Jumat, 17 Februari 2023

Mazmur 51:1-10

 


Topik: Allah menginginkan Pertobatan

1.      Manusia sepenuhnya, selalu, sejak dalam kandungan dan dalam setiap aspek hubungannya dengan Allah manusia adalah orang berdosa(watak berdosa itu sudah ada). Kegagalan manusia untuk mengasihi Tuhan dengan mencintai yang lain telah menimbulkan penderitaan dalam hidupnya. Pemazmur bertobat memohon kepada Tuhan untuk memperkenankan hidup baru kembali di dalam Tuhan. Mazmur[1] ini berisikan tentang nubuatan, perintah, penghiburan, doa, dan rasa terima kasih.  Mazmur[2] ini tidak hanya menjelaskan sifat, asal usul, dan akibat dosa, tetapi juga bagaimana mengatasi dosa, hidup sebagai ciptaan baru Tuhan, dan mempersembahkan korban yang benar, sebuah ratapan pribadi untuk memohon kepada Tuhan. Sebahagian ahli juga mengatakan Mazmur ini doa permohonan orang sakit, dan juga doa memohon pengampunan dan hidup baru. Pemazmur menyadari orang yang tidak bertobat dari dosanya telah memutuskan hubungan imannya dengan Tuhan, oleh sebab itu teks ini panggilan untuk bertobat dan beriman. Pengorbanan harus disertai dengan pertobatan dan iman.

2.      Ketergantungan manusia pada Tuhan yang mengampuni dan memulihkan. Pemazmur memohon supaya Tuhan mengasihani itu menegaskan bahwa pengampunan bukan atas usaha manusia namun karenan hakikat Tuhan yan bermurah hati, manusia hanya mencari dan memohon pengampunan kepada Tuhan atas pelanggaran.[3]Namun Anugerah Tuhan tidak bisa berdiri seniri, manusia memiliki tanggungjawab untuk tetap bergantung pada Tuhan, taat padanya, dan mengakui keadilanNya dalam iman bukan atas usaha manusia. Pemazmur permohon kepada Tuhan bahwa dasar permohonannya hanya bergantung pada Tuhan bukan usahanya. Tuhan dengan murah hati menciptakan kembali hati yang baru di dalam dirinya dan memperbaharui ketabahan roh di dalam dirinya (ay. 12) Hanya Allah saja yang bisa memulihkan manusia dari dosanya sebab dosa itu seperti berhubungan dengan kematian dan ketidakmurnian, yang memisahkan seseorang dari Tuhan

3.      Tanggung jawab manusia adalah dengan rendah hati dan dalam iman untuk mengakui dosa-dosanya kepada Allah dan mengakui bahwa penghakimannya adil. Kesadaran hidup dalam dosa: pemazmur sebagai orang berdosa sejak dalam kandungan, itu menegaskan watak universal dosa(manusia memiki kecenderungan untuk berbuat dosa)[4] bukan mengatakan bahwa dosa itu substansial (artinya dosa ibunya  diturunkan kepada janinNya), keberdosaan sejak dalam kandungan menegaskan manusia telah kehilangan imago dei” bukan Allah telah menetapkan manusia berdosa. Sifat Allah yang adil dan asal mula manusia yang berdosa dikontraskan. Tuhan membenci dosa karena dia adil, dan manusia berdosa karena dia berdosa, jadi sifat Tuhan itu adalah Adil namun itu berdosa (5-6) Pemazmur mengakui kesalahnya telah berhianat kepada Tuhan, dan akibat dosa pasti memiliki konsekuesi bagi orang lain dan juga bumi (Kej 3, 4,5 8) pemazmur dengan tepat memulai pengakuannya dengan pengakuan bahwa dosanya adalah pemberontakan melawan Tuhan, sebab dosa utama adalah melanggar titah pertama. Manusia mengetahui Tuhan maha kasih namun tidak percaya, itu juga yang dilakukan Iblis yang tidak mau beriman kepada Tuhan. Pemazmur mengakui dia berdosa namun mengalihkan dosanya sebagai wataknya sejak dalam kandungan[5], mengalihkan dosanya pada ibunya adalah hal yang tidak bertanggungjawab. Pemazmur mengakui dosanya dengan kerendahan hati sepenuhnya dihadirat Tuhan (ay 6). Permohonan dalam ayat 3 dan 11, bahwa hukuman dosa dapat dihapus namun watak manusia sebagai berdosa tidak bisa dihapuskan dalam pribadinya.( Psalmen 32:1,7)[6] 

4.      Manusia yang diampuni dan dipulihkan, adalah menjadi bahagia tentang apa yang telah Tuhan lakukan baginya, dan untuk memuji kebajikannya. Hidup adalah pilihan apakah pilihan kita tetap melakukan dosa, terpisah dari Tuhan, atau untuk mengakui dosa seseorang dan bersekutu dengan Tuhan, tidak ada pilihan yang lain. Tetap dalam dosa akan mendapat hukuman, mengaku dosa memperoleh kebahagian. Berbahagialah orang yang diampuni dosanya.



[1] Paul Ricoeur  menempatkan mazmur menjadi tiga jenis teologis situasi (orientasi, disorientasi, dan reorientasi), Mazmur ini ditulis pasca pembuangan, dan para ahli mengatakan Mazmur 51 ini bukan dituliskan oleh Daud, namun tidak ada alasan tidak daud  penulisnya, memakai nama Daud oleh imam yang menghormati nama Daud sebagai refleksi kultus pada masa Pemerintahan Yosia sebelum pembuangan dan era pazca pembuangan atas kultus ritus sinagoga untuk pemulihan orang yang bertobat. Semangat pasca pembangunan adalah pembaharuan rohani dan pembangunan Bait Allah yang telah hancur akibat dari dosa umat. Panggilan metaforis Daud agar Tuhan menyembuhkan kerusakan yang disebabkan dosanya terhadap kerajaan Isarel.

[2] Mazmur telah mengajar orang beriman bagaimana mengakui dosa-dosa mereka dan menjalani kehidupan yang diciptakan kembali dalam Roh Kudus selama berabad-abad. Itulah refleksi dari Mazmur 51

[3]Kata Ibr, Pesha, artinya pemberontakan atau kejahatan, pelanggaran hokum, perbuatan yang disengaja untuk melanggar norma. Secara Teologis pasha adalah ketidak setiaan, ketidaktaatan yang disengaja. Dosa juga disebut sebagai kegagalan. pesha ') berasal dari kata dasar yang menggambarkan putusnya hubungan antara dua pihak (sipil atau agama). Ide dari kata benda ini adalah bahwa individu membuat pilihan yang diambil untuk keputusan otoritas Tuhan dan karenanya menyimpang dari jalan hidup yang saleh. Penyimpangan dari standar Tuhan. Pesha ' menggambarkan kebangkitan yang jelas-jelas otoritas. Pemberontakan terhadap standar Tuhan. psha ' berfokus pada sifat pemberontak dari dosa (Misalnya, Kej 50:17 ) dan melampaui batas yang ditetapkan (prinsip moral, standar, hukum, dll.) Dosa di sini (Lih Kel 34:7 ) dibicarakan di bawah tiga sebutan, sehingga mencakup seluruh gagasan dosa dalam semua manifestasinya: Pertama, sebagai "pelanggaran" (pesha') atau keberangkatan dari Allah dan pembelotan terbuka dari-Nya perjanjian. Kedua ( Ed : Terjadi ketiga dalam Maz 51:2 ), sebagai "meleset dari sasaran," (chatta') penyimpangan dari suatu tujuan, tidak melakukan tugas kita. Ketiga, seperti memasukkan gagasan tentang perbuatan salah ('avon), kesalahan, dan juga hukuman. ( Kitab Mazmur )

[4] Watak berdosa manusia berdosa tidak pernah terhapus, oleh sebab itu manusia harus senantiasa memohon pengampunan, watak berdosa itu muncul dari praktek kebiasaan hidup

[5] Apakah pemazmur lahir dai hasil perzinahan, atau apakah pernikahan itu adalah Nazis? Apakah ada dosa warisan dari orang tua

[6] Orang percaya adalah orang yang dibernarkan dan orang berdosa"  simul iustus et peccator, artinya kita adalah orang yang dibenrkan dan seklaigus juga orang berdosa ( Roma 7:18–25;Galatia 5:17)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar