Topik: Ibadah
Disertai Rasa Syukur
1.
Tujuan utama
kita dalam hidup adalah “marhadaulaton” atau “mamora dipartondion? Apakah kita
mengutamakan Tuhan atau uang? Sai jumolo ma lului hamu….( Mat 6:33).
v Asa boi hita
malua sian hagiothagiot mammon di portibion, ingkon tajalahi
do ngolu namarhadaulaton.
v Kita bisa kehilangan
uang, pekerjaan, itu biasanya, namun jika kehilangan iman kita kehilangan
segalanya. Jangan
biarkan uang yang mengatur hidup kita, biarkanlah uang membantu kita menjalakan
hidup dengan lebih baik.
v Sikap hidup
orang percaya ada dalam sikap "perjuangan
iman yang baik." sebab "ada keuntungan besar dalam kesalehan
dikombinasikan dengan kepuasan" (6:6), dan merekomendasikan "kebenaran, kesalehan, iman, cinta,
ketekunan, kelembutan" yang akan membawa kepada hidup yang kekal
(6:11- 12). Kata "kepuasan"[1]
istilah Yunani autarkeia , yang menyampaikan konsep Stoic yang penting untuk
tidak terganggu oleh keadaan eksternal.
v Kita kaya dan
miskin adalah hasil dari pemikiran dan sikap perbuatan kita (Napoleon), sebab
kita punya waktu yang sama 24 Jam. Orang bisa kaya, karena saat tidurpun mereka
dapat menghasilkan uang.
v Tidak ada yang
salah dengan (orang) yang memiliki kekayaan, yang salah datang dari kekayaan
yang dimilikinya (Bill Graham)
2.
Asa boi malua
hita sian hagiot ni mammon[2] na di portibion,
ingkon tahangoluhon do roha na mandok mauliate, manghasabamhonn na adong. Orang
yang tidak bersukur akan sulit untuk merasa puas, atau bahagia. Halak na boi manghasabamhon na adong ido
halak na mora.
v
Kekayaan
tidak harus memiliki banyak harta, tapi memiliki sedikit keinginan (Epictetus).
Kekayaan bukanlah miliknya yang memilikinya, namun milik orang yang
menikmatinya (Benjami Pranklin)
v
Uang hanyalah
alat,
yang membawa kita kemana kita inginkan, tetapi uang tidak bisa menggantikan
kita sebagai pengemudi.
3.
Jangan hanya
fokus pada hal yang pana[3], namun fokus
pada hal yang kekal
4.
Kita harus
belajar hidup sederhana, sebab kesederhanaan adalah
inti dari kebahagiaan. Hal yang
besar itu adalah hal yang sederhana (Kasih, keadilan, harapan, tugas,
kebebasan)
v
Kita
harus membedakan antara keinginan dan kebutuhan. Molo lam godang naeng tahirim
gabe lam tamba do arsakta. Ido umbahen didok nabisuk: Kekayaan terbesar adalah ketika kita miskin keinginan. Orang yang
menginginka seidkit ornaag lebih
bahagia. Orang tidak kaya jika tidak bisa menikmati hartanya.
v
Cara
menuju bahagia, bagaiman menjaga hati bebas dari kebencian, tidak kawatir,
hidup sederhana, berharap sedikit memberi banyak.
[1] “Kesalehan”
menerjemahkan kata Yunani eusebeia dan juga bisa berarti “agama,” “kesalehan,”
atau “pengabdian.” Itu sering digunakan dalam konteks ibadah Yunani-Romawi.
Kesalehan telah direkomendasikan kepada Timotius dalam 4:7-8: “Latihlah dirimu
dalam kesalehan, karena, meskipun latihan fisik ada nilainya, kesalehan itu
berharga dalam segala hal, karena mengandung janji baik untuk hidup sekarang
maupun untuk hidup yang akan datang. Perlu dicatat bahwa secara khusus kasih,
ketekunan, dan kelembutan menggambarkan perilaku yang berlawanan dengan
bagaimana Paulus, sebelum pertobatannya, bertindak ketika mengejar para
pengikut Yesus Kristus. Kemudian dia adalah “seorang penghujat, seorang penganiaya,
dan seorang yang suka melakukan kekerasan” (1 Timotius 1:13); sekarang dia
percaya pada kuasa Kristus untuk pelayanannya (1 Timotius 1:12). Oleh karena
itu, Paulus sendiri adalah contoh yang baik dari perilaku yang pantas bagi
orang Kristen; yaitu, dia adalah contoh kehidupan yang memberikan kekayaan yang
sejati dan abadi.
[2] Istilah Yunani untuk "kekayaan"
yang digunakan Yesus adalah mammonas ; itu diterjemahkan dari bahasa
Aram dan menunjukkan barang-barang duniawi, namun dalam arti yang menghina.
Dalam perkataan Yesus yang tegas, “mamon” muncul sebagai “allah palsu” yang
menghalangi penyembahan yang benar dari Allah yang sejati.
[3] Hal ini juga membantu untuk
merenungkan hubungan kekayaan materi dan politik dalam konteks Kekaisaran
Romawi selama abad pertama Masehi. Sebagian besar, kekayaan hanya dapat
diperoleh melalui kerja sama yang berkelanjutan dengan pemerintahan Romawi.
Oleh karena itu, mereka yang kaya biasanya mendukung sistem yang menindas
sebagian besar penduduk demi keuntungan segelintir orang di pusat Kekaisaran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar