gentility), khsusu (specifity). KItab Talmud menerangkan Tuhan dengan
menggunkana huruf YOD dan HE (dibaca Yah) sebagai sang pencipta. WAW artinya
Penebusan, tranformasi, penyelesaian.
Jadi sebutan kata YAHWE memiliki arti: Sang Pencipta adalah Tuhan yang
Menebus manusia. Lih. www.alfa-omega.id.com, diakses 20-09-2018.
[8] FB Huey, Op.Cit,
530-531.
[9] Daniel Block, The New American Commentary: Judges-Ruth, Nashville: B & H
Publishing Group, 1999, 660
[10] Rut menyebut dirinya siphoa, kata yang biasa dipake sebutan
untuk budak perempuan, sebagai lawan dari budak laki-laki (Kej 12:16,
20:14,24:35; 30:43). Sebuta sipha lebih rendah dari ama (3:9) yang juga berarti budak, namun tak pernah dipakai bagi
pekerja kasar dan rendahan. Seorang ama adalah budak yang boleh dikawini oleh
orang merdeka sebagai gundik atau istri. Ketika Rut menyembut dirinya sipha, maka ia menempatla dirinya
sebagai perempuan berstatus terendah, yang tak memiliki hak istimewa seperti
Israel, namun dia menerima kemurahan hati Boas. Lih Yonky Karman, Op.Cit, 26
[11] FB Huey, Op.Cit
, 531.
[12]Dalam PL orang lemah diseburt ebion, dari kata abhah
yang artinya kekurangan dan tidak mempunyai apa-apa, miskin atau sengsara.
Orang yang menginginkan sesuatu dari orang lain atau yang menunggu pemberiaan
orang Lain. Kata ebyon menunjukkan pada orang maiskin, yang meminta-minta,
mendapat dukacita (celaka), melarat, hina dan bernasip malang. Dalam Perjanjian
Baru digunakan kata ptocos, artinya
miskin, melarat, orang yang meminta-minta, pengemis. Orang miskin yang berjuang untuk mengatasi perjuangan demi
mempertahakan hidupnya. Lih, ebion,
Botterwech (art), Theological Disctionary
of The Old Testament, WMB, Vol. I, Micghan: Eerdmanaas Publishing, Campany,
1974, 24, Gamel, The Por in The Old Testamen, dalam G, Kittel (ed), Theological
Dictionary of The Old Testamen, Vol. VI, Micghan, Grand Rapids, 1996,888. M.
Hengel, “Miskin” dalam J.D. Douglas, Ensiklopedia Alkitab Masa Kini Jili II,
Jakarta: Yayasan Bian Kasih, 2003, 88. Hauck “Ptocos” dalam G, Kittel (ed), Theological
Dictionary of The Old Testment, Vol II, Micgahan: Grand Rapids, 1964, 886
Tidak ada komentar:
Posting Komentar