Topik: Allah menginginkan
Pertobatan
1.
Manusia
sepenuhnya, selalu, sejak dalam kandungan dan dalam setiap aspek hubungannya
dengan Allah manusia adalah orang berdosa(watak berdosa itu sudah ada).
Kegagalan manusia untuk mengasihi Tuhan dengan mencintai yang lain telah
menimbulkan penderitaan dalam hidupnya. Pemazmur bertobat memohon kepada Tuhan
untuk memperkenankan hidup baru kembali di dalam Tuhan. Mazmur[1]
ini berisikan tentang nubuatan, perintah, penghiburan, doa, dan rasa terima
kasih. Mazmur[2]
ini tidak hanya menjelaskan sifat, asal usul, dan akibat dosa, tetapi juga
bagaimana mengatasi dosa, hidup sebagai ciptaan baru Tuhan, dan mempersembahkan
korban yang benar, sebuah ratapan pribadi untuk memohon kepada Tuhan.
Sebahagian ahli juga mengatakan Mazmur ini doa permohonan orang sakit, dan juga
doa memohon pengampunan dan hidup baru. Pemazmur menyadari orang yang tidak
bertobat dari dosanya telah memutuskan hubungan imannya dengan Tuhan, oleh sebab itu teks ini panggilan untuk bertobat
dan beriman. Pengorbanan harus disertai dengan pertobatan dan iman.
2.
Ketergantungan
manusia pada Tuhan yang mengampuni dan memulihkan.
Pemazmur memohon supaya Tuhan mengasihani itu menegaskan bahwa pengampunan
bukan atas usaha manusia namun karenan hakikat Tuhan yan bermurah hati, manusia
hanya mencari dan memohon pengampunan kepada Tuhan atas pelanggaran.[3]Namun
Anugerah Tuhan tidak bisa berdiri seniri, manusia memiliki tanggungjawab untuk
tetap bergantung pada Tuhan, taat padanya, dan mengakui keadilanNya dalam iman
bukan atas usaha manusia. Pemazmur permohon kepada Tuhan bahwa dasar
permohonannya hanya bergantung pada Tuhan bukan usahanya. Tuhan dengan murah
hati menciptakan kembali hati yang baru di dalam dirinya dan memperbaharui
ketabahan roh di dalam dirinya (ay. 12) Hanya Allah saja yang bisa memulihkan
manusia dari dosanya sebab dosa itu seperti berhubungan dengan kematian dan
ketidakmurnian, yang memisahkan seseorang dari Tuhan
3.
Tanggung
jawab manusia adalah dengan rendah hati dan dalam
iman untuk mengakui dosa-dosanya kepada Allah dan mengakui bahwa penghakimannya
adil. Kesadaran hidup dalam dosa:
pemazmur sebagai orang berdosa sejak dalam kandungan, itu menegaskan watak
universal dosa(manusia memiki kecenderungan untuk berbuat dosa)[4]
bukan mengatakan bahwa dosa itu substansial (artinya dosa ibunya diturunkan kepada janinNya), keberdosaan
sejak dalam kandungan menegaskan manusia telah kehilangan imago dei” bukan Allah
telah menetapkan manusia berdosa.
Sifat Allah yang adil dan asal mula manusia yang berdosa
dikontraskan. Tuhan
membenci dosa karena dia adil, dan manusia berdosa karena dia berdosa, jadi
sifat Tuhan itu adalah Adil namun itu berdosa (5-6) Pemazmur mengakui
kesalahnya telah berhianat kepada Tuhan, dan akibat dosa pasti memiliki
konsekuesi bagi orang lain dan juga bumi (Kej 3, 4,5 8) pemazmur dengan tepat
memulai pengakuannya dengan pengakuan bahwa dosanya adalah pemberontakan
melawan Tuhan, sebab dosa utama adalah melanggar titah pertama. Manusia mengetahui
Tuhan maha kasih namun tidak percaya, itu juga yang dilakukan Iblis yang tidak
mau beriman kepada Tuhan. Pemazmur
mengakui dia berdosa namun mengalihkan dosanya sebagai wataknya sejak dalam
kandungan[5],
mengalihkan dosanya pada ibunya adalah hal yang tidak bertanggungjawab.
Pemazmur mengakui dosanya dengan kerendahan hati sepenuhnya dihadirat Tuhan (ay
6). Permohonan
dalam ayat 3 dan 11, bahwa hukuman dosa dapat dihapus namun watak manusia
sebagai berdosa tidak bisa dihapuskan dalam pribadinya.( Psalmen
32:1,7)[6]
4.
Manusia yang diampuni dan dipulihkan,
adalah menjadi bahagia tentang apa yang telah Tuhan lakukan baginya, dan untuk
memuji kebajikannya. Hidup adalah pilihan apakah pilihan kita tetap melakukan
dosa, terpisah dari Tuhan, atau untuk mengakui dosa seseorang dan bersekutu
dengan Tuhan, tidak ada pilihan yang lain. Tetap dalam dosa akan mendapat
hukuman, mengaku dosa memperoleh kebahagian. Berbahagialah orang yang diampuni dosanya.
[1] Paul Ricoeur menempatkan mazmur menjadi tiga jenis
teologis situasi (orientasi, disorientasi, dan reorientasi), Mazmur ini ditulis
pasca pembuangan, dan para ahli mengatakan Mazmur 51 ini bukan dituliskan oleh
Daud, namun tidak ada alasan tidak daud penulisnya, memakai nama Daud oleh imam yang
menghormati nama Daud sebagai refleksi kultus pada masa Pemerintahan Yosia
sebelum pembuangan dan era pazca pembuangan atas kultus ritus sinagoga untuk
pemulihan orang yang bertobat. Semangat pasca pembangunan adalah pembaharuan
rohani dan pembangunan Bait Allah yang telah hancur akibat dari dosa umat.
Panggilan metaforis Daud agar Tuhan menyembuhkan kerusakan yang disebabkan
dosanya terhadap kerajaan Isarel.
[2] Mazmur telah mengajar orang
beriman bagaimana mengakui dosa-dosa mereka dan menjalani kehidupan yang
diciptakan kembali dalam Roh Kudus selama berabad-abad. Itulah refleksi dari
Mazmur 51
[3]Kata Ibr, Pesha, artinya pemberontakan atau
kejahatan, pelanggaran hokum, perbuatan yang disengaja untuk melanggar norma.
Secara Teologis pasha adalah ketidak setiaan, ketidaktaatan yang disengaja.
Dosa juga disebut sebagai kegagalan. pesha ') berasal dari kata dasar yang
menggambarkan putusnya hubungan antara dua pihak (sipil atau agama). Ide dari
kata benda ini adalah bahwa individu membuat pilihan yang diambil untuk
keputusan otoritas Tuhan dan karenanya menyimpang dari jalan hidup yang saleh.
Penyimpangan dari standar Tuhan. Pesha ' menggambarkan kebangkitan
yang jelas-jelas otoritas. Pemberontakan terhadap standar Tuhan. psha '
berfokus pada sifat pemberontak dari dosa (Misalnya, Kej 50:17 ) dan melampaui
batas yang ditetapkan (prinsip moral, standar, hukum, dll.) Dosa di sini (Lih
Kel 34:7 ) dibicarakan di bawah tiga sebutan, sehingga mencakup seluruh gagasan
dosa dalam semua manifestasinya: Pertama, sebagai "pelanggaran" (pesha')
atau keberangkatan dari Allah dan pembelotan terbuka dari-Nya perjanjian. Kedua
( Ed : Terjadi ketiga dalam Maz 51:2 ), sebagai "meleset dari
sasaran," (chatta') penyimpangan dari suatu
tujuan, tidak melakukan tugas kita. Ketiga, seperti memasukkan gagasan
tentang perbuatan salah ('avon), kesalahan, dan juga
hukuman. ( Kitab Mazmur )
[4] Watak berdosa manusia berdosa
tidak pernah terhapus, oleh sebab itu manusia harus senantiasa memohon
pengampunan, watak berdosa itu muncul dari praktek kebiasaan hidup
[5] Apakah pemazmur lahir dai hasil
perzinahan, atau apakah pernikahan itu adalah Nazis? Apakah ada dosa warisan
dari orang tua
[6] Orang percaya adalah orang yang
dibernarkan dan orang berdosa" simul
iustus et peccator, artinya kita adalah orang yang dibenrkan dan
seklaigus juga orang berdosa ( Roma 7:18–25;Galatia 5:17)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar