Jumat, 17 Februari 2023

1 Timotius 6:6-9

 


Topik: Ibadah Disertai Rasa Syukur

1.      Tujuan utama kita dalam hidup adalah “marhadaulaton” atau “mamora dipartondion? Apakah kita mengutamakan Tuhan atau uang? Sai jumolo ma lului hamu….( Mat 6:33).

v Asa boi hita malua sian hagiothagiot mammon di portibion, ingkon tajalahi do ngolu namarhadaulaton.

v Kita bisa kehilangan uang, pekerjaan, itu biasanya, namun jika kehilangan iman kita kehilangan segalanya. Jangan biarkan uang yang mengatur hidup kita, biarkanlah uang membantu kita menjalakan hidup dengan lebih baik.

v Sikap hidup orang percaya ada dalam sikap "perjuangan iman yang baik." sebab "ada keuntungan besar dalam kesalehan dikombinasikan dengan kepuasan" (6:6), dan merekomendasikan "kebenaran, kesalehan, iman, cinta, ketekunan, kelembutan" yang akan membawa kepada hidup yang kekal (6:11- 12). Kata "kepuasan"[1] istilah Yunani autarkeia , yang menyampaikan konsep Stoic yang penting untuk tidak terganggu oleh keadaan eksternal.

v Kita kaya dan miskin adalah hasil dari pemikiran dan sikap perbuatan kita (Napoleon), sebab kita punya waktu yang sama 24 Jam. Orang bisa kaya, karena saat tidurpun mereka dapat menghasilkan uang.

v Tidak ada yang salah dengan (orang) yang memiliki kekayaan, yang salah datang dari kekayaan yang dimilikinya (Bill Graham)

2.      Asa boi malua hita sian hagiot ni mammon[2] na di portibion, ingkon tahangoluhon do roha na mandok mauliate, manghasabamhonn na adong. Orang yang tidak bersukur akan sulit untuk merasa puas, atau bahagia. Halak na boi manghasabamhon na adong ido halak na mora.

v Kekayaan tidak harus memiliki banyak harta, tapi memiliki sedikit keinginan (Epictetus). Kekayaan bukanlah miliknya yang memilikinya, namun milik orang yang menikmatinya (Benjami Pranklin)

v Uang hanyalah alat, yang membawa kita kemana kita inginkan, tetapi uang tidak bisa menggantikan kita sebagai pengemudi.

3.      Jangan hanya fokus pada hal yang pana[3], namun fokus pada hal yang kekal

4.      Kita harus belajar hidup sederhana, sebab kesederhanaan adalah inti dari kebahagiaan.  Hal yang besar itu adalah hal yang sederhana (Kasih, keadilan, harapan, tugas, kebebasan)

v Kita harus membedakan antara keinginan dan kebutuhan. Molo lam godang naeng tahirim gabe lam tamba do arsakta. Ido umbahen didok nabisuk: Kekayaan terbesar adalah ketika kita miskin keinginan. Orang yang menginginka  seidkit ornaag lebih bahagia. Orang tidak kaya jika tidak bisa menikmati hartanya.

v Cara menuju bahagia, bagaiman menjaga hati bebas dari kebencian, tidak kawatir, hidup sederhana, berharap sedikit memberi banyak.

 



[1] “Kesalehan” menerjemahkan kata Yunani eusebeia dan juga bisa berarti “agama,” “kesalehan,” atau “pengabdian.” Itu sering digunakan dalam konteks ibadah Yunani-Romawi. Kesalehan telah direkomendasikan kepada Timotius dalam 4:7-8: “Latihlah dirimu dalam kesalehan, karena, meskipun latihan fisik ada nilainya, kesalehan itu berharga dalam segala hal, karena mengandung janji baik untuk hidup sekarang maupun untuk hidup yang akan datang. Perlu dicatat bahwa secara khusus kasih, ketekunan, dan kelembutan menggambarkan perilaku yang berlawanan dengan bagaimana Paulus, sebelum pertobatannya, bertindak ketika mengejar para pengikut Yesus Kristus. Kemudian dia adalah “seorang penghujat, seorang penganiaya, dan seorang yang suka melakukan kekerasan” (1 Timotius 1:13); sekarang dia percaya pada kuasa Kristus untuk pelayanannya (1 Timotius 1:12). Oleh karena itu, Paulus sendiri adalah contoh yang baik dari perilaku yang pantas bagi orang Kristen; yaitu, dia adalah contoh kehidupan yang memberikan kekayaan yang sejati dan abadi.

[2] Istilah Yunani untuk "kekayaan" yang digunakan Yesus adalah mammonas ; itu diterjemahkan dari bahasa Aram dan menunjukkan barang-barang duniawi, namun dalam arti yang menghina. Dalam perkataan Yesus yang tegas, “mamon” muncul sebagai “allah palsu” yang menghalangi penyembahan yang benar dari Allah yang sejati.

[3] Hal ini juga membantu untuk merenungkan hubungan kekayaan materi dan politik dalam konteks Kekaisaran Romawi selama abad pertama Masehi. Sebagian besar, kekayaan hanya dapat diperoleh melalui kerja sama yang berkelanjutan dengan pemerintahan Romawi. Oleh karena itu, mereka yang kaya biasanya mendukung sistem yang menindas sebagian besar penduduk demi keuntungan segelintir orang di pusat Kekaisaran.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar