Jumat, 17 Februari 2023

Yesaya 58:9b-14[1]

 



Topik: Hadaulaton Nahinalomohon ni Debata/Ibadah yang berkenan kepada Tuhan

Konteks setelah pembuangan Babel. Tuhan menentang Ibadah yang penuh kemunafikan,puasa(seremonial)[2] yang tidak benar, ketidakadilan sosial(moral), (1-6). Berkat ketaatan (8-12), Sabar yang benar bukan melahirkan kepentingan (13-14) Yesaya menekankan: reformasi sosial dan pemeliharaan sabat—memiliki visi keagamaan dan etika yang sama: Umat yang layak menerima terang Allah adalah yang mengakui nilai tak ternilai dari setiap manusia, bahkan dan terutama yang rentan dan tertindas. Ini adalah urutan yang tinggi. Tetapi kita tidak bebas untuk berhenti dari pekerjaan spiritual dan politik yang Tuhan tempatkan di hadapan kita: melayani Tuhan dan merangkul manusia adalah dua tugas yang saling terkait secara abadi dan tak terpisahkan. Reformasi sosial maknayanya: Melayani Allah secara otentik berarti ”membuka belenggu kejahatan dan melepaskan tali kuk”.(manipulasi ekonomi, eksploitasi orang miskin bagi yang kaya).

Ibadah yang berkenan adalah ibadah yang menyenangkan hati Tuhan bukan manusia (Bnd Rom 12:2) Ibadah kepada Tuhan itu bukan murahan, Kita dapat mengucapkan syukur, pujian, kerendahan hati, pertobatan, persembahan uang, doa, melayani orang lain, dan berbagi dengan mereka yang membutuhkan. Manusia melihat penampilan luar, tetapi Tuhan melihat di hati." 1 Samuel 16:7. Beribadah dalam iman yang benar, (bnd. ibadah Kain dan Habel).  Salah satu dosa Sosial kata M. Gandi adalah “ibadah tanpa pengorbanan” Tuhan senang ketika ibadah kita adalah pengorbanan. John Calvin menyebut hati manusia bisa pabrik penyembahan berhala?.

1.       Panggilan untuk menegaskan ibadah adalah tentang keadilan dan menghentikan penindasan, memfitnah, harus memperjuangkan kebutuhan orang yang menderita (9-10). Kita berbuat baik bukan untuk mendapatkan keselamatan, namun kita patut berbuat baik menjadi alat Tuhan untuk berbuat baik bagi orang yang miskin.

2.       Makna ibadah adalah Hidup dalam Pembaharuan, Syalom, memaknai tahun Yobel.  ibadah yang menyenangkan hati Tuhan bukan manusia

v  Makna Sabat adalah hari yang membebaskan kita dari hal yang mengikat dan menghambat sukacita kita. Tuhan menentang hari Sabat digunakan untuk mencari keuntungan pribadi, ibadah berubah menjadi kemunafikan dan persaingan (13-14), ibadah menjadi alat komersial, seharusnya ibadah seharihari untuk membantu orang miskin namun diabaikan.

v  Makna puasa bukan untuk membangun sikap egois namun solidaritas, tindakan nyata, membantu orang lain yang membutuhkan.  Penekanannya adalah pada mengatasi ketidakadilan dengan tindakan yang benar. Tuhan tidak ingin siapa pun di bawah kuk orang lain. Inilah awal dari perang melawan segala jenis perbudakan. Tuhan membenci penindasan. Dia ingin rakyatnya membebaskan orang-orang yang tertindas, menolong orang yang miskin dan kebutuhan mereka.

3. Ibadah adalah sumber berkat: Berkat duniawi membangun fondasi masa depan gereja, masa lalu dan masa akan datang (ay12). Berkat rohani dari ketaatan pengudusan hari Sabat(14) makna menguduskan hari Sabat:

a.       Mendapat kebahagiaan, aman; pekerjaan itu akan menjadi upahnya sendiri. Jika kita menyebut hari Sabat sebagai kesenangan, maka kita akan bergembira di dalam Tuhan; Semakin banyak kesenangan yang kita dapatkan dalam melayani Tuhan,

b.       Mendapat kehormatan dari Tuhan, dimampukan melewati perjalanan hidup di dunia, dan diangkat dalam kemuliaan Surgawi.

c.        Mendapat berkat rohani dariNya: makanan jasmani dan rohani (warisan Yakub), semua berkat perjanjian dan semua produk berharga Kanaan (yang merupakan jenis surga), untuk ini adalah warisan Yakub. Perhatikan, Warisan orang-orang beriman bukanya hanya menikmati berkat jasmani namun berkat Sorgawi.

d.       Kata”menyenangkan”, ditemukan 2x dalam ayat 13–14, adalah (Ibr.oneg: yang berarti “kegembiraan yang luar biasa”, “manis”, “lembut”, dan “halus. Kadang-kadang mengacu pada kemewahan, kaya dan lezat. Kata Oneg Bentuk Hithpael biasanya bersifat refleksif, artinya apa yang dilakukan seseorang terhadap dirinya sendiri. "Sukacita dirimu sendiri” hari sabat harus menjadi hari yang menyenangkan. Jadi berhenti pada Sabat adalah berhenti untuk melakukan usaha bisnis(tapi bisa membicarakannya), tapi melakukan hal yang menyenangkan hati Tuhan. Sukacita vertical dan horizontal (kebenaran, keadilan, membantu kebutuhan orang miskin). Makna Sabat harus menjadi hari yang menyenangkan hati Tuhan, jangan senang untuk bekerja hari Sabat, sebab sabat bukan hanya pembebasan dari pekerjaan, tetapi simbol pembebasan dari pekerjaan kita sendiri.Yang menyenangkan Tuhan adalah memuji dan menyembahNya pada hari Minggu. sukacita keselamatan kita" terkait dengan sejauh mana kita menunjukkan sikap dan kegiatan yang baik.

 

 



[1] Dalam pasal ini, Tuhan mengungkap kekosongan dua ritual keagamaan seperti yang dilakukan di zaman Yesaya: puasa dan pemeliharaan Sabat. Keduanya adalah ekspresi tidak melakukan sesuatu. Dalam puasa,  tidak makan . Dalam pemeliharaan Sabat, tidak bekerja . Aspek penting dari bab ini menunjukkan kepada kita bahwa apa yang tidak kita lakukan tidak cukup untuk membuat kita benar di hadapan Tuhan. Perjalanan kita dengan Tuhan seharusnya tidak hanya ditentukan oleh apa yang tidak kita lakukan.

[2] Spiritualitas ditunjukkan oleh kualitas kasih dari hubungan pribadi kita (Yes. 58:4) dan oleh komitmen kita terhadap keadilan sosial dan untuk membantu orang miskin dan tertindas (Yes. 58:6-7), bukan dengan berpuasa”. Puasa dalam PL biasanya berlangsung dari matahari terbit sampai terbenam. Ini bertujuan religius dan dilakukan untuk berbagai alasan: untuk mengungkapkan kesedihan (1 Sam. 31:13), untuk menunjukkan keseriusan seseorang ketika memohon kepada Tuhan (Ezra 8:23), untuk menunjukkan pertobatan (Yunus 3:5- 10), dan untuk menghormati kekhidmatan Hari Pendamaian (Im. 16:29-31). Puasa yang sejati akan menuntun pada kerendahan hati di hadapan Tuhan dan pelayanan kepada orang lain. Menghilangkan ego supaya berbagi dengan orang lain dan melakukannya untuk kemuliaan Tuhan. Jika kita berpuasa untuk mendapatkan sesuatu dari Tuhan untuk diri kita sendiri, bukannya untuk menjadi orang yang lebih baik demi orang lain, maka kita telah kehilangan makna ibadah. Itu menyenangkan Tuhan ketika kita bersukacita dalam Tuhan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar