Ev: Psalmen 113:1-9 Ep:
Lukas 16:1-13
Topik: Tuhan Menegakan Orang yang Hina/Dipatimbul Debata do angka
nadangol
1.
Memuji Tuhan adalah kontiunitas
iman dan rutinitas spiritualitas (memuji Tuhan adalah bukti iman dan
bukti iman diwujudkan dapala perbuatan).
Nats ini diawali dengan kata Haleluya dan
diakhiri dengan kata haleluya: halal (kata dasar haleluya: fokus, memuji, menghormati,
ketika istilah itu memiliki gagasan berterimakasih
dan menghormati orang yang
layak dipuji.Yadah artinya memuji, bersyukur,
mengaku. Zamar (menyanyikan pujian), Hidup kita menjadi nyanyian bagi Tuhan. Saleleng
hita mangolu ndang boi mansohot hita marende mamuji Tuhani (M. Luhter). Hera silompit dua ni tangiang do marende
2. Memuji
Tuhan adalah sikap rendah hati: Siapa yang
harus menyembah[1]( 113:1 ). “Hamba[2]
Tuhan” mencakup semua umat Tuhan, karena mereka yang percaya kepada-Nya
pasti ingin hidup bagi-Nya. Saat kita beribadah (113:2 ). Seluruh hidup kita memuji
Tuhan(hak istimewa dan gaya hidup), itulah tugas utama dan teruma yang
menyenangkan hati Tuhan. Jadikan setiap tarikan nafas sebagai pujian
penyembahan. Memuji Tuhan itu adalah perintah bukan saran. Semakin banyak waktu kita memuji Tuhan, maka semakin sedikit waku kita
memuji diri.
v Panggilan
untuk rendah hati, bersukur, memuji Tuhan. Tuhan akan menegakkan orang yang
merasa dirinya yang hina dihadiratNya bukan yang tinggi hati. Kasih karunia
menuntun kita untuk mengakui bahwa kita adalah orang berdosa yang tertunduk
yang membutuhkan penyelamatan. “Berbahagialah orang yang miskin dalam roh,
karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga” (Matius 5:3) Jika kita tidak memiliki rasa syukur maka hidup kita terasa sulit
dan berkeluh kesah. Namun rasa sukur akan membawa kedamaian hati karena
membebaskan kita dari kecemasan.
3. Memuji
Tuhan karena hakikat/karakter Allah. Hanya dengan memuji/ bersyukurlah, kita
memahami Tuhan. Tidak ada
alasan kita tidak memuji Tuhan, meskipun hidup kita menghadapi hal yang sulit. Tidakada masa pensiun
untuk memuji Tuhan (ay 2-3). John Calvin mengatakan
"Tidak ada sudut di surga atau di bumi di mana Tuhan tidak diakui."
Kita adalah “bait Allah”, kita harus memuji Dia dengan sepenuh hati, dari ujung
kaki sampai ujung kaki. Dimana saja, kapan saja. Jika Kita menemukan diri Kita di tempat di
mana Kita tidak dapat memuji Tuhan, mungkin Kita tidak pantas berada di sana. Mengapa kita menyembah sebab Dia
memperhatikan orang yang lemah( 4–9 ), siapa Tuhan itu (4–6 ) dan apa yang
Tuhan lakukan (7–9). Semakin baik kita mengenal Tuhan, semakin kita akan
menyembah Dia. Semakin kita mengalami kasih karunia-Nya dalam kehidupan
sehari-hari, semakin banyak pujian yang akan Kita bawa kepada-Nya.
4. Karena
karakter tindakan Tuhan itu tanpa batas,
dan melakukannya secara berulangung, baik masa dulu, sekarang dan masa akan
datang(5b,6a,7-9)[3]. Allah
menolong orang yang bergumul, namun Tuhan tidak menjajikan tida pergumulan (ay
9)
a. Memuji
Tuhan harus secara dimanapun dan kapanpun.
Kemudian memaparkan keberadaanTuhan sebagai yang berdaulat di surga dan di
bumi, Ia tidak tertandingi dan tidak ada yangseperti Tuhan. Namun sebagai Allah
yang maha tinggi dan berkuasa, Ia tetap peduli dan maumengangkat orang-orang
hina dan miskin, termasuk pada wanita yang mandul. Tuhan bukan hanya
memperhatikan dan mengangkat tetapi juga mentrasformasi martabat dan harga
dirimereka.
b. Tuhan tidak hanya transcendent tetapi juga immanent (sifat Allah harus Nampak dalam perilaku kita).
Sampai saat ini Ia masih bersamadengan umat-Nya dan terus bersama hingga
akhirnya bertemu di sorga. Untuk memuji, merayakan, memuliakan, bernyanyi, Mazmur
113 merayakan esensi sejarah keselamatan. Kita tidak pernah jauh dari contoh
Tuhan membungkuk untuk menyelamatkan orang miskin, yang membutuhkan, dan
mandul, apakah itu Yusuf atau Ayub atau seluruh orang Israel (Ulangan 7:7) atau
Sarah, Rebeca, Rahel, dan Hana. Mazmur itu melihat kembali ke lagu Hana[4],
“Dia membangkitkan orang miskin dari debu dan mengangkat orang miskin dari
timbunan abu; Ia mendudukkan mereka bersama para pembesar dan menyuruh mereka
mewarisi takhta kehormatan” (1 Sam 2:8). Mazmur 113 adalah DNA Injil,
"ringkasan doa" dari Injil Lukas.
[1]
Dalam mengucap syukur kepada Tuhan, kita mengikatkan diri pada nikmat-Nya
kepada kita; dalam memuji dan memuja Tuhan, kita berpegang pada
kesempurnaan-Nya dalam diri-Nya.
[2]
'ebed, doulos: pelayan berarti
budak yang senantiasa terikat dan tunduk pada tuannya. pelayan.” Kata benda
ebed muncul lebih dari 750 kali dalam Perjanjian Lama. Ebed pertama kali muncul
dalam Kej 9:25 : yang berarti “hamba yang paling rendah” (niv).
Seorang “hamba” dapat dibeli dengan uang (Kel 12:44) atau disewa (1Raj 5: ).
bukan orang bebas. Ia tunduk pada kehendak dan perintah tuannya. Tetapi
seseorang dapat dengan rela dan penuh kasih tunduk kepada tuannya ( Kel 21:5),
tetap melayaninya ketika ia tidak diwajibkan untuk melakukannya. gambaran yang
sangat pas tentang hubungan manusia dengan Tuhan. Gelar "hamba"
memberikan status khusus bagi setiap orang percaya. Itu berarti hak istimewa
dan tanggung jawab "umat pilihan, imamat rajani, bangsa kudus, milik
khusus Allah," dengan tujuan menyatakan puji-pujian kepada Dia yang memanggil
kita keluar dari kegelapan menuju terang-Nya yang ajaib (1 Pet 2: 9).
[3] kalimat
bentuk PARTICIPLE, perbuatan berulangulang
[4] Di zaman Hana, tidak memiliki
anak merupakan aib dan kutukan yang besar.
Tidak ada obat kesuburan atau klinik untuk membantu untuk hamil. Yang bisa
Anda lakukan hanyalah berseru kepada Tuhan. Ingat janji Tuhan pada Abraham,
Tuhan memberkati istri Abram yang mandul. Hal yang sama terjadi pada anak Abraham,
istri Ishak, Ribka (Kej 25:21) dan dengan putranya, istri Yakub, Rahel (Kej
29:31). Sarah dan Ribka berada di garis keturunan Kristus, tetapi mereka pada
awalnya tidak dapat hamil! Mengapa Tuhan melakukan itu? Dia melakukannya untuk
menunjukkan bahwa kita tidak dapat menyelamatkan diri kita sendiri dengan
kekuatan atau usaha kita sendiri. Keselamatan sepenuhnya dari Tuhan. Dia tidak
menyelamatkan mereka yang benar atau mereka yang kuat. Dia menyelamatkan orang
berdosa yang lemah dalam dirinya sendiri, tetapi yang berseru kepada-Nya untuk
belas kasihan. Dan mazmur itu diakhiri
dengan seorang wanita mandul untuk menunjukkan bahwa Tuhan tidak hanya
peduli dengan orang-orang yang membutuhkan pada umumnya, tetapi dengan
individu. Tuhan memperhatikan individu-individu yang telah sampai pada akhir
kekuatan mereka sendiri. Mereka berada di tumpukan abu kehidupan, tidak mampu
menyelamatkan diri. Ketika Dia menyelamatkan mereka, Dia mendapatkan semua
kemuliaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar